nizarhelmi17Avatar border
TS
nizarhelmi17
[Prestasi Pertamax] Saya Datang, Saya Lihat, Saya Menang

Veni, Vidi, Vici

Entah apa arti penggalan-penggalan kata di atas, ane sendiri nggak tau persis apa artinya. Tapi ane sering mendengar ungkapan tersebut diucapkan oleh orang-orang yang ikut lomba. Ah sudahlah, lupakan. Pastinya kali ini ane bakal menceritakan prestasi pertamax ane.Bukannya mau pamer dan sombong, kalo Kaskus sama Pertamina mengadakan kuis, kisah ane ini mungkin ane bawa sampe mati, gan. Emang sih bagi yang sudah sering juara nasional bahkan internasional, prestasi ane ini nggak ada apa-apanya.Tapi bagi ane apalagi orangtua, teman-teman bahkan tukang cendol langganan, prestasi yang ane dapatkan ini adalah suatu kebanggaan yang bikin ane selalu dikenang *sengaja nyinggung cendol biar dapat cendol dari kaskuser* emoticon-Blue Guy Cendol (L)

Kenapa prestasi ini sangat berkesan? Karena prestasi yang akan ane share ke agan-agan semua pokoknya adalah prestasi yang didapatkan dengan tumpahan keringat dan semangat juang tiada henti untuk mendapatkan gelar juara dan hal ini lain daripada yang lain bagi ane *sok banyak prestasi* emoticon-Cool

Okedeh, kita mulai aja ceritanya. Dulu, waktu ane masih SMA, ane lumayan sering ikut lomba-lomba. Berbekal skill ane yang lumayan di berbagai bidang akhirnya ane sering diikutkan di berbagai cabang perlombaan oleh sekolah. Oh iya, ini info aja ya buat agan-agan yang lagi baca: ane termasuk siswa popular di sekolah. Nggak heran kalo ane dikenal, dikenang lalu diajakin ngikut berbagai macam lomba. Saking populernya, tiap kali ada lomba 17 Agustus-an, ane selalu dapat ajakan buat ikutan lomba panjat pinang. Hadiahnya lumayan emoticon-I Love Indonesia

Anyway, ada satu lomba yang berkesan banget buat ane. Sampai sekarang ane masih ingat dan terbayang betapa bangganya waktu menang lomba itu. Saking bahagianya menang lomba tersebut, ane bawa tidur si piala. Ane juga masih ingat betapa kemenangan yang ane raih bisa membuat ane kegirangan sampe bawa-bawa piala ke rumah lalu menyempatkan untuk selfie bareng piala tersebut. Bukan cuma diajakin tidur atau sefie bareng, piala kebanggaan itu juga ane bersihkan. Ane lap pake cairan pembersih dengan wangi lemon sebelum akhirnya si piala harus diserahkan ke sekolah sebagai pajangan dan kebanggaan bagi sekolah ane. Lomba yang dari tadi ane ceritain dengan membusungkan dada adalah LOMBA CERDAS CERMAT UUD 1945 DAN TAP MPR RII(LCC MPR) tingkat provinsi. Iya, tingkat provinsi “doang”.Tapi, percaya atau nggak, ane bangga setengah mati walau Cuma juara kedua. Juara kedua? Lomba tingkat provinsi dan juara dua pula, apa istimewanya? Eits… peraturan kuisnyakan prestasi yang berkesan buat ane *nyari pembenaran* . Becanda kok. Nanti agan-agan sekalian bakal tau sendiri kenapa prestasi ini sangat berkesan bagi ane.

Waktu itu ane masih kelas 2 SMA. Di sekolah ane, SMA Negeri 2 Kandangan, ada tradisi kalo anak kelas 2 bakalan diikutin dalam banyak lomba. Tradisi yang beralasan sih. Anak kelas 1 masih minim pengalaman, anak kelas 3 mah udah kaya pada mau perang aja menghadapi UN. Jadi, anak kelas 2 yang akhirnya banyak “dibebani” sama lomba-lomba tersebut. Ane masih ingat waktu itu ane dan 5 teman ane dipanggil ke kantor guru. Sebagai siswa teladan yang selalu membuang sampah pada tempatnya dan rajin menabung, ane nggak takut waktu dipanggil ke kantor guru. Soalnya barengan sih dipanggilnya.

