Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dhimasaryadiAvatar border
TS
dhimasaryadi
[Prestasi Pertamax] EMAS UNTUK NEGARA TERINDAH, INDONESIA!
[Prestasi Pertamax] EMAS UNTUK NEGARA TERINDAH, INDONESIA!

EMAS UNTUK NEGARA TERINDAH.INDONESIA
emoticon-Toastemoticon-Toastemoticon-Toast

(mungkin ini lebih mirip cerpen.hehehe... ini pertama kali saya ngekaskus...mohon maaf kalau berantakan.mohon dukungannya,gan)
Kenalkan, nama saya Dhimas Aryadi. Orang-orang memanggil saya Dhimas atau Redi saja. Prestasi yang saya dapatkan kebanyakan didapat secara kelompok. Untuk prestasi perindividu rasanya jarang, karena saya sangat suka berorganisasi dan untungnya organisasi yang saya ikuti adalah organisasi yang luar biasa. Ada tiga prestasi yang bisa dibilang ‘lumayan’ diantaranya bersama teater bahasa jepang Enjuku. Tahun 2014 kami berhasil menampilkan pementasan utama “Wagahaiwa Nyangko Dearu” di Tokyo dan Kumamoto serta pementasan kecil Tokyo Life Story di Fukushima University. Selain itu, di tahun 2012 saya pernah pergi ke Pattaya, Thailand untuk mengikuti kompetisi paduan suara tingkat internasional bersama Paduan Suara Mahasiswa UIN Jakarta—mendapat medali perak. Alhamdulillah, kedua prestasi saya itu bisa dibilang tidak terlalu mendapat cobaan yang berarti. Namun ada satu prestasi yang harus saya dan kawan-kawan saya dapatkan dengan pengorbanan air mata, keringat, dan darah yang luarbiasa. Kompetisi luarbiasa saya yang kedua bersama PSM UIN Jakarta, 3th Vietnam International Choir Competition, Hoi An.

Awalnya saya kira, PSM UIN Jakarta (Selanjutnya saya singkat PSM) akan rehat sejenak dari kompetisi internasional maupun nasional. Namun, prestasi pertama di Thailand tidak membuat PSM puas, kami butuh prestasi yang lebih lagi.

Suatu sore saya mendapat SMS dari Acid (Sekretaris PSM), “ Red, nanti sore ketemu di Sevel samping kampus, ya”. Rasanya aneh jarang-jarang dia SMS begitu mendadak. Sorenya saya berangkat ke tempat tersebut, dan saya dapati Acid dan Atu (Bendahara PSM) sudah disana. Awalnya ngobrol ngalor ngidul, tapi di ujung pertemuan itu terucap satu kalimat dari mereka berdua. “Selamat red, lo jadi pimpinan produksi untuk projek Vietnam!”. Mata saya langsung terbelalak sedangkan mereka tertawa girang, tapi tidak sedang bercanda.

Saya sebenarnya tidak terlalu menyukai pertemuan itu. Waktu itu saya berfikir bahwa saya akan menanggung tanggung jawab yang berat. Setelah berfikir ulang saya akhirnya bisa mengemban tanggung jawab itu. “Jelas, ini adalah ujian kenaikan level kualitas diri saya”, fikir saya waktu itu.
Audisi digelar untuk mencari penyanyi yang berkualitas dari anggota PSM. Meskipun saya pimpinan produksi dalam projek ini, saya juga harus mengikuti audisi. Masih ada kemungkinan saya tidak berangkat ke Vietnam. Juri audisi waktu itu adalah instruktur kami, Bu Tanti, profesional di bidang paduan suara yang dengan luar biasa membimbing kami. Saat berhadapan dengan beliau, grogi mulai muncul. Dari membaca partitur, sampai teknik vokal diuji saat itu. Dan saya sadar hasil saya sangat tidak maksimal.

Setelah audisi selesai, saya, Acid, dan Atu sudah mendapat hasilnya. Ada dua orang dari suara Tenor yang lulus secara bersyarat (saya lebih suka menggunakan istilah underdog). Artinya nilainya tidak sesuai standar tapi diterima dengan syarat jika tidak ada peningkatan kemampuan ,penyanyi tersebut akan dikeluarkan dari tim. Salah satu orang itu adalah SAYA.
Itu ujian pertama saya, hasil audisi yang tidak memuaskan. Tapi itu tidak membuat semangat saya surut. Selanjutnya saya harus memikirkan proses produksi selain bidang artistik seperti pendanaan, kegiatan pra keberangkatan, manajemen waktu, dll. Dan hal tersebut jujur sangat menyita perhatian saya. Kuliah mulai terabaikan. Itu ujian kedua saya.

