- Beranda
- The Lounge
Apa Itu Fotografi Jalanan?
...
TS
bagaswara
Apa Itu Fotografi Jalanan?
Quote:
Secara umum fotografi jalanan (street photography) adalah kegiatan pemotretan yang berfokus pada kehidupan manusia di jalanan atau ruang terbuka atau ruang publik, sehingga hasilnya adalah cerminan dari masyarakat.
Tak ada yang direkayasa atau disiapkan sebelumnya. Fotografer merekam kenyataan seperti apa adanya pada suatu saat, jadi bersifat spontan dan berdasarkan insting fotografer.
Ada pandangan yang bersikap ketat bahwa pengambilan foto harus dilakukan secara diam-diam (candid), dalam pengertian bahwa subyek yang difoto tak menyadari dirinya dipotret dan tak ada interaksi antara fotografer dengan subyeknya. Tapi, ada pula yang mengizinkan fotografer berinteraksi dengan subyeknya dengan mempertimbangkan soal privasi orang atau hal lain yang biasanya terkait dengan aturan atau hukum di suatu wilayah.
Menjadi Fotografer Jalanan ada sejumlah saran untuk menjadi fotografer jalanan yang baik. Berikut ini beberapa di antaranya.
Mata.Punya mata yang jeli melihat objek dan momen yang menarik. Ini bisa dicapai dengan banyak latihan memotret.
Kamera. Sebaiknya kamera yang kecil, ringan, mudah dibawa, dan cepat dioperasikan.
Hak memotret. Sudah banyak cerita dari para fotografer tentang pengalaman mereka menghadapi polisi atau orang yang punya otoritas keamanan di sebuah lokasi, tapi tak mengerti soal hukum, memaksa fotografer menghapus foto atau merampas kameranya. Bahkan, kadang mereka bersikap kasar hingga memukulnya.
Jadi, Anda harus tahu betul hak Anda dalam memotret di suatu tempat.
Gunakan akal sehat. Kalau Anda tak tahu aturan di daerah tersebut, pertimbangkanlah untuk minta izin saja.
Pemotretan yang aman. Kalau Anda masih ragu aman tidaknya memotret, maka pertimbangkan ini: memotret di sebuah acara yang terbuka untuk umum, tempat yang dipenuhi orang dan fotografer, tidak memotret wajah orang, memotret orang dari belakang/punggung, dan memotret dari jarak jauh (dengan lensa tele).
Foto hitam-putih adalah jenis yang populer, tapi beberapa fotografer juga dapat menghasilkan foto berwarna yang menarik. Anda bisa pilih mana saja, tapi ada baiknya mencoba keduanya.
Mode otomatis. Jangan ragu menggunakan mode otomatis pada kamera Anda. Itu mempermudah dan mempercepat pemotretan. Bukan pengaturan kamera yang membuat Anda jadi fotografer yang baik, tapi hasil foto Anda.
Kamera digital. Sekarang sudah banyak tersedia kamera digital dalam beragam jenis dan harga. Salah satu kelebihan kamera ini adalah Anda dapat langsung melihat hasil dari pemotretan, sehingga bisa langsung mencoba memotret lagi.
Berbedalah. Sudut pandang pemotretan penting agar foto Anda tidak membosankan. Cobalah berbagai perspektif lain dalam memotret. Anda bisa memotret dari sudut tinggi seperti burung atau rendah seperti katak.
Posisi cahaya. Tip umumnya adalah jika Anda ingin memotret wajah (foto potret), cahaya berada di belakang Anda. Jika Anda ingin memotret bentuk (siluet), cahaya berada di depan Anda.
Foto seri. Anda perlu mendapat foto pada momen yang tepat, tapi kadang kita tak tahu mana yang momen yang tepat itu. Cobalah membuat foto seri atau memotret secara beruntun dan memilihnya nanti. Hal ini tidak sulit sekarang karena sudah ada kamera digital: Anda tinggal pilih foto terbaik di komputer dan menghapus yang tak perlu.
Lupakan Photoshop. Banyak fotografer yang mengandalkan Photoshop atau program penyunting gambar lain untuk menyunting fotonya. Fotografi jalanan tidak bertumpu pada pemrosesan ini, yang berbeda dari foto fashion misalnya. Bahkan, beberapa fotografer jalanan melarang penyuntingan atas hasil fotonya.
Bukan barang dagangan. Tentu saja ada beberapa orang yang mendapat penghasilan dari menjual karya fotografi jalanan, tapi jenis fotografi ini adalah karya seni yang berbeda. Tak semua orang mau memajangnya di ruang tamu. Jadi, lupakan saja rencana Anda untuk menjual foto-foto ini. Kebanyakan fotografer melakukannya untuk hobi, kepuasan batin atau membuatnya sebagai proyek karya seni.
sumber: TEMPO
Tak ada yang direkayasa atau disiapkan sebelumnya. Fotografer merekam kenyataan seperti apa adanya pada suatu saat, jadi bersifat spontan dan berdasarkan insting fotografer.
Ada pandangan yang bersikap ketat bahwa pengambilan foto harus dilakukan secara diam-diam (candid), dalam pengertian bahwa subyek yang difoto tak menyadari dirinya dipotret dan tak ada interaksi antara fotografer dengan subyeknya. Tapi, ada pula yang mengizinkan fotografer berinteraksi dengan subyeknya dengan mempertimbangkan soal privasi orang atau hal lain yang biasanya terkait dengan aturan atau hukum di suatu wilayah.