Jadi waktu itu, 3 guru mata pelajaran PKN berkumpul dengan 4 siswa kelas 1.Waktu kami datang, guru PKN yang paling senior ngasih tau kalo 1 bulan lagi kami akan mengikuti LCC MPR tingkat provinsi. Istimewanya lagi, sekolah kami langsung ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten setelah sekolah yang biasanya dikirim gagal dalam 2 tahun keikutsertaan mereka. Alhasil, ditunjuklah sekolah kami. Dinas Pendidikan Kabupaten sangat depresi dan hopeless sampai menyerahkan mandat itu kepada 10 kepala yang pada saat itu bahkan tidak hapal pembukaan UUD 1945. Bak petir di siang bolong *biar dramatis gitu* kami semua terkejut. Ane bingung mau sedih apa senang. Senang karena ane dipercaya ikut lomba bergengsi, sedih karena ane dipercaya ikut lomba bergengsi. Loh???

Persiapannya Cuma satu bulan “aja” loh. Dengan materi yang bejibun, ane awalnya nggak yakin kalo tim kami bisa berbicara banyak di lomba tersebut. Secara ini adalah pertama kalinya bagi kami mengikuti LCC MPR tingkat provinsi. Kamipun sama sekali nggak punya bayangan tentang lomba ini. Yang kami tau kalo lomba ini ya tentang UUD 1945. Apalagi mekanisme lomabanya, kita sama sekali kosong. Nge-blank. Hampa. Beterbangan bak butiran debu *apasih* emoticon-Ngakak

Pembagian buku-buku materi menjadi penutup pertemuan singkat di siang itu. Kalau ane nggak salah ingat, ada empat buku yang dibagikan. Isinya tentang UUD dan TAP MPR. Tidak punya pengalaman membuat kami bingung mau diapakan materi itu. Akhirnya ada salah satu teman ane yang mengusulkan untuk menonton video LCC MPR tahun lalu di youtube. Waktu ane SMA udah ada youtube kok, percaya deh. Ane nggak tua-tua amat kok. Satu per satu video di youtube pun kami tonton. Ternyata soal-soal di LCC MPR tidak lebih dari soal hapalan dan ingatan. Setelah mendapat pencerahan, kami mulai menghapal satu per satu pasal dan ayat di UUD dan TAP MPR. Merasa kesulitan menghapal satu per satu pasal, kami mulai berpikir untuk menggunakan strategi menghapal. Kami pun membagi pembahasan dan materi secara rata kepada masing-masing angggota tim. Alhasil dalam satu minggu, seluruh anggota berhasil menguasai materinya masing-masing. Problem Solved! Oooowyeaaaah emoticon-Cool

Okelah problem materi udah solved. Bak sinetron Indonesia yang ribuan episodes, di setiap episodenya pasti ada aja masalah, tim kamipun sama. Masalah selalu menghampiri tim kami yang memiliki niat mulia ini. Kami baru dapat kabar kalau setiap tim harus menampilkan yel-yel sebelum tampil. Oh iya, kan di video yang kami tonton, kami udah liat kalau setiap tim pasti nyanyi-nyanyi sama joget-joget sebelum tampil. Rupanya kekompakan kami mencapai level kompak lupa. Hebat. Lebih hebatnya lagi, cuma ada satu orang yang bisa main musik. Selebihnya cuma bisa nyanyi, lebih tepatnya teriak pake sedikit nada dan joget-joget ala anak alay. Namun, keadaan tersebut tidak membuat kami menyerah. Walaupun cuma menggunakan satu alat musik, kami berhasil menyusun dan menciptakan yel-yel kami dengan lancar.