Setelah proses audisi selesai. Kami latihan secara rutin tiga kali seminggu tiap jam 18.30 di pelataran Auditorium Utama atau di pelataran Student Center. Lagu yang kami bawakan adalah Anoman Obong (Jawa Timur), Anging Mamiri (makasar), Tari Pasambahan (Sumatera Barat) dan Jali-Jali (Jakarta). Kecuali Anging Mamiri, kami harus menambahkan koreografi ditiap lagunya. Buat saya, semua lagu tersebut punya tingkat kesulitan cukup sulit.

Disamping latihan rutin, kami juga terus berusaha mendapatkan dana. Kami tidak bisa mengandalkan dana UKM dari kampus karena jelas tidak cukup. Dana yang kita butuhkan waktu itu sekitar 300 jutaan. Bukan jumlah yang sedikit memang, tapi kami optimis bisa mendapatkan dana tersebut.
Berbagai cara kami pakai untuk mendapatkan dana. Dari iuran penyanyi, jualan di kampus, garage sale, konser band, konser paduan suara, sponsorship, dan ngamen di GBK Senayan setiap hari minggu. Banyak memang, tapi selagi itu bisa diraih kami coba mengusahakan. Kami mencoba untuk bekerja lebih spartan untuk PSM disamping kegiatan perkuliahan yang menggila.

Ujian yang sebenarnya mulai muncul. Disaat iuran penyanyi harus dikumpulkan, tapi tidak semua penyanyi melakukannya dengan tepat waktu. Alasannya karena kondisi finansial yang kurang sehat. Saya sebagai pimpinan produksi harus berfikir keras bagaimana kita bisa membayar event package, biaya tiket pesawat yang jumlahnya lebih dari 150 juta itu dalam beberapa bulan lagi. Hasil dari garage sale, jualan kue di kampus, dan ngamen tidak cukup menutupi biaya produksi. Saat itu, saya berada di titik terendah. Saya merasa tidak mampu menjadi pimpinan yang baik. Akankah saya mundur?

Acid, Atu, dan teman-teman lain tidak berhenti memberi semangat. Kami semakin giat mencari rezeki untuk menutupi biaya produksi. Pertama, jam empat pagi kami jualan kue kering yang kami beli di pasar pagi Blok M setiap hari. Tapi untung kami menjalin hubungan dengan pedagang kue di Pujasera yang letaknya tidak jauh dari kampus sehingga kami tidak perlu ke pasar pagi lagi. Kedua, setiap minggu jam 8 pagi kami ngamen keliling GBK. Awalnya canggung dilihat banyak orang. Namun apresiasi mereka dan kebutuhan mendesak kami membuat wajah ini menebal. Sekali ngamen kami bisa dapat 300 sampai 500 ribu. Namun setiap kami main ke lapangan baseball, kami bisa dapat lebih. Kami kenal dengan Pak Heru saat itu. Beliau adalah “punggawa” di Garuda Baseball. Beliau membantu kami untuk ngamen di sana dan tidak disangka-sangka dalam beberapa menit saja kami bisa meraih satu juta rupiah diluar ngamen sebelumnya. Sangat beruntung bertemu beliau. Jasanya masih terasa sampai sekarang. Terimakasih Pak Heru. Ketiga adalah konser band dan paduan suara yang kami adakan di kampus. Untuk konser band kami kurang beruntung sedangkan konser paduan suara membuat kami cukup senang karena antusiasme penonton di atas ekspektasi dan pendapatan yang kami terima cukup memuaskan.

Waktu berlalu begitu cepat. Porsi latihan ditambah jadi lima kali seminggu. Peningkatan terlihat dari segi artistik. Namun dari segi manajerial, kami seperti siput. Sebagian event package sudah kami bayarkan dan kami minta pembayaran sebagiannya lagi ditunda sampai ada dana. Sedangkan tiket pesawat belum kami beli satupun. Padahal kurang dari dua bulan kita harus terbang. Kekurangan dana masih ratusan juta sedangkan sponsorship tidak ada yang tembus dan usaha kami yang lainnya tidak cukup menutupi biaya produksi. Kepala saya hampir pecah saat itu. Jujur, kuliah menjadi nomor sekian dan projek ini jadi nomor satu. Karena di projek ini tidak hanya saya yang ada di dalamnya, tapi juga nasib 33 orang. Tangisan sudah jadi air minum tiap malam sambil memikirkan cara bagaimana mendapatkan dana. “Akankan projek ini batal?”

