Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

GPO2AAvatar border
TS
GPO2A
Polisi Hajar Massa Prabowo
Polisi Hajar Massa Prabowo

Polisi Hajar Massa Prabowo
Kamis, 7 Agustus 2014 | 04:20 WIB
 

 
SURABAYA (Surabaya Pagi) – Di saat pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjalani sidang perdana di Mahkamah Konstitusi (MK), Rabu (6/8) kemarin, massa pendukungnya di Jawa Timur terlibat bentrok dengan aparat kepolisian. Kerusuhan terjadi saat massa yang tergabung dalam elemen Rakyat Jatim Menggugat ini menggelar aksi unjuk rasa di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim, Jalan Raya Tenggilis Surabaya. Dua orang pendukung Prabowo-Hatta terluka parah akibat pukulan aparat kepolisian yang menjaga aksi tersebut. Korban luka parah bernama Marsikan Ibrahim, anggota Tunas Indonesia Raya (Tidar) dan Rifa'i, Ketua DPC Partai Gerindra Sidoarjo.

Versi Tim Prabowo-Hatta, terjadinya bentrokan karena polisi tidak menepati hasil negoisasi yang telah dilakukan bersama Tim Pemenangan Prabowo-Hatta di Jatim sehari sebelum pelaksanaan demo. Khususnya titik lokasi aksi yang awalnya sudah disepakati antara polisi dengan perwakilan demonstran, yakni di depan kantor KPU. Namun faktanya, sejak pagi kemarin pagar kawat berduri tajam sudah dipasang di radius 500 meter lebih dari kantor KPU. Lengkap dengan mobil water canon di sisi kanan dan kiri kantor KPU. “Buat apa aksi di sini, ini di depan rumah warga. Kami sudah ijin aksi di depan kantor KPU,” ucap Supriyanto, koordinator aksi damai kemarin.

Sayangnya, protes Supri yang ditemani Sekretaris DPD Gerindra Faf Adisiswo, Hadi Dediansyah (Penasehat DPD Gerindra) diabaikan aparat kepolisian. Akibatnya, kondisi semakin tidak terkendali, polisi akhirnya menggunakan mobil water cannon untuk menyemprotkan air ke arah truk dan kerumunan massa. Saat itulah, massa pendemo merangsek ke arah polisi. Baku hantam pun tak terelakkan. Beberapa pendemo yang tertangkap, dihajar polisi dan diamankan dalam kondisi bercucuran darah.

Mobil Water Canon juga menabrak truk yang mengangkut sound system dan sebagai peserta aksi. Saking kerasnya, truk tersebut menabrak pembatas jalan di depan sebuah rumah di Jl Tenggilis. Melihat pendemo terus ‘diserang’ polisi, membuat Mariskan Ibrahim nekad memanjat mobil Water Cannon dan mencabut penutup penyemprot air. Sehingga, air tidak bisa mengarah ke pendemo.

Kontan saja aksi Marikan Ibrahmim ini memancing emosi aparat untuk melakukan tindakan pemukulan. Setelah ditarik turun dari mobil water cannon, Mariskan dihadiahi pentungan oleh aparat yang berjaga-jaga. Mengetahui rekannya dihajar polisi, Rifa'i pun datang membantu. Hingga akhirnya, Rifa'i pun juga terkena hajaran aparat keamanan.

Sementara petugas yang lain pun datang mengamankan dua orang tersebut, Mareska mengalami luka di bagian kepala hingga bersimbah darah dan sobek. Sementara, Rifa'i hanya mengalami luka ringan di kepala. Supri yang juga Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta Jawa Timur, menegaskan pihaknya diberlakukan semena-mena oleh aparat. Negoisasi dengan aparat kepolisian bisa dilakukan dengan jarak 5 meter dari Kantor KPU Jatim yang telah dipasang kawat berduri juga tidak ditepati. “Kenyataannya kami telah dihadang di tengah jalan sebelum masuk di tempat yang diputuskan sesuai dengan kesepakatan bersama. Untuk itu jangan heran massa kami menerobos kawat berduri yang dipasang di depan rumah warga yang jaraknya 500 meter dari kantor KPU Jatim,” tegas Supriyatno.

Bahkan, Supriyatno menduga telah terjadi pemutarbalikan fakta, seakan-akan massa melakukan tindakan anarkhis. Padahal, massa mengamuk karena polisi telah melakukan ‘ingkar janji’. “Termasuk saya dituduh orang Kopassus dan aparat kepolisian menyatakan tidak takut sama Kopassus,” tambahnya dengan intonasi tinggi.

