Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adoekaAvatar border
TS
adoeka
[Reformasi kebablasan itu BODOH!] Orde Baru Negara Kendalikan Mafia,Sekarang Terbalik
"Orde Baru Negara Kendalikan Mafia, Sekarang Terbalik"
Minggu, 14 September 2014 15:17 wib | Selfiani Hasanah - Okezone



JAKARTA - Peneliti Indonesia For Global Justice, Salamudin Daeng mengatakan sekarang ini Indonesia berada pada posisi yang terbalik dalam menghadapi gangguan dari luar khususnya para mafia migas.

"Kalau pada masa orde baru negara mengendalikan mafia, kartel, dan lain-lain, tapi kalau sekarang pemerintah yang dikendalikan, jadi terbalik," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Minggu (14/9/2014).

Dia mengatakan, salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan mengubah segala sistem yang ada. Menurutnya, bila sistemnya tidak diubah maka semua sama saja mengerjakan sesuatu yang sia-sia.

"Ketika kita tarik sejarah, dia menghancurkan sistem, bukan dengan pendekatan orang per orang tapi juga dengan sistemik, bagaimana sistem yang ada sekarang pada konstitusi kita," jelas dia.

"Jadi harus diubah sistemnya, kalau membentuk satgas hanya akan menggantikan mafia yang lama dengan mafia yang baru, sehingga semakin tidak dapat dikendalikan dan carut marut," tambahnya.

Salamudin melanjutkan, sebagai masyarakat dia yakin apa yang akan dilakukan oleh pemerintah sudah benar dengan sistem yang terbaik. "Kalau pakai sistem yang sejalan dengan konstitusi, ya kita saya yakin itu bisa berhasil," tutupnya.

http://economy.okezone.com/read/2014...arang-terbalik


============================
Friday, 17 May 2013 23:19
Reformasi lahirkan pemimpin busuk



JAKARTA - Kondisi negara pasca reformasi semakin terpuruk; rakyat semakin menderita. Padahal, reformasi diharapkan merubah kondisi Indonesia menjadi lebih baik begitu rezim Orde Baru ditumbangkan oleh gerakan mahasiswa 1998.

Begitu tak membuahkan hasil, elit atau tokoh pendukung gerakan mahasiswa disindir. Seperti dikatakan mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier kalau dirinya yang sejak awal mendukung reformasi menerima jawaban tak enak dari hasil reformasi sekarang ini dari berbagai kelompok masyarakat.

"Selama 15 tahun perjalanan reformasi apa yang diperjuangkan tak terwujud. Kami yang mendukung gerakan mahasiswa menuai banyak sindiran seperti reformasi kok repot mencari nasi," kata Fuad Bawazier pada diskusi bertema "Daerah setelah 15 Tahun Reformasi" di gedung DPD, Senayan, Jakarta, hari ini.

Fuad mengakui kalau masyarakat luas kecewa dengan hasil reformasi yang tidak meningkatkan kesejahteraan rakyat. Justru yang terjadi rakyat yang miskin makin miskin dan yang kaya semakin kaya. Artinya terjadi kesenjangan sosial yang luar biasa.

"Justru yang ditekankan sekarang adalah membangun demokrasi dan HAM secara berlebihan dan pada akhirnya agenda mensejahterakan rakyat tak diperhatikan oleh pemerintah," tegas Fuad.

Dia pun bisa memaklumi kalau rakyat saat ini tengah merindukan kalau Indonesia kembali ke masa Orde Baru. Masyarakat merasa ketika Orde Baru berkuasa merasa nyaman dan tak sulit mencari uang.

"Buktinya selebaran soal kerinduan terhadap rezim Orde Baru yang dijual di jalanan laku keras. Ini jadi bukti kalau masyarakat kita merasa enak dan nyaman di jaman Orde Baru berkuasa," katanya.

Rakyat ketika reformasi diperjuangkan berharap kondisi mereka menjadi lebih baik. "Tapi justru pemimpin yang didapat tak sesuai harapan dan lebih busuk," demikian Fuad yang kini ketua DPP Partai Hanura.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) prihatin memandang realitas di depan mata selama 15 tahun reformasi berjalan. Reformasi yang sudah diperjuangkan mahasiswa sampai berjatuhan korban jiwa malah kini jauh dari harapan awal. Realisasi kesejahteraan rakyat di daerah masih menjadi pertanyaan besar.

Hal itu dikatakan anggota DPD asal Sulawesi Utara, Marhany Victor Poly Pua, pada diskusi yang sama, hari ini. "Tidak ada perubahan terhadap daerah. Rakyat daerah malah tidak sejahtera," kata Marhany.

Dia menjelaskan, setelah reformasi APBD meningkat. Meningkatnya anggaran daerah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. "Masih banyak daerah tertinggal. Artinya, reformasi masih menyimpan persoalan di daerah yang belum diselesaikan dengan baik," ucap Marhany.

Infrastruktur di daerah, misalnya, masih belum tersentuh pengembangan. Diserukannya, perlu evaluasi secara total dan merancang kembali agenda serius, khususnya tentang bagaimana rakyat di semua daerah bisa disejahterakan. "Hasil reformasi justru kondisi negara makin kacau," tegas Marhany.


http://www.waspada.co.id/index.php?o...ukum&Itemid=91

era orde lama bung karno walau ekonomi sedikit kacau tapi bung karno dapat membuat rakyat indonesia tegakkan kepalanya saat berhadapan sama asing aseng , selanjutnya Orde baru era soeharto walau banyak muncul ketakutan pada sosok penguasa tapi rakyat hampir semua nya terpenuhi kebutuhan sembakonya walau jurang kesenjangan sosial antara kaya dan miskin memang tinggi , dan sekarang di era reformasi yang banyak menampilkan sosok penguasa malah banyak tatanan demokrasi yang baru menjadi pelemah pondasi negara ini yang dimana dari orde lama - orde baru pondasi negara ini sangat kokoh menahan serangan serangan yang dapat melemahkan bangsa ini , sungguh kecewa kami sebagai rakyat melihat reformasi bukannya menata menjadi baik tapi jadi era mengembang biakkan pimpinan/raja raja yang korup , hukum ditegakkan untuk melihat tapi tetap berakting pura pura tidak melihat , ini merupakan sebuah pukulan telak bagi reformasi yang harusnya malu sama orde baru dan orde lama karena dibalik kekurangan orde orde sebelumnya masih tersisa keberhasilan yang dapat dibanggakan ke dunia luar emoticon-Smilie
0
12.8K
291
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.