Akhirnya kami konsultasi dengan para senior. Mereka membantu dalam hal memperbaiki proposal, membenahi manajemen produksi, serta memberikan nasihat baik. Kemudian diadakanlah pertemuan besar dimana isinya anggota tim produksi dan para senior. Yang membuat saya kecewa saat itu, mayoritas teman-teman produksi lain tidak terlalu terlibat dalam perbincangan malam itu sehingga yang terlibat hanya saya, Acid, Atu, dan beberapa teman-teman produksi. Jujur, waktu itu kami terpojok. Senior menilai projek ini tidak dapat dilaksanakan mengingat kekurangan dana masih ratusan juta lagi sedangkan tiket pesawat, event package, dan kebutuhan lain-lain belum terpenuhi. Mereka meminta kami menghentikan projek ini karena terlalu sulit. Sontak semua peserta pertemuan terdiam. Semua usaha yang kami lakukan sebelumnya seakan tak ada arti mendengar hal itu. Setelah pertemuan itu kami pulang masing-masing tanpa berkata dan berfikir, apakah projek ini benar-benar berakhir?

Keesokannya, setelah latihan kami berkumpul lagi. Saya punya pertanyaan penting untuk disampaikan ke teman-teman. Semuanya faham apa yang akan saya sampaikan. “Teman, setelah melihat kondisi kita diluar artistik seperti pendanaan dan usaha kita selama ini, apakah menurut teman-teman PROJEK INI AKAN KITA HENTIKAN SAMPAI DI SINI ATAU KITA LANJUTKAN DENGAN SEGALA RESIKO?”Semua diam. Kemudian ada yang bertanya, “apa resikonya,kak?”Lalu saya menjawab, “Resikonya adalah kalian harus membayar iuran sampai hampir dua kali lipat dari pembayaran sebelumnya.” Semuanya semakin diam. Saya tahu ini yang akan terjadinya. Sehingga kalimat terlontar seketika, “SIAPA YANG SANGGUP LANJUT, HARAP ANGKAT TANGAN!” Hampir sebagian besar mengangkat tangannya. Hanya ada enam orang yang masih terdiam. Saya tahu ini berat untuk disampaikan. Iuran yang sebelumnya pun ada yang belum lunas. Namun saya tetap menguatkan mereka. Saya memberi harapan bahwa mereka harus membayar jika sponsor yang belum dapat jawaban memberi bantuannya. Harapan kosong sebenarnya tapi itu yang terbaik saat itu.

Pertemuan saya bubarkan, kecuali enam orang itu. Kami perlu bicara.
Sebagian dari enam orang itu mengaku masalahnya adalah finansial. Untuk membayar iuran sebelumnya ia perlu berjuang lebih dari menggadaikan perhiasannya, mengorbankan biaya skripsinya, dan kondisi keuangan keluarga yang tidak sehat. Jiwa melankolis saya tak terelakan. Saya, Atu, Acid, dan enam orang itu menangis. Bukan menangis sedih, tapi menangis haru. Sebesar inikah perjuangan yang harus kami bayar untuk projek ini? Saya tetap memberi semangat dan harapan kepada mereka. Semuanya tidak sia-sia. Semuanya saling mengerti kondisi ini dan tetap melanjutkan projek ini meskipun berdarah-darah, kecuali satu orang. Ia mengundurkan diri karena tidak sanggup. Saya mencoba mengerti.

Setelah peristiwa malam itu kami berfikir, tidak cukup usaha 100%. Tapi harus lebih, karena dari sisi finansial kami mencoba mandiri. Tidak ada gunanya sedih. Yang diperlukan sekarang adalah usaha bagaimana bisa mendapat dana ratusan juta dalam waktu kurang dari 40 hari. Jualan, ngamen, dan usaha lain terus kami lakukan. Sempat terfikir untuk meminjam uang dari senior kami yang sudah sukses menjadi artis. Beliau menyanggupi, tapi itu jadi solusi terakhir. Kami tidak mau dimanjakan oleh keadaan.

