Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

downeyjuniorAvatar border
TS
downeyjunior
Polarisasi Media setelah Jokowi Resmi Menjadi Presiden
Menarik melihat bagaimana peta politik media setelah pemilihan presiden 2014 ini. Seperti sudah menjadi rahasia umum bahwa pada saat pilpres ini media massa terbelah menjadi dua kubu pendukung masing-masing calon presiden. Dukung mendukung capres ini seiring dengan dukungan pemilik modal di media terhadap capres terntentu.

Mantan petinggi Group Bakrie, Aburizal Bakrie, mendukung pasangan Prabowo-Hatta misalnya. Media yang bernaung di Group Bakrie pun ikut-ikutan mendukung calon itu. Menurut mantan Tim Pemenangan Prabowo-Hatta di sebuah majalah mingguan mengatakan bahwa Pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla sama-sama punya media pendukung. “Prabowo didukung TV One dan RCTI, Jokowi-Jusuf Kalla didukung oleh MetroTV,” jelasnya.

Apakah setelah dilantik menjadi Presiden Indonesia ke-7 peta politik media tidak berubah? Apakah media massa Group Bakrie dan MNC akan tetap mendukung Prabowo, dan itu artinya menjadi media opisisi atau bergabung dengan Jokowi? Entahlah. Namun segala kemungkinan tetap ada termasuk bersatunya para pemilik modal itu untuk mendukung Jokowi. Jika manuver politik para pemilik media ini menjadi kenyataan maka rakyat benar-benar dicuci otaknya oleh media-media pendukung Jokowi untuk bungkam terhadap segala penyelewengan pemerintahan Jokowi.

Opsi itu sangat mungkin terjadi, karena sebenarnya dibalik polarisasi media massa ke masing-masing dukungan itu media-media besar di Jakarta diuntungkan dari pilpres kemarin. Bayangkan, menurut [url]datahttp://www.iklancapres.org/iklan/jenismedia/detail/1/televisi.html,[/url] televisi Jakarta menerima total Rp58,32 miliar.

Dari situ terlihat, bahwa peta politik media setelah pilpres akan berubah. Biaya operasional media massa, termasuk TV, sangat besar sehingga pemilik media bisa saja mencari aman dengan tidak melakukan oposisi terbuka. Konfrontasi terbuka dengan presiden terpilih berpotensi untuk tidak lagi mendapatkan gelontoran uang dari para politisi penguasa untuk beriklan.

Lagi pula, para pemilik media itu sekaligus adalah praktisi politik. Dan dalam politik tidak ada musuh abadi. Yang ada adalah kepentingan abadi. Bayangkan bila di bawah kepemimpinan Jokowi nantinya, kepentingan Hary Tanoe, Surya Paloh dan Aburizal Bakrie dapat dipertemukan, apa yang terjadi dengan peta politik media? Akankah media-media besar itu kemudian menjadi corong pemerintah dan mengabaikan suara rakyat? Jika peta politik media itu yang terjadi maka kita sesungguhnya telah berada di era yang lebih buruk daripada era Soeharto.
0
1.3K
6
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.