Cukup lama ane memperhatikan forum kerjasama dan investasi di kaskus. Bahkan seringkali post "mencari investor" juga ada di room yang seharusnya tidak untuk itu, misalnya di room UKM.

Ane takjub dengan "investor" di kaskus dan salut dengan "pengelola usaha" alias pihak yang membutuhkan dana dan mempost kebutuhannya di forum ini.

"Gampang bener orang cari uang jaman skrg" adalah pikiran ane pertama kali ketika melihat dalam waktu sekejap setelah post, "investor-investor" berdatangan memberikan dananya (hard-earn money?) kepada para pengelola yang kadang-kadang hanya bermodalnya sales pitch, SPK dengan materai dan kadang-kadang dengan tambahan "SPK yang disahkan di depan notaris".

Jika ente investor, maka perhatikanlah beberapa hal ini:

1. Seharusnya ente membeli saham suatu usaha (dalam hal ini adalah usaha yang didirikan oleh pihak yang membutuhkan dana tersebut) sekian persen sesuai dengan jumlah dana yang ente kucurkan dan valuasi perusahaan tersebut, bukan menuruti kata pengelola yang berbunyi kira-kira "berikan ane uang sejumlah Rp X dan akan ane kembalikan Rp Y sejumlah XY bulan."

Kenapa? karena pendekatan para pengelola tersebut sangat beresiko bagi investor:

a. Penawaran bunga fixed selama jangka waktu tertentu adalah tidak masuk akal, apalagi jika sudah >= 2% per bulan. Pengelola sampai satu titik, tidak akan sanggup memberikan sesuatu yang fixed karena uang investor digunakan untuk usaha yang sejatinya hasilnya nggak akan pernah bisa dipastikan.

b. Resiko usaha terbesar adalah saat di awal. Kita semua tahu, 90% usaha baru akan bangkrut dalam 5 tahun. Sisanya sebanyak sekian persen akan bangkrut dalam 5 tahun berikutnya. Masa investor diberikan sekian % doang setelah itu bye-bye (dan herannya "investor" mau-mau saja), sementara investor menangung resiko paling gede?

Dengan model membeli saham ini, exit strategi kita sebagai investor hanya ada 2:

a. IPO
b. Akuisisi

Bukan exit setelah XY bulan karena masa perjanjian sudah selesai.

2. "Disahkan notaris" tidak berarti apa-apa, itu hanya berarti bahwa notaris mengetaui bahwa telah terjadi perjanjian diantara kedua belah pihak, alias perjanjiannya tidak di bawah tangan. Kalau sudah terjadi wanprestasi, mau ngapain dengan perjanjian yang "disahkan oleh notaris?" Mau tuntut notarisnya?

3. Pengelola (founder) usaha yang benar akan tahu betapa susahnya memanage banyak orang. Jadi "investor" nya ada 10 orang (atau di kaskus ane lihat kadang-kadang sampai puluhan orang), bagaimana managenya? Bentar-bentar ada yang SMS, BBM, email, telp, line, whatsapp (atau apapun itu, you name it) dan pengelola harus menjawabnya. Ngurusin "investor" saja sudah cukup, nggak perlu ngurusin usahanya lagi.

Gregetan ane.

Pesan ane: untuk para "investor", belajarlah investasi yang baik dan benar. Jangan terlalu gampang ditipu orang, apalagi orang-orang virtual yang hanya bermodalkan komputer/hp, koneksi internet dan kemampuan membuat post (pitching) yang bagus.

Sama gregetannya klo kadang-kadang ada yang post: "itu kan resiko investasi. masa hanya mau untungnya, nggak mau ruginya". Kalau kita investasi, tapi ternyata market tidak seperti yang kita pikirkan/harapkan padahal usaha sudah dikelola dengan sebagaimana mestinya, itu adalah resiko usaha/investasi. Itu adalah market risk. Tapi kalau duitnya dilariin pengelola, itu mah bukan resiko investasi.

Just my 2 cents, dipersilahkan jika tidak setuju. It's not my money anyway.