Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tukang.nabrakAvatar border
TS
tukang.nabrak
"Faizal Assegaf dan Jonru Ginting" Menari Di Atas Kehancuran Prabowo
Kalau kita lihat periode 20 Mei 2014 hingga 8 Juli 2014 adalah periode dimana nama Prabowo mengalami peningkatan puncak elektabilitas maupun kepopulerannya, dimana semakin bertambahnya pendukung Prabowo dan semakin terlihat kekuatan Prabowo yang terlihat akan mampu menyaingi kekuatan Jokowi.

Dukungan 3 partai besar 3 partai tengah dan 1 partai kecil dengan mesin-mesin politiknya membuat Prabowo terlihat akan mampu menyaingi Jokowi yang hanya didukung 1 partai besar 1 partai tengah dan 2 partai kecil. Belum lagi 5 Stasiun TV yang membela Prabowo begitu rajin memberi kabar hebat tentang Prabowo yang menenggelamkan 1 stasiun TV yang mengabarkan sisi positif Jokowi. Semua itu yang membuat banyak kalangan masyarakat kelas atas juga memberikan dukungannya kepada Prabowo.

Akan tetapi sejak tanggal 9 Juli siang hingga 22 Juli 2014 akhirnya menjadi periode kejatuhan nama Prabowo. Menukik tajam hingga menyisakan sedikit saja pihak yang mau mendukungnya. 9 Juli adalah titik Kulminasi dimana Prabowo melakukan blunder besar yang menghentakkan masyarakat dengan sikapnya yang dapat dianggap sangat memalukan untuk kalangan masyarakat menengah keatas.

Tidak siap kalah. Tidak Ksatria dan Manusia Penuh Ambisi. Itulah yang terlihat dari kepribadian Prabowo pada tanggal 9 Juli siang dimana Prabowo tidak mau mengakui hasil quick count dari berbagai lembaga survey yang credible yang selama ini sudah sangat dipercaya oleh masyarakat. Prabowo marah dengan lembaga-lembaga survey yang menyajikan hasil quik count yang memenangkan Jokowi. Prabowo marah dengan mereka yang mengucapkan selamat kepada Jokowi. Inilah type manusia serakah, manusia ambisi dan orang yang tidak ksatria.

Tanggal 9 Juli juga merupakan catatan sejarah Indonesia yang membuktikan betapa liciknya ARB dan kawan-kawan yang mempublikasikan quick count abal-abal yang sempat membingungkan masyarakat dan merusak nama baik lembaga-lembaga survey yang Kredible. Tanggal 9 Juli adalah catatan sejarah buruk Indonesia dimana PKS dan organisasi-organisasi sayapnya mencoba memfitnah lembaga-lembaga survey yang credible dan mencoba membodohi masyarakat luas dengan mengatakan Lembaga Survey tidak dapat percaya karena hanya menghitung sample saja. Bukan hanya itu, PKS juga melalui media-media online miliknya seperti pkspiyungan, voa-Islam dan inilah..com mencoba membodohi masyarakat Indonesia dengan Real Count palsu milik mereka. Mungkin mereka ini lebih licik dari ARB yang super licik tersebut.

Dari itu semua Gw sempat mencatat nama Jonru Ginting dari PKS yang begitu dominan mempopulerkan keburukan lembaga-lembaga survey. Jonru menyebar kebodohan ke masyarakat dengan menakut-nakuti masyarakat dengan opini-opini yang memburuk-burukkan lembaga-lembaga Survey.

Sebelum Pilpres digelar nama Jonru Ginting ini memang popular di seluruh kader pendukung PKS. Jonru selalu mempopulerkan diri sebagai seorang penulis buku dan penerbit bukut [tentu saja buku-buku abal-abal dengan spesialis membodohi kader-kader PKS] .