Hadi Dediyansah, Penasehat DPD Gerindra Jatim di lokasi menyesalkan tindakan kasar yang dilakukan aparat kepolisian. Menurutnya pengamanan obyek vital seperi kantor KPU Jatim terlalu berlebihan. Apalagi, pihaknya hanya melakukan aksi damai. “Jelas sekali di sini kita bisa melihat arogansi kepolisian. Kantor KPU dijaga seperti istana negara. Padahal kita cuma mau menyampaikan aspirasi dengan damai, tapi dipukuli seperti maling,” keluh Hadi sambil meneteskan air mata karena tidak tega melihat rekan-rekannya berlumuran darah akibat pukulan polisi.

Hadi meminta Presiden SBY untuk menindak perilaku aparat kepolisian di Surabaya agar tidak bersikap kasar kepada masyarakat yang menyampaikan aspirasi. “Dengan sambutan seperti itu, dugaan kami polisi berpihak semakin jelas. Harusnya polisi itu netral,” tambahnya.

Tak seberapa lama setelah kericuhan itu, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianto muncul di lokasi. Musyawarah pun dilakukan antara perwakilan demonstran, kepolisian dan Sekretaris KPU Jatim Jonathan. Hingga kemudian disepakati massa boleh melakukan aksi di depan kantor KPU. Namun, karena kurang puas gara-gara sambutan kepolisian sebelumnya, demonstran memilih membubarkan diri. “Kami akan mengerahkan massa lebih banyak lagi, Jumat besok,” ancam Supriyanto.

Usai bubar, Supri membawa sekitar 10 korban pemukulan termasuk dua yang luka parah untuk melakukan visum di RS Bhayangkara Surabaya. Setelah visum, rombongan membuat laporan ke Propam Polrestabes agar ada tindakan kepada oknum aparat yang melakukan tindak kekerasan.

Sementara itu, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta mengatakan, aparat melakukan tindakkan karena massa pendemo sudah tidak terkendali. Menurutnya, mereka sudah melampui batas barikade polisi. "Kami juga tidak menginginkan kejadian bentrokkan ini terjadi namun massa sudah melampui batas polisi dan merengsek masuk," kata Kapolres di lokasi.

Menurut Setija, bentrokan bermula dari pendemo yang sudah melanggar pagar batas pendemo (barikade kawat berduri). "Dalam Undang Undang, itu kan nggak boleh. Apa bedanya orasi di luar pagar batas dan di dalamnya. Toh sama saja," ujarnya. “Apa yang kami lakukan terkait pemasangan kawat pengaman sudah sesuai protap dan Undang-Undang,” tambah mantan Kapolres Sidoarjo ini.

Sementara terkait pendemo yang terluka, Setija berdalih sudah menerjunkan ambulan untuk melakukan pertolongan. Namun massa menolaknya. Dan terkait adanya provokator yang mempengaruhi majunya massa tersebut, pihaknya masih mendalaminya. Bahkan pihaknya mengaku jika tak satupun pendemo yang diamankan. “Semua perwakilan kan sudah masuk ke KPU. Dan sudah diterima hingga selesai. Mereka kan juga sudah menyatakan jika akan membubarkan diri dengan tertib ketika perwakilannya sudah diterima. Kami sangat menyayangkan kejadian ini," tukasnya.

Soroti Hasil Pilpres

Di tengah aksi tersebut, pendemo yang tergabung dalam elemen Rakyat Jatim Menggugat, menyoroti kecurangan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang diduga dilakukan lembaga penyelenggara pemilu tersebut. "Kalau pemilu dicurangi maka kita akan tetap ditindas. Tujuan kita adalah membuktikan mana kebenaran dan mana ketidakadilan," kata koordinator aksi Badrus Samsi yang juga mengancam ribuan massa Prabowo Hatta akan menduduki KPU Jatim sampai ada keputusan yang adil dari Mahkamah Konstitusi (MK).

Dari pantauan di lapangan, pendemo mulai melakukan orasinya sejak pukul 10.30 Wib dan hanya berlangsung 90 menit. Namun, kericuhan terjadi di akhir demo sekitar 15 menit. Akibat aktivitas ini, jalan Tenggilis Mejoyo (depan kantor KPU Jatim) macet total. Polisi akhirnya mengisolir pendemo di jalur kanan jalan. Bahkan, penutupan jalan dilakukan dari kedua arah dari dan menuju Kantor KPU pada dua lajur hingga sore hari pukul 18.00 baru dibuka kembali. n bkr/rko

http://www.surabayapagi.com/index.php?read~Polisi-Hajar-Massa-Prabowo;cbb6f5926a90f47cc84b16c42952df9101ed08b257ce1ead345960569f02403c

kuapokmu cok sokor modar koen emoticon-Mad (S)
0
8.1K
83
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.3KThread42KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.