APA yang Anda rasakan ketika tiba-tiba didaulat duduk di barisan VVIP di sebuah acara sakral?. Mungkin jawaban Anda :
senang, malu, grogi, tersanjung, besar kepala, dan lain-lain.
Quote:
Nah inilah yang akan diceritakan dalam kisah ini,, cek aja ya gan...
Spoiler for Peci Haji:
Kisah Pak Haji Cibir Peci Hajinya
Quote:
Kisah humor ini telah lama beredar di kampungku, mungkin di kampung Anda juga. Adalah seorang Muslim bergelar haji, menghadiri ritual sunatan, di kampungku sunatan dan pembacaan Barzanji sunat muakkad (nyaris wajib). Pak Haji datang, tanpa peci haji, baju ala kadanya, sarung yang tak bercahaya lagi, kusut dan terkesan tak terurus. Ia tak dapat sambutan hangat, biasa saja. Ia duduk di urutan terendah, dekat pintu lalu lalang para tamu, sedang yang lain duduk di karpet kehormatan lengkap dengan peci haji bahkan surbannya.
Pak Haji galau, tak pernah mendapatkan perlakuan sebiasa ini. Dengan sigap, ia pulang ke rumahnya, buka lemari, diambil satu-satu pakaian kebesarannya. Pakai peci haji yang terbaik, surban, sarung mengkilap, lengkap dengan terompah berkelas. Ia kembali ke acara, sambutan jadi berubah, tuan rumah menuntunnya naik tangga, tamu-tamu bergeser secara otomatis, memberi jalan, duduklah ia sejajar dengan tamu-tamu terhormat lainnya.
Barzanji telah usai digaungkan, kisah dan sejarah Rasulullah telah ditutup, doapun dimulai. Acara makanpun start. Tamu menyantap makanan, gemerincing sendok bersahutan, hanya Pak Haji inilah yang tidak makan. Ia buat ulah, membuka peci hajinya, surbannya. Jadilah perhatian para tamu, sebab Pak Haji celupkan peci hajinya di setiap wadah ‘cuci tangan’, sambil mencibir: “Hei surban, kamulah yang dihormati orang. Hei peci, kamulah yang dihargai orang, bukan aku, bukan aku”.Tamu lainnya, terbingung-bingung.
Inilah fakta sosbud kita, humaniora kita. Look by the cover…!. Di kesempatan lain, seseorang dengan pakaian bersahaja, bicara jika bermanfaat, lidahnya terjaga dengan baik. Ia duduk dengan seorang yang berpakaian surban, sangat Islami. Uniknya, orang antri bersalaman dengan manusia sederhana ini. Apakah gerangan yang terjadi?. Nyatanya orang yang bersusul-susul menyalami manusia simpel dalam berpakaian ini, disebabkan satu alasan kuat: “Perilakunya jauh lebih indah dari pakaiannya. Tuturannya cantik. Perangainya elok. Akhlaknya kelewat seksi, moralitasnya tergaransi”. Ia mukmin di segala bulan, bulan-bulannya semua Ramadhan, malam-malamnya adalah semua nisfu sya’ban, idul fitrinya setiap hari, dan ‘valentine day-nya’ everyday.