Tibalah hari dimana kami harus berangkat ke tempat lomba yang menempuh jarak sekitar 2 jam. Dengan menumpangi mobil colt putih berangkatlah kami bersepuluh beserta dua orang guru pembimbing menuju LPMP Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Datang dengan wajah lelah setelah menempuh 2 jam perjalanan, kami istirahat di kamar yang sudah disediakan panitia. Oh iya lupa ngasih tanda petik dua. “Istirahat”. Kami berinisiatif untuk berlatih menyanyikan yel-yel kami kembali sebelum nanti ditampilkan. Entah kenapa persiapan kami ini lebih mirip persiapan grup vocal yang akan mengikuti audisi mencari bakat. Setelah latihan sampai malam, akhirnya kami pun dapat tidur dengan wajah sumringah. Bukan karena merasa siap dan yakin, tapi karena makan malam hari itu lumayan enak emoticon-Malu

Keesokan harinya, ada beberapa acara yang harus kami ikuti, seperti pengarahan dan seminar mengenai LCC MPR. Setelah tetek bengek pembukaan lomba ini selesai, acara selanjutnya adalah pengundian peserta. Kami mendapatkan lawan yang cukup tangguh di babak penyisihan. Sekedar info, LCC MPR menggunakan sistem gugur, bukan sistem poin kayak piala dunia. Kalau tim kita kalah, angkat kaki deh.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya terlaksana; Lombapun dimulai. Kami mendapat urutan penyisihan kelima. Sebenarnya peserta yang lain nggak diwajibkan untuk menonton, tapi kami menjadi peserta yang paling awal dan paling semangat untuk menonton penyisihan pertama LCC MPR. Euforia terus berlangsung hinggak akhirnya tiba giliran kami tampil. Ternyata meskipun kami memberikan semangat kepada peserta lain yang sudah tampil dengan cara menonton pertandingan mereka tidak membuat mereka membalas kebaikan hati kami dengan menonton pertandingan kami emoticon-No Hope

Tepat setelah adzan magrib selesai berkumandang, kami bertanding. Meskipun hanya ada beberapa penonton yang malas-malasan menonton pertandingan kami, tetapi kami tidak patah semangat. Tidak disangka-sangka ternyata kami menang di penyisihan pertama ini. Ane nggak bisa ungkapin betapa senangnya ane dan rombongan pas tau hasilnya ternyata tim kami menang. Ditambah lagi ternyata yel-yel yang kami bawakan dengan persiapan yang nggak terlalu maksimal ternyata menjadi yel-yel favorite. Perasaan malam itu jadi semacam menangin ajang internasional sekelas Miss Universe. Ane bayangin ane sama tim berjalan ke mimbar dan ngasih pidato singkat tentang betapa kami sangat berterimakasih kepada segelintir nafas yang tadi menonton pertandingan kami meskipun nggak nyorak-nyorakkin atau kasih semangat. Ane juga ngerasa kayak ada yang naro mahkota gitu di kepala ane. Pokoknya berasa champion banget. Berasa juara utama yang dielu-elukan padahal lomba ini nggak literally end. Masih ada dua hari lagi untuk mengalahkan SMA-SMA lain.

Oh iya, saking seneng dan optimisnya setelah tau hasil penyisihan babak pertama ini, ane sama temen-temen nggak ada satupun yang bisa tidur. Mungkin kalo merempun bakalan merem sambil nyengir. Nggak lucu kalo tetiba kami bersepuluh merem mencoba untuk tidur tapi saking senengnya meremnya sambil nyengir dua jari, trus ada guru pembimbing yang masuk ruangan kami dan ngelihat keanehan yang sedang terjadi. Antara dua aja deh, kalo nggak doi ngabur atau pingsan di tempat emoticon-Ngakak . Bayangin aja merem sambil nyengir itu ngeliatnya horror mampus. Macam mayat yang mati ketiban duit 10 milyar atau cewek bahenol. Jadi, daripada nyengir kuda nggak jelas, sebagai siswa-siswi penerus kearifan bangsa yang berpegang teguh kepada keyakina beragama emoticon-Matabelo, kami memutuskan untuk pergi ke mushola LPMP untuk melakukan sholat tajahud. Meminta doa kepada Sang Pencipta untuk memudahkan jalan kami menuju kemenangan.

