Subsidi yg melebihi kouta hingga menggerogoti APBN selalu menjadi dasar bagi pemerintah terpaksa menaikan harga BBM.Padahal subsidi BBM yg mencapai puluhan triliunan rupiah itu 70% dinikmati oleh golongan ekonomi menengah ke atas.Lelucon pemerintah ini bisa di analogikan dgn orang sakit perut diberi obat sakit kepala..ya gak sembuh...Permasalahannya kouta yg melebihi batas dan penerima subsidi yg tidak tepat solusinya kok harga BBM dinaikan? hal ini semangkin menunjukkan ketidak mampuan pemerintah ngurusi BBM, Sekaligus menunjukkan ketidak berpihakan pemerintah pada golongan ekonomi lemah..seharusnya pemerintah membangun sistem agar kouta bisa terjaga dan penerima subsidi itu tepat,kalau gak bisa ..jangan jadi pemerintah dong..Apakah tidak ada orang Indonesia yg mampu membangun sistem sedemikian rupa sehingga subsidi BBM sesuai dgn kouta yg telah dibuat dan penerima subsidi sesuai dgn sasaran?..Jika harga BBM naik imbas pertama adalah masyarakat kecil dan golongan ekonomi lemah.
Untuk itu Jokowi yg identik dgn rakyat kecil dan wong cilik harus berani ngambil sikap yg berbeda dgn pemerintah saat ini yg selalu disandera pencitraan..Jokowi harus memilih orang yg tepat untuk ngurusin BBM..Beliau harus berani menolak usulan elite partai jika mengintervensi pemilihan orang yg bekerja menangani BBM seperti Mentri SDM dan Dirut Pertamina..Ingat Yang mengangkat Jokowi adalah rakyat bukan elite partai pendukung dan pengusungnya kala pilpres lalu.BBM akan menjadi ujian pertama Pemerintahan Jokowi..Harapan rakyat yg besar pada Mantan Walikota Solo ini jgn dinodai oleh kebijakan yg tidak berpihak pada wong cilik simbol dari Partai PDIP dan Jokowi sendiri