Quote:
lensaindonesia..com: Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Zainudin Amali menegaskan, masalah listrik di daerah Sumatera Utara tidak bisa dikaitkan langsung dengan PT Inalum. Menurutnya,
tugas utama dari perusahaan Inalum bukan soal listrik, melainkan soal alumunium.
“Operasi Inalum itu tentang alumunium, dan itu satu hal yang terpisah dari listrik. Listrik itu sebenarnya bukan urusan Inalum, bukan main business Badan Usaha Milik Negara itu,” ujar Zainudin kepada wartawan di Jakarta, kemarin (4/9/2014).
Baca juga: DPR: Tanggung jawab listrik di Sumut itu PLN, bukan Inalum dan Inalum 30tahun dikuasai asing, akhirnya resmi ke pangkuan Pertiwi
Dirinya pun mengaku jika dalam pelaksanaannya, Inalum membutuhkan listrik. Kemudian, Inalum membuatkan pembangkit listrik untuk kebutuhan sendiri. Dari yang dihasilkan itu ada
kapasitas yang tidak terpakai, yang bisa digunakan masyarakat di sekitarnya. Dan itu sudah disumbangkan Inalum melalui PLN setempat.
“Jadi jangan dipersoalkan listriknya, harusnya PLN yang berpikir bagaimana menambah energi listrik di Sumut,” terang Zaiunin.
Selain itu, ia membeberkan, di masa lalu Inalum memang memberikan daya sangat sedikit. Namun, hal itu karena posisinya masih di tangan Jepang. Saat itu, Inalum masih perusahaan milik asing (PMA), dan saat ini sudah kembali menjadi perusahaan
nasional.
“Saya kira tentang penggunaan listrik itu berubah, sepanjang itu tidak dibutuhkan untuk operasi mereka. Jadi boleh dipakai oleh masyarakat dengan ada hitung-hitungannya. Inalum nnggak ada urusannya dengan listrik, itu sepenuhnya tanggungjawab PLN,” ungkap Wakil Ketua Komisi VII DPR RI ini.
Pernyataan Zainudin ini adalah menanggapi adanya pihak-pihak yang terlalu jauh, mengaitkan Inalum dengan masalah listrik di Sumatera Utara. Bahkan, muncul kabar bahwa dengan dalih
kecilnya sumbangsih daya listrik, Inalum akan dibubarkan.
Namun, menanggapi kabar tersebut, Zainudin mengaku sangat tidak mempercayainya. Kabar itu, kata dia, hanya mengada-ada, tidak masuk akal. Sebab proses pengambilalihan Inalum dari tangan Jepang itu merupakan hal yang tidak mudah dan membutuhkan biaya besar.
“Masa ya? Itu (kabar pembubaran, red) pikiran terlalu jauh, enggak mungkin dibubarkan. Kalau mau dibubarkan, ngapain kita ngotot kemarin ngambil dari Jepang. Kan kemarin kita keluar duit sekian US Dolar untuk membayar sahamnya Jepang agar kembali kepada kita dan Jepangnya pergi. Mana nasionalisme kita sebagai bangsa?”, tegasnya dengan nada bertanya.
Untuk itu, Zainudin mengingatkan, sebagai anak bangsa harus mesti berpikir panjang dan jangan hanya condong pada kepentingan pribadi, kelompok, dan keluarga lalu tidak punya
wibawa mempertahankan aset bangsa ini.
“Apalagi Inalum hanya satu-satunya di Indonesia, ini potensi industri yang harus dipelihara sepanjang masa,” jelasnya.
Sementara itu, menurut salah satu tokoh di Sumatera Utara, Riduan menegaskan, persoalan listrik di Sumut sudah lagu lama yang tidak pernah terselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah ini satu-satunya hanya PLN, bukan Inalum.
“Tidak ada kaitannya kurangnya listrik di Sumut dengan Inalum, mestinya PLN berpikir
bagaimana mendapatkan solusi, jangan mengganggu instansi lain,” katanya.
Pihaknya sangat menyesal dengan sikap PLN yang selalu mengungkit bendungan Si Gura-Gura milik Inalum. Padahal, itu sejak Jepang memang sudah dibuat untuk meningkatkan produksi
Inalum, bukan untuk listrik.
“Kami sebagai masyarakat Sumut sangat kecewa dengan PLN sebagai BUMN tidak memiliki tanggungjawab terhadap masyarakat (enak aja kabur),” pungkasnya. @yuanto
[URL="http://www.lensaindonesia..com/2014/09/05/f-golkar-sumut-kurang-listrik-bubarkan-inalum-pln-enak-aja-kabur.html"]merdeka saja[/URL]
orang pusat dan media massa hanya sibuk memikirkan jakarta dan paling jauh pulau jawa , orang2 di luar jawa hanya jadi anak tiri gak usah ngomong sumut yang saya tahu mati lampunya bisa sampai 6 jam/hari , kalimantan yang sumber energi lebih miris , batubaranya diangkut kepulau jawa , sementara pulaunya sendiri kesulitan energi , hanya tanah yang berlubang dan polusi yang diberikan jakarta . di papua emas berkubik2 diangkut keluar negeri , jakarta dapat 3% , 97% masuk keamerika sementara papua hanya tinggal meratapi nasib jadi babu untuk tanahnya sendiri , hasil perkebunan dari seluruh indonesia diangkut ke jakarta dan jawa , hanya 30% yang masuk ke APBD , yang punya tanah dihargai lebih rendah . di jajah oleh yang katanya saudara sendiri .
ini yang namanya indonesia , pantas saja separatisme begitu marak , pantas mulai banyak yang tidak suka suku jawa di daerah2 . ane emang cinta sama negeri ini , tapi lama2 ane jadi menyetujui mereka2 yang makar .
mungkin konsep RIS emang lebih baik dari NKRI , agar daerah lebih independen secara mutlak .