Solusi terakhir adalah meminta bantuan Rektor. Surat dan proposal sudah kami layangkan beberapa minggu hari sebelumnya. Tibalah kami semua datang ke ruangan rektor untuk menemuinya, mencari solusi, terutama dari sisi keuangan. Gaya Pak Rektor yang santai namun serius itu membuat saya kagum. Ia tidak memberi kami uang, tapi lebih dari uang. Dengan nada santai ia menelepon Mentri Pemuda dan Olahraga, Bapak Roy Suryo, dan Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (PAREKRAF), Ibu Marie Elka Pangestu. Beliau mencari dana dari rekannya di kementrian. Kami tercengang saat itu juga, semudah itukah rektor kami menelepon mentri dan relasinya yang lain untuk kami menyebar proposal. “Besok kamu kirim ya proposal ke bu Marie! titipkan saja ke staffnya” kata beliau sambil menulis memo.

Esokannya saya dan Acid mengirim proposal ke PAREKRAF. Kami sudah tahu harus bertemu siapa. Setelah menaruh proposal tersebut kami tinggal menunggu kabar dari PAREKRAF apakah proposal diterima atau tidak. Setelah satu minggu kami dapat kabar. Proposal kami gagal tembus.
Namun kegigihan Acid dalam melobi sangat saya ancungi jempol. Dia terus mencoba meyakinkan kalau projek kami mampu membawa nama baik Indonesia di dunia Internasional. Dan, Mas Jonathan, Staff yang menelepon Acid mengatakan “Kami coba usahakan ya, mba!”. Penantian dimulai lagi.
Esokannya, Acid mendapat balasan lagi. KAMI BERHASIL MENDAPAT DANA BANTUAN DARI PAREKRAF. Kami diminta untuk menemui Mas Jonathan dan beberapa staff lain untuk membicarakan hal ini.

Kami sudah sampai di gedung Sapta Pesona siang hari. Mas Jonathan menyambut dengan baik. Kami dikenalkan dengan Mba Ika dan beberapa staff lain. Kami berbincang di ruang rapat. Perbincangan singkat yang tidak kami bayangkan. “Mohon maaf, kami cuma bisa membiayai tiket pesawat 10 orang dari keseluruhan tim,”kata Mba Ika. “Oh, gak apa-apa mba, Alhamdulillah.” Saya menjawab.

“Ini uangnya,” kami langsung disodorkan uang bantuan oleh mereka. Setelah dihitung kami mendapat sekitar 30 JUTA RUPIAH. Sontak saya dan Acid kaget. Apa benar ini semua untuk kita?

“Beberapa hari lagi kalian datang lagi ya, ada yang mau disampaikan lagi soalnya. Kalau difiir-fikir lagi, gak mungkin kita cuma kasih kalian uang tiket. Kebutuhan kalian kan banyak sampai di sana kan?” Kata Mba Ika. “Oh iya mba, makasih banyak, kita gak ngira bakal dapat bantuan sebesar ini”. Kata Acid. Setelah itu kami pulang dengan wajah berseri-seri. Apakah ini jawaban Shalat Dhuha kami? Apakah ini pelangi setelah badai? Saya tidak bisa tidur.
Beberapa hari kemudian kami datang lagi. Kali ini ada Atu dan Acid yang menemani. Setelah menemui Mas Jonathan dan Mba Ika, kami digiring ke ruangan rapat yang sama seperti beberapa hari yang lalu. Mba ika menunjukan kertas yang menjelaskan dana yang akan kita dapat lagi dari PAREKRAF. “mas, mba ini jumlah sisa yang kalian terima. Maaf ya gak bisa semua tapi semoga jumlah ini bisa membantu.” Kata mba Ika. Setelah kami lihat isi kertasnya, jumlah uang yang tertera membuat darah saya, Acid, dan Atu seakan keluar dari ubun-ubun. “70 JUTA RUPIAH? Beneran nih,Mba?Kata saya kaget. “Iya lah, masa bohong, yasudah sekarang kalian ke kasir, ambil uangnya ya”. Seketika setelah itu kami seakan mendapat durian runtuh. Sebelumnya tidak pernah membayangkan mereka akan memberi uang sebesar itu kepada kami. Waktu itu kami tidak ikut latihan. Kami pulang naik taksi dan kami sempatkan untuk membeli sesuatu untuk teman-teman yang sedang latihan. Saya sudah tidak sabar memberi kabar ini. Saya melarang teman-teman yang latihan untuk pulang. Padahal sudah jam setengah sepuluh malam dan Bu Tanti dan Mas Freddy (rekan Bu Tanti) ada di tempat latihan. Ini akan jadi malam yang sempurna.

