Sebenarnya Indonesia memiliki tiga sub-spesies harimau. Yaitu Harimau Bali, Harimau Jawa dan Harimau Sumatera. Tapi semua tinggal kenangan, Harimau Bali telah dinyatakan punah pada tahun 1940-an. Kemudian Harimau Jawa menyusul punah pada tahun 1980-an. Perburuan dan perkembangan lahan pertanian menjadi penyebabnya. Dan satu sub-spesies tersisa adalah Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae). Itulah kenapa saya memberi judul Harimau Sumatera : harimau terakhir Indonesia.

Seperti Apa Harimau Sumatera Itu?

-Harimau Sumatera memiliki tubuh yang relatif paling kecil dibanding sub-spesies harimau lain yang masih bertahan hingga saat ini.
-Harimau Sumatera jantan dewasa bisa memiliki tinggi hingga 60 cm dan panjang dari kepala hingga kaki mencapai 250 cm dan berat hingga 140 kg
-Harimau betina memiliki panjang rata-rata 198 cm dan berat hingga 91 kg.
-Warna kulit harimau Sumatera paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua.
-Motif belangnya yang berwarna oranye dan hitam merupakan kekuatannya untuk kamuflase.
-Motif belangnya juga berfungsi sebagai pembeda setiap individu harimau dengan individu lainnya, sama halnya dengan pola sidik jari manusia.
-Harimau Sumatera dapat berenang didalam air karena memiliki selaput diantara jari-jarinya
-Harimau Sumatera juga dapat memanjat pohon untuk mengejar mangsanya.
-Dapat menyesuaikan diri dengan segala kondisi, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah.
-Termasuk dalam kategori hewan soliter yang mengejar mangsanya pada malam hari.
-Bulu kawanan betina akan berubah menjadi hijau gelap kala melahirkan.
-Harimau Sumatera tidak membutuhkan waktu khusus untuk masa reproduksi. Demi melahirkan generasi baru, Harimau Sumatera betina memerlukan waktu selama 103 hari dan biasanya melahirkan 2 atau 3 ekor anak.
-Harimau Sumatera dapat bertahan hidup dalam kurun 15 hingga 20 tahun.

Oke kita masih punya satu sub-spesies harimau yang masih hidup di tanah air kita tercinta. Tapi yang perlu kita ketahui bersama, Harimau Sumatera kini masuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered). Populasi harimau ini tersisa sekitar 300-400 ekor di habitat aslinya, dan jumlahnya terus berkurang.

Apa Penyebabnya?

-Harimau Sumatera kehilangan habitatnya akibat tingginya laju deforestasi
-Ancaman perburuan liar. Dimana bagian tubuh harimau ini kemudian diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi.
-Penangkapan babi dan rusa yang kerap dilakukan masyarakat merusak sistem rantai makanan para hewan di dalam hutan. Dalam satu tahun, setidaknya Harimau Sumatera membutuhkan 50 ekor babi sebagai makanannya. Berkurangnya jumlah hewan yang menjadi target mangsanya mempengaruhi kelangsungan hidup mereka.

Saat ini sudah banyak gerakan untuk menyelamatkan Harimau Sumatera dari kepunahan. Tidak hanya Harimau Sumatera, tapi juga banyak fauna lain yang terancam punah. Semua dilakukan demi kelestarian alam dan seisinya. Sehingga anak cucu kita nanti masih bisa melihat flora, fauna dan lingkungan alam minimal seperti apa yang kita lihat saat ini. Jangan sampai untuk kelak anak cucu kita hanya tersisa cerita tentang kekayaan alam kita.

Gambar :
Sumber :