Hari ke-4 kami berada di Banjarbaru, which is hari kedua mengikuti lomba, kami kembali ke ring tinju dengan semangat ’45 untuk mengalahkan lawan-lawan yang tangguh yang datang dari berbagai Negara. Saking semangatnya buat lomba hari itu, kami nyanyiin yel-yel tanpa kenal rasa lelah. Macam komplotan yang lagi ikutan lomba adu bakat, kami bergoyang hilir-mudik dengan suara yang bisa dikatakan 2 level lebih baik di atas suara anak ayam. Pokoknya, hari kedua lomba kami habiskan untuk bersemangat hingga kami lupakan bagaimana rasanya untuk nggak bersemangat. Sayangnya, yel-yel yang kami bawakan tidak mendapat kategori apa-apa. Mungkin bagi para juri, semangat kami yang berlebihan lebih ke arah hal yang destruktif. Akibat jogetan dan suara kami, terhitung ada 5 orang luka-luka dan sisanya kesulitan bernafas. Kebakaran di Banjarmasin, kemalingan di Banjarbaru, rumah-rumah roboh di Barabai, dan masih banyak lagi hal-hal buruk terjadi ketika kami bergoyang dan bernyanyi dengan penuh semangat. emoticon-Jempol emoticon-Ngakak

Rupanya, kesialan hanya sebentar menaungi jiwa muda-mudi kami yang membara. Kekalahan dalam membawakan yel-yel tidak berlaku dalam babak penyisihan kedua tersebut. Terbukti kami dapat memenangkan babak kedua dengan cemerlang. Masalah kekalahan yel-yel dengan sekejap terlupakan oleh kemenangan babak kedua. Semangat kami kembali menggebu. Kami semakin yakin bahwa kami mampu unggul dan menjadi juara. Ane kembali membayangkan memegang trofi seraya melambaikan tangan kepada seluruh tim lain yang kalah. Ane membayangkan betapa mereka begitu terkesima dengan kemenangan ane beserta tim, sehinggak setelah ane selesai dengan menyombongkan kemenangan, ane akan dikerubuti oleh sekelompok gadis-gadis yang meminta tanda tangan ane :coo lBayangan yang sungguh… Ah! Priceless…

Hari selanjutnya, hari ke-3 kami betanding mempetahankan kebanggakan dan keyakinan, adalah babak semi final. Kami melawan SMAN1 Banjarmasin yang notabene-nya adalah runner up tahun lalu dan dijagokan akan menjadi juara tahun ini karena juara tahun yang lalu tidak ikut serta dalam LCC MPR tahun ini. Namun, siapa peduli dengan runner up tahun yang lalu atau 200 tahun yang lalu? Kami datang dan betanding dengan kemampuan maksimal. Urusan menang atau kalah sih belakangan, meskipun kami sangat optimis juara dalam lomba ini.

Nampaknya, kesialan di hari sebelumnya kembali menghampiri kami. Kekalahan lagi-lagi membuat kami sedih dan hampir menyerah. Kami kalah di round pertama di semi final ini emoticon-Sorry . Namun kemudian, ada kabar yang mampu mencerahkan hari yang muram; kami mendapat wild card. Jadi, sistem wild card ini mengambil satu tim dari juara-juara kedua terbaik di setiap kelompok tim yang bertanding memperebutkan tiket untuk ke final. Kami, yang, ternyata, setelah dihitung skornya, menjadi juara dua terbaik dari juara-juara dua yang lainnya akhirnya maju ke babak final. Harapan untuk menang akhirnya mengembalikan semangat kami.

Di babak final, kami berusaha semaksimal mungkin. Semangat yang begitu besar tersebut ditambah dengan kenyataan bahwa ternyata babak final tersebut diliput di TVRI. Kami yang, sedikit, norak karena belum pernah eksis di televisi sebelumnya, meningkatkan semangat dan kelebayan kami ke level yang tak terhitung oleh meteran. Semua hal yang kami lakukan terkesan lebay. Bahkan, ketika ane mengangkat tangan untuk membenarkan letak rambut yang sedikit acak-acakan, ane manfaatkan dengan sedikit slow motion dan terkesan sok cool. Temen-temen ane udah nggak bisa digambarkan lagi bagaiman kelebayan yang mereka lakukan akibat diliput oleh TVRI. Bisa bayangin nggak kalau ternyata kami berlombanya di acara musik pagi di salah satu stasiun televisi? Kami pasti bakalan disemangatin dan disorakin oleh sahabat Dahsyat sambil joget lala lala yeye yeye. Yaah, mungkin kelebayan kami malam itu setaralah sama kelebayan penonton acara musik

Lomba berlangsung dengan sengit. Setiap ada kesempatan menjawab kami selalu memencet bel. Kami tak ingin melewatkan satupun kesempatan untuk menjawab dengan benar. Setengah jam berlalu, pertandingan semakin menggila; penonton makin tak terkontrol. Ada yang lari-lari di tengah ruangan demi menyemangati tim favoritenya. Ada yang jungkir balik nggak jelas supaya jadi bahan perhatianemoticon-Ngakak. Ada yang selfie sambil ketawa ngakak kayak mak lampir. Pokoknya malam terakhir itu begitu membara.