Sesampainya di kampus, teman-teman jelas sudah selesai latihan. Dan saat itu saya berdiri di depan mereka semua untuk mengabarkan berita ini. “Teman, hari ini kita ada berita buruk,” bohong saya sedikit, mereka semua diam, “ketika semua usaha kita yang spartan dan berdarah sebelumnya, sampai ada yang berani bilang untuk menghentikan projek ini, Tuhan tidak diam dan menjawab doa kita semua, “ini bagian favorit saya. “ Okay, kabar pertama. Teman-teman tidak perlu membayar airport tax sama sekali”, ada beberapa yang senang, tapi hampir semua masih diam,” kedua, kalian tidak perlu bayar iuran kaos kontingen,” sudah mulai ada reaksi,” ketiga, kalian tidak perlu membayar iuran yang jumlahnya hampir dua kali lipat itu,” beberapa menangis haru, mayoritas berteriak kegirangan,” keempat, kita dapat bantuan dari PAREKRAF berupa bantuan dana yang begitu besar, dan semua biaya dapat ditutupi dengan bantuan tersebut!” Akhir kalimat itu membuat air mata saya mengalir dan semua teman-teman mengeluarkan semua ekspresi kegirangan. Ada yang loncat-loncat, sujud syukur, berpelukan sambil menangis, dll. Bu Tanti memeluk saya sambil mengatakan “Ini bayaran dari Tuhan dari hasil kerja keras kalian, nak!” Air mata semakin tak terbendung. INI HARI KEMENANGAN SEBENARNYA.
Akhirnya kami berangkat ke Vietnam tanpa beban. Semua biaya tertutupi bahkan surplus karena ternyata pihak kampus memberikan kami semua beasiswa sebagai bentuk bantuan dan apresiasi atas projek ini. Selain itu kami pernah mengikuti kuis sebagai bentuk dana usaha dan hadiahnya turun setelah kami selesai mengikuti lomba. Berkah yang tidak terkira adalah ketika akhirnya KAMI MERAIH MEDALI EMAS di ajang bergengsi itu. Selain itu kami mendapatkan penghargaan berupa BEST PERFORMANCE TEAM—dimana hanya ada satu paduan suara yang berhak menyandangnya—mengalahkan negara lain seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Vietnam, Australia, dll. Ini kemenangan epik yang tidak kami duga sebelumnya. Allah begitu Baik.

[Prestasi Pertamax] EMAS UNTUK NEGARA TERINDAH, INDONESIA! Bagi saya, kemenangan yang terpenting bukan pada saat saya memegang trophy di atas panggung dan mendapat medali emas. Tapi kemenangan yang sesungguhnya adalah KETIKA SAYA DAN TIM MAMPU MENGALAHKAN KETAKUKAN UNTUK GAGAL sebelum kami berangkat ke Vietnam. Proses berat yang kami lalui tidak pernah berbohong, pasti hasil tergantung proses. Seandainya kami menghentikan projek ini saat semua semuanya sedang down kami tidak akan mendapatkan akhir bahagia seperti ini. Kemenangan di atas podium sebagai peraih medali emas bukanlah segalanya. Kemenangan kami menangani kondisi berat lebih penting dari segalanya. Dari hal tersebut, kami sebagai tim lebih siap, lebih kuat, lebih menyatu dalam menghadapi berbagai kondisi. Kemenangan atas proses.
Terimakasih Allah SWT, teman-teman seperjuangan, Bu Tanti, Mas Freddy, Mas Jonathan, Mba Ika, Pak Rektor, Pak Heru dan semua pihak lain yang sudah luar biasa membantu kami secara maksimal. Kenangan ini akan selalu membekas dalam ingatan.

(berikut saya cantumkan foto serta video selama kita di Hoi An, Vietnam. Untuk penampilan kami lebih lengkapnya, harap tengok di fb psm uin jakarta twitter psmuinjkt youtube psmuinjkt)

  • Tulisan : Pengalaman pribadi Saya
  • Gambar : FACEBOOK OFFICIAL TS dan PSM UIN JAKARTA



Spoiler for Foto bersama warga sekitar:


Spoiler for Foto di depan hotel:

[/CENTER]
Spoiler for OLD TOWN HOI AN:

Spoiler for BANGGA:

Spoiler for Memegang trrophy di atas panggung:

Spoiler for pemmentasan lomba:

Spoiler for What we strived for:

Spoiler for Narsis dulu,hehehe:

Spoiler for Latihan di pantai dekat tempat lomba:

Spoiler for Semoga ada kesempatan mengibarkan merah putih lagi gan:

Spoiler for bukti:

Spoiler for bukti:

Spoiler for bukti:

Spoiler for bukti:


[/CENTER]
Diubah oleh dhimasaryadi 16-08-2014 03:31
0
4.4K
32
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.