Setelah sebelumnya berbagai editan yang berisi fitnah dan negative dibuat Jonru untuk mendiskreditkan Jokowi, sejak tanggal 9 Juli hingga tanggal 13 Juli Jonru tak henti-hentinya memburuk-burukan lembaga-lembaga survey. Sebuah Fan Page Facebook dengan nama Jonru menjadi panen popularitas dan di like puluhan ribu orang sejak Pilpres mulai digelar. Cyber Army tidak pernah putus-putus menshare apapun yang dikeluarkan oleh Jonru ini. Modus Jonru untuk mendiskreditkan Jokowi ada beberapa type. Yang paling sering digunakan Jonru adalah mencari arsip-arsip berita tentang pernyataan pendukung-pendukung Jokowi bertahun-tahun yang lalu dan dipublish saat ini seolah-olah mereka baru saja mengatakan hal tersebut. Biasanya beberapa foto tokoh terkenal, sebut saja Jusuf Kalla, Anies Bawasden dan masih banyak lainnya. Jonru mengupload foto-foto tersebut ditambah dengan editan sebuah kalimat yang mendiskreditkan Jokowi. Betul bahwa kalimat itu diucapkan oleh para tokoh tersebut tetapi sebenarnya bukan waktu saat ini maupun bukan dengan konteks yang berkaitan dengan Pilpres ini.

Kalau istilah media tentang apa yang dilakukan Jonru Ginting ini adalah Plintiran Opini. Kalau orang Jawab bilang si Jonru ini The Doctor Spin alias tukang plintir. Bukan Jokowi saja yang menjadi korban plintir Jonru ini melainkan seluruh kubu Jokowi. Sebut saja Megawati, Surya Paloh dan lainnya.Kemampuan menulis sekedarnya dan jurus Sotoshopnya dijadikan senjata Jonru untuk hal-hal yang beginian. Dan tentu saja karena semua yang dipublis Jonru menjelekan kubu Jokowi di Facebook kemudian dishare oleh puluhan ribu pendukung PKS di facebook dan twitter akhirnya terbaca oleh mereka-mereka yang sama-sama membela Prabowo. Dan akhirnya merekapun menjadi korban plintiran PKS dan dengan senang hati men-share nya kontent-kontent milik Jonru ke media-media social yang dimilikinya. Inilah yang membuat nama Jonru menjadi menjulang Popularitasnya.

Selain Jonru Ginting ada juga sebuah nama yang langsung meroket popularitasnya. Dan nama itu adalah Faizal Assegaf si Pemfitnah dari Gurun Pasir.

Kalau Jonru terkenal dengan editannya sejak beberapa bulan yang lalu maka faisal ini terkenal dengan Kenekatannya. Manusia Gurun Pasir ini pada saat menjelang Pilpres melakukan kehebohan dan kenekatan luar biasa dengan memfitnah 3 tokoh sekaligus yaitu Megawati, Jaksa Agung dan Komisioner KPK dengan transkrip percakapan telpon. Beruntung Faisal belum ditangkap karena masa Pilpres adalah masa rawan konflik sehingga semua pihak masih menahan diri dan belum memproses fitnah yang dilakukannya.

Fitnah luar biasa dari Faizal membuatnya Fan Page Facebooknya diserbu kaum-kaum pembenci Jokowi, Pembenci Megawati, kelompok Islam Radikal dan berikut Barisan Sakit Hati lainnya dari Jokowi dan KPK. Setelah fitnah heboh itu dikeluarkan Faizal, berikutnya setiap status-status Facebooknya mengalir deras tentang omongan-omongan yang mendiskreditkan Jokowi dan PDIP dengan ribuan jempol-jempol di Facebook. Faizal ngetop mendadak dengan pengagum-pengagum bodohnya yang semakin bertambah.

Dan terakhir Faisal Assegaf mencoba memfitnah Jokowi dengan catatan Rekening Bank palsu milik Jokowi. Setelah sebelumnya mengirim undangan ke banyak media, Faisal langsung mempublish sebuah rekening milik Jokowi dari Shangai Bank Hong Kong. Entah ini bank dari planet mana maupun dari gurun pasir mana. Yang jelas tidak ada nama bank seperti itu. Yang ada di Hongkong [nama kota Hongkong disambung bukan dipisah], adalah bank dengan nama Shanghai Hongkong. Ini jelas-jelas merupakan fitnah bodoh luar biasa dari manusia Gurun Pasir ini.

Tapi memang seberapapun bodohnya fitnah yang dikeluarkan oleh Faizal Assegaf ini, ribuan penggemar bodohnya langsung menshare dan mempublikasikannya kemana-mana. Mereka menganggap Faizal Assegaf sebagai salah satu Pahlawan yang akan ikut meruntuhkan nama besar Jokowi.