Pertanyaan-pertanyaan terus dilontarkan untuk kemudian kami tangkap dan jawab. Skor tim kami dan SMAN1 saling berkejaran; hanya ada satu pemenang, kami atau SMAN1. Kalo tim ketiga sih udah nggak usah dibahas lagi, mereka udah jauh ketinggaklan skor oleh tim kami. Jadi, pertarungan kali ini hanya antara tim kami dan tim SMAN1. SMAN1 unggul beberapa poin dari kami. Di pertanyaan terakhir, apabila SMAN1 dapat menjawab dengan benar maka mereka yang akan menjadi pemenang. Sebaliknya, jika tim kami yang benar menjawab soal terakhir tersebut, maka hasil skor kami akan imbang dan akan berlanjut ke pertanyaan rebutan dimana pertenyaan rebutan tersebut akan menentukan pemenang yang sesungguhnya. Sayangnya, meskipun kami lebih cepat memencet bel untuk pertanyaan terakhir tersebut, jawaban kami salah. Para juri dengan bangga mengumumkan bahwa gelar juara LCC MPR tahun ini jatuh ke tangan SMAN1 Banjarmasin dengan skor yang tidak terlalu jauh dari skor kami.
Kami harus puas dengan gelar juara kedua.

Namun, meskipun menempati posisi kedua, kami sangat bangga dan senang. Bagi peserta lomba, status juara kedua dalam perlombaan tingkat provinsi adalah hal yang amat sangat membanggakan. Bagaimana jika posisi juara kedua tersebut ditempati oleh seorang lelaki yang sedang berjuang mendapatkan hati gadis pujaannya? Failed! Pasti sakit banget. Nggak enak. Posisi kedua? Mending nyari gadis yang lain. Eh, sorry ane jadi curhat. Pokoknya yang jelas, meskipun kami gagal menempati posisi utama dalam lomba kali ini, tetapi kami sangat bangga dan bahagia sudah mampu bersaing di tingkat provinsi dengan sekolah-sekolah dari kota lain. Hal ini menambah pengalaman dan teman baru. Bukankah hidup adalah tentang mencari sebanyak-banyaknya pengalaman dan teman? Urusan berhasil atau gagal ada di dalam prosesnya. Sang Pencipta telah mengatur yang terbaik untuk kita. Cukup jalani dan lakukan yang terbaik. Bener kan gan ? emoticon-2 Jempol

Kata kaskuser sih biasanya no pic = hoax. Jadi ane kasih deh foto-foto waktu ane ikut LCC MPR. Maaf yee, foto nya ada yang kabur. Itupun bukan ane yang motret. Saking ane konsen ke lomba, ane jadi gak sempet selfie gitu deeeeech #alibi #alay #yasudahlah

Spoiler for "Tim ane yang paling kanan gan":


Spoiler for "Foto sehabis babak penyisihan II":


Spoiler for "Babak Final nih gan":


Spoiler for "Piagam ane":


Spoiler for "Bukti 8 & 9":


Agan-agan sekalian yang berbahagia dan bangga dengan hidupnya saat ini, seperti ungkapan yang ane tulis di awal cerita, Veni Vidi Vici: saya datang, saya lihat dan saya menang, kami akhirnya berhasil menaklukkan keraguan kami akan kemampuan diri kami sendiri. Benar kata pepatah yang mengatakan “Musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri”. Kita harus bisa mengetahui dan mengendalikan potensi yang ada dalam kita. Apabila kita percaya akan kemampuan diri kita sendiri, ane yakin tidak ada yang tidak mungkin.
emoticon-Shakehand2emoticon-2 Jempol
0
4.2K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.