Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

xenovalkryiumAvatar border
TS
xenovalkryium
Petani Dari Indonesia Belajar Pertanian Ramah Lingkungan ke Jepang

Muhamad Unjik (25), pemuda asal Jl Sakura 25 Desa Pesanggrahan ini akan mempelajari pertanian ramah lingkungan Jepang awal tahun 2015.

Kesempatan itu didapatkan Unjik setelah berhasil mengikuti tes magang di Jepang di Badan Pelatihan Pengembangan Pertanian (BPPP) Juni 2014.

Tes itu diikuti 40 orang dari Jatim, Jateng, dan Bali. Namun, hanya lima orang yang diberi kesempatan berangkat ke Negeri Sakura itu.

Sebelumnya, Unjik dapat informasi dari PPL kalau ada informasi berkesempatan magang di Jepang. Setelah melihat informasi di Dinas Pertanian dan Kehutanan itu, Unjik mendaftar.

“Alhamdulillah kok masuk. Tidak lama ini ada petugas dari (Kementerian Pertanian) Jakarta mengecek lahan (pertanian) saya dan diberitahu saya lolos. Terus, saya disuruh mengisi formulir. Oktober nanti ada pelatihan Bahasa Jepang di Bandung selama tiga bulan,” terang alumnus D1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya itu saat ditemui di rumahnya, Selasa (9/9/2014).

Bagi Unjik, Jepang merupakan negara maju dan warga masyarakatnya rajin-rajin. Ia berharap, setelah mendapatkan ilmu dari Jepang akan berusaha menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan di Indoneaia agar bisa seperti Jepang.

Unjik sudah lima tahun ini menerapkan sistem pertanian organik meski tanpa bantuan pemerintah Kota Batu. Pupuk organik tersebut ia dapatkan dari memanfaatkan kotoran sapi perah.

Lahan pertanian seluas 600 meter per segi di belakang rumah dan satu hektare di tempat lain selalu dipupuk menggunakan pupuk organik hasil olahannya sendiri.

Menurutnya, pupuk organik membuat produksi pertaniannya lebih bagus.

Unjik sebenarnya hanya membantu ayahnya, Selamet yang sudah lama menjadi petani organik. Di belakang rumahnya terdapat kandang berisi empat sapi perah.

Sejak lulus dari kuliah, Unjik bersama ayahnya membuat sistem biogas memanfaatkan kotoran sapi. Kotoran ditampung dalam bak berukuran 1,5 meter kali 7 meter dengan kedalaman 2 meter.

Biogas itu dimanfaatkan untuk menyalakan kompor di dapur rumahnya. Sedangkan kotoran yang keluar dari kotak biogas, diangkut ke luar dari saluran pembuangan lalu dikeringkan. Untuk menjadikan pupuk organik, Unjik memberinya mikroba EM4.

“EM4 berfungsi untuk mengurai kotoran yang sudah kering dan menghilangkan bau. Setelah jadi pupuk, baru bisa dipakai. Alhamdulillah, kami tidak pernah membeli pupuk kimia. Semua sudah tercukupi dengan pupuk kandang ini,” urainya sembari menunjukkan bongkahan kotoran sapi yang sudah jadi pupuk.

Berkat pupuk organik, sayur yang selama ini ditanam, yaitu seledri, lombok, dan kembang kol hasilnya jauh lebih bagus daripada sayur milik petani lain yang menggunakan pupuk kimia.

Seperti, bentuk syuaran bagus, bobot lebih berat sekitar 3 kg, serangan hama berkurang, perawatan lebih mudah, produksi lebih banyak.

Ia memperlihatkan sayuran seledri hasil panenannya yang ada di depan rumah. Meski sudah dua bulan di sana, warna daunnya masih tetap hijau dan terlihat segar.

“Kalau menggunakan pupuk kimia, disamping membutuhkan pupuk lebih banyak dengan harga lebih mahal, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Belum lagi sayuran membutuhkan obat lebih banyak saat musim hujan datang,” terang anggota kelompok tani Tirtojoyo dan Sumberhasil ini.

Meski sudah menggunakan sistem pertanian organik, namun Unjik masih menyebut pertaniannya semi organik. Hal itu karena lahan orang lain yang ada di atas lahannya masih menggunakan pestisida kimia.

http://www.tribunnews.com/regional/2...ngan-ke-jepang
Diubah oleh xenovalkryium 10-09-2014 17:32
0
3.6K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.