MANUSIA

Ia masih setia dengan hati nurani, subjektifitas cinta sejati dan tentu kemanusiaannya. Pualam menjaganya meski alam menjegal hidupnya. Perintah Tuhan yang tak mau ia ternoda. Tunggu… Tuhan? Apakah ada konsep ketuhanan baginya selain kemanusian?

Untuknya yang begitu memanusiakan manusia. Yang sepi hatinya. Tak seramai perjuangannya, tak selantang teriakannya, tak sepilu penglihatannya. Yang suaranya seperti alunan lagu Blowin’ In The Wind, terus berhembus dalam bentuk cerminan intelektualitas pikiran.

Kompensasi untuk perjuangannya adalah penyelamatan terbaik yang pernah ada. Kematian. Perannya sudah selesai dimainkan. Saatnya meneruskan titipan perjuangan ini. Regenerasi. Untung ia tak pernah melihat kembali apa yang telah ia tinggalkan.

Kehormatannya sudah ia berikan sepenuhnya dan seutuhnya untuk kemanusiaan. Kerendahan yang membuatnya menjadi besar dan membesarkan. Tanpa perlu melacur. Tanpa harus menjilat. Tanpa mesti melaknat.

Karena ia. Sebab ia. Manusia.

*Untuk yang berulang tahun di 17 Desember