Ketika seseorang memiliki pasangan, maka ia akan mengatakan bahwa ada acara malam Mingguan yang ditunggu. Tapi saat tidak punya pacar dan sendirian, biasanya orang-orang menyebutnya dengan sebutan “Sabtu Malam” Seperti Lagunya Marshanda "Kisah sedih di hari Minggu".

Pada awalnya, Malam Mingguan atau Sabtu Malam digunakan sebagai hari yang panjang sehingga siapa pun bisa bebas melakukan berbagai hal. Motif yang tadinya bernilai religius ini kemudian bergeser setelah muncul Revolusi Industri yang menawarkan berbagai hiburan di malam Minggu atau Sabtu malam.

Selain memiliki motif religi yang kuat untuk menjadikan malam Minggu sebagai hari yang panjang dan bisa digunakan untuk beribadah, banyak juga kaum Buruh Yahudi yang mendesak kaum Borjuis untuk memberikan waktu ibadah di hari Sabtu. Jadi, kaum Yahudi menjadikan hari Sabtu atau Malam Minggu sebagai hari ibadah, bukan hari hiburan.

Istilah yang terdengar keren di mata kebanyakan masyarakat Indonesia ini muncul pada tahun 1879-an, yakni ketika Amerika memasuki revolusi industry dan kaum Yahudi melakukan perjuangan yang keras untuk bisa memperoleh waktu ibadah di hari Sabbath (Sabtu). Lantas, muncullah perusahaan Spinning Mall yang pada tahun 1908 memberikan kebebasan hari kerja pada hari Sabtu dan Minggu agar Kaum Yahudi bisa pergi beribadah di hari Sabtu, dan umat Kristiani bisa beribadah di hari Minggu. Dua hari itulah kemudian yang disebut sebagai weekend.

Hari Minggu merupakan kata yang berasal dari Bahasa Portugis, yakni “Domingo” (dibaca dominggo) yang berarti “Tuhan”. Pada saat Bangsa Portugis datang ke Indonesia, mereka biasa melakukan ibadah ke Gereja di hari Minggu dengan sebutan tersebut. Kata ini kemudian berganti sesuai dengan lidah orang Indonesia menjadi “Minggu”.