Alkisah... Ada segerombolan anak manusia yang sedang membahas tugas kuliahnya. Jadwal yang mepet membuat muka mereka terlihat amat serius. Tak ada senyum terpanjar dari wajah-wajah mereka.

"Sudah paham kan tugas masing-masing?" kata ketua kelompok yang baru saja membagi tugas masing-masing kelompoknya. Besok mereka presentasi, sedangkan tugas yang satu minggu yang lalu diberikan oleh dosen baru akan dikerjakan hari ini. Budaya di negeri ini memang sudah mengakar kuat. Ngaret.

Anggota pun menganggukkan kepala.

"Jadi siapa yang mau membuat Power Pointnya?" lanjut sang ketua.

Suasana pun hening. Masing-masing mencoba menaruh ekspresi yang tepat agar tidak ditunjuk oleh ketua kelompok. Ada yang menunduk. Ada yang memainkan hapenya. Ada yang melihat-lihat buku. Satu yang ada di hati mereka, "Aku gak mau..."

"Farid ya... Kamu yang buat PPT!" perintah ketua.

"Wah... Aku ada latihan fulsal sama temen-temen." Ia tidak berbohong. Farid memang akan latihan futsal. Tapi besok sore sepulang kuliah. Bukan hari ini.

"Kalau kamu Ario?"

"Aku gak bisa buat PPT Fid." ujar Ario kepada Hafid sang ketua. Padahal di laptopnya sudah ada tiga buah PPT yang ia buat sendiri sewaktu tingat satu kemarin. Karena terpaksa tentunya. "Rezha aja... Dia kan jago tuh buat PPT."

"Aku ada rapat BEM nanti malam. Maaf ya gak bisa. Kalau gak ada rapat pasti aku mau." bela Rezha. Ia sudah merasa aman dengan alasan mantabnya.

"Elsha?" lanjud Hafid yang dibalas gelengan kepala penuh memelas oleh Elsha. Mungkin kalau tak ada orang disana ia akan tumpahkan tangisannya.

Aksi tunjuk-menunjuk pun terjadi. Suasana yang tadinya hening berubah riuh. Waktu pun hanya dihabiskan dengan hal yang sebenarnya tak perlu. Akhirnya si Faruq yang hanya kalem-kalem saja di tunjuk oleh mayoritas.

"Tapi kalau jelek jangan salahkan aku ya?"

"Ya..." suara pun kompak.

Esok hari pun tiba. Faruq yang memaksakan tubuhnya mendadak sakit. Kalau hari biasa mungkin akan dia paksakan untuk masuk kuliah. Tapi hari ini adalah hari spesial. Ia dengan yakin memutuskan untuk tidak masuk.

"Waduh... Gimana donk presentasi kita?" ucap Hafid yang baru saja ditelepon Faruq.

"Kalau mau tugasnya kesini aja Fid. Tapi baru selesai setengah."

"Kosanmu kan jauh. Kalau tadi subuh kamu beri tahu mungkin masih sempat." keluh Hafid yang mulai cemas.

"Kalau tadi subuh baru seper sepuluhnya Fid." timpal Faruq.

"Hah... Sudahlah gak apa-apa. Gak usah. Masih setengah juga kan." kata Hafid sambil menghela nafas panjang.

"Serius nih gak apa-apa?"

Dengan nafas yang lebih panjang Hafid menjawab "Iya. Mau gimana lagi."

"Coba aku aja yang ngerjain kemarin" nggremeng Hafid sambil menutup telepon.

Kelompok mereka akhirnya pasrah dengan kenyataan. Jika 3 kelompok yang di panggil Pak Yosep hari ini untuk presentasi salah satunya adalah mereka, maka habislah sudah. Nilai minimumlah yang akan mejeng di kertas penilaian. Jika kau bertanya siapa yang paling kencang doanya agar tidak ditunjuk kedepan, maka merekalah orangnya kawan. Entah bagaimana cara mengubah kebiasaan bangsa ini. Bangsa Karet.