Kembali lagi ke Prabowo dimana setelah tanggal 9 Juli Prabowo mulai menuai cibiran dari masyarakat akibat Sujud Syukur Kemenangan Palsunya. Dan setelah itu klaim Prabowo berkali-kali ke Media local dan Internasional tentang Mandat yang diterima olehnya dari rakyat [pengakuan berdasarkan perhitungan suara PKS]. Dan kemudian Pidato Heboh dari Prabowo tanggal 22 Juli yang menyatakan Pengunduran diri dari Pilpres pada saat Rekapitulasi Perhitungan Nasional KPU mencapai 90 persen dengan keunggulan Jokowi. Pidato ini benar-benar mencerminkan Kekerdilan jiwa Prabowo. Dan Pidato ini memperkuat niat Mahfud MD untuk mundur dari Tim Prabowo, begitu juga Hatta Radjasa langsung mengambil jarak dengan Prabowo dimana Prabowo sudah betul-betul tidak perduli dengan apa pendapat mayoritas masyarakat Indonesia yang semakin bingung melihat ulahnya. Di titik inipun beberapa elite NU juga sudah mulai menjaga jaraknya dengan Prabowo.

Tapi Prabowo tidak perduli dengan semua itu dan berikutnya mengupload Video Pidato lainnya di Youtube tanggal 25 Juli yang menyalahkan banyak pihak atas kekalahan dirinya di KPU. Prabowo dengan kemarahannya mengatakan Demokrasi Indonesia mengalami kemunduran Demokrasi. Prabowo menyatakan tidak akan menyerah terhadap kecurangan Pilpres yang berdasarkan Konstitusi Ini adalah tudingan sepihak yang tidak berdasar. Dan setelah video itu beredara , elite partai Demokrat pun mulai meninggalkannya. Begitu juga sebagian pendukung Golkar dan PPP sudah tidak simpati pada Prabowo.

Sepeninggal barisan pendukung Demokrat, Golkar, PPP, NU maka tinggalah pendukung Prabowo terdiri dari Gerindra, PKS dan barisan Advokasi yang tidak berkualitas saja.

Bahkan PKS semakin kuat bermanuver dengan mencoba menakut-nakuti MK. Sesumbar mempunyai data di 58.000 TPS, kemudian akan membawa 10 Truk berkas kecurangan dan sesumbar akan mengerahkan 200 Pengacara untuk membela Prabowo. Tapi ternyata berkas gugatan yang dibawa ke MK hanya 4 bundle buku ukuran Folio. Begitu juga pengacara yang menanda-tangani berkas gugatan bisa dihitung jumlahnya.

Isi gugatan tim Advokasi Prabowo-Hatta dengan juru bicara Habiburokhman dan Firman Wijaya ternyata Gugatan abal-abal. Begitu banyak salah ketik, begitu banyak bolong-bolong dalam kalimat dan begitu banyak kesalahan table perhitungan. Apalagi suara yang diklaim hanya 2,7 Juta suara sementara Selisih Perbedaan dengan suara Jokowi adalah sebesar 8,4 Juta. Terlihat bahwa gugatan tim ini ke MK hanya gugatan dengan tujuan tetap membuat heboh saja. Seandainya gugatan 2,7 Juta suara itu dikabulkan juga tidak akan merubah hasil kemenagan Jokowi [hanya terkoreksi dari 8,4 juta menjadi selisih kemenangan 5,7 juta suara untuk Jokowi]. Mungkin selain gugatan tersebut masih ada lagi langkah-langkah lainnya yang bertujuan merusak kemenangan Jokowi dan merusak nama baik KPU dan Bawaslu.

Dan bila nanti MK sudah memutuskan untuk tidak mengabulkan gugatan tersebut, maka lengkap sudah kehancuran nama baik Prabowo. Sudah tidak ada kebaikan dari Prabowo yang mampu diingat masyarakat luas kecuali pendukung-pendukung setianya yaitu; Gerindra,PKS dan beberapa kelompok radikal.

Prabowo boleh saja tumbang dan hancur, akan tetapi Jonru Ginting dan Faizal Assegaf tetap Berjaya dan tetap popular. Mereka akan menyusun kekuatan mereka untuk menjadi Caleg di 2019 mendatang maupun mencoba mengibarkan nama-namanya di tahun-tahun mendatang dengan menari diatas kehancuran nama Prabowo.

sumber : ALJAZEERA

prabowo di dukung sama dajjal kecil, makanya kalah emoticon-Turut Berduka
Diubah oleh tukang.nabrak 30-07-2014 19:36
0
12.7K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.