Menjadi Fotografer Jalanan ada sejumlah saran untuk menjadi fotografer jalanan yang baik. Berikut ini beberapa di antaranya.
Mata.Punya mata yang jeli melihat objek dan momen yang menarik. Ini bisa dicapai dengan banyak latihan memotret.
Kamera. Sebaiknya kamera yang kecil, ringan, mudah dibawa, dan cepat dioperasikan.
Hak memotret. Sudah banyak cerita dari para fotografer tentang pengalaman mereka menghadapi polisi atau orang yang punya otoritas keamanan di sebuah lokasi, tapi tak mengerti soal hukum, memaksa fotografer menghapus foto atau merampas kameranya. Bahkan, kadang mereka bersikap kasar hingga memukulnya.
Jadi, Anda harus tahu betul hak Anda dalam memotret di suatu tempat.
Gunakan akal sehat. Kalau Anda tak tahu aturan di daerah tersebut, pertimbangkanlah untuk minta izin saja.
Pemotretan yang aman. Kalau Anda masih ragu aman tidaknya memotret, maka pertimbangkan ini: memotret di sebuah acara yang terbuka untuk umum, tempat yang dipenuhi orang dan fotografer, tidak memotret wajah orang, memotret orang dari belakang/punggung, dan memotret dari jarak jauh (dengan lensa tele).
Foto hitam-putih adalah jenis yang populer, tapi beberapa fotografer juga dapat menghasilkan foto berwarna yang menarik. Anda bisa pilih mana saja, tapi ada baiknya mencoba keduanya.
Mode otomatis. Jangan ragu menggunakan mode otomatis pada kamera Anda. Itu mempermudah dan mempercepat pemotretan. Bukan pengaturan kamera yang membuat Anda jadi fotografer yang baik, tapi hasil foto Anda.
Kamera digital. Sekarang sudah banyak tersedia kamera digital dalam beragam jenis dan harga. Salah satu kelebihan kamera ini adalah Anda dapat langsung melihat hasil dari pemotretan, sehingga bisa langsung mencoba memotret lagi.
Berbedalah. Sudut pandang pemotretan penting agar foto Anda tidak membosankan. Cobalah berbagai perspektif lain dalam memotret. Anda bisa memotret dari sudut tinggi seperti burung atau rendah seperti katak.
Posisi cahaya. Tip umumnya adalah jika Anda ingin memotret wajah (foto potret), cahaya berada di belakang Anda. Jika Anda ingin memotret bentuk (siluet), cahaya berada di depan Anda.
Foto seri. Anda perlu mendapat foto pada momen yang tepat, tapi kadang kita tak tahu mana yang momen yang tepat itu. Cobalah membuat foto seri atau memotret secara beruntun dan memilihnya nanti. Hal ini tidak sulit sekarang karena sudah ada kamera digital: Anda tinggal pilih foto terbaik di komputer dan menghapus yang tak perlu.
Lupakan Photoshop. Banyak fotografer yang mengandalkan Photoshop atau program penyunting gambar lain untuk menyunting fotonya. Fotografi jalanan tidak bertumpu pada pemrosesan ini, yang berbeda dari foto fashion misalnya. Bahkan, beberapa fotografer jalanan melarang penyuntingan atas hasil fotonya.
Bukan barang dagangan. Tentu saja ada beberapa orang yang mendapat penghasilan dari menjual karya fotografi jalanan, tapi jenis fotografi ini adalah karya seni yang berbeda. Tak semua orang mau memajangnya di ruang tamu. Jadi, lupakan saja rencana Anda untuk menjual foto-foto ini. Kebanyakan fotografer melakukannya untuk hobi, kepuasan batin atau membuatnya sebagai proyek karya seni.
sumber: TEMPO
Quote:
Fotografi Jalanan Naik Pamor
Oscar Motuloh, kurator Galeri Jurnalistik Antara, menyarankan agar jenis fotografi ini disebarluaskan di kalangan pengguna telepon pintar atau peranti komunikasi lainnya yang berkamera. "Daripada mereka selfie, kan, lebih baik street photography," ujarnya.
Namun, untuk masuk ke aliran fotografi jalanan, memang ada beberapa konsep dasar yang perlu dipahami. "Menangkap situasi yang terjadi senatural mungkin, spontan, dan sedikit pengolahan digital," kata Benny Nur Susanto, salah satu pendiri Sidewalker.asia.
Meskipun kamera telepon dianggap lebih cepat dan mudah, ada sejumlah kekurangan yang belum bisa diatasi oleh teknologi saat ini, misalnya memotret obyek dari jarak jauh, yang dapat dilakukan dengan lensa tele pada kamera SLR. Namun, bagi Indra, kekurangan itu justru menjadi tantangan. Memotret tanpa tele justru butuh keahlian dan di situlah “seninya” fotografi jalanan. “Kalau ada tele, siapa pun bisa mengambil momen yang terjadi dari jauh,” katanya.
Ada pula masalah shutter lag, jeda dari waktu pertama tombol “klik” ditekan hingga kamera merekam gambar. Kamera telepon belum bisa mengatasi soal jeda waktu ini. Namun Benny memperkirakan bahwa beberapa tahun lagi masalah ini bisa diatasi. Sebab, kini pun sudah ada beberapa kamera pada telepon seluler yang memiliki shutter lag yang semakin kecil. Untuk saat ini shutter lag bisa diakali dengan kejelian pemotret, yakni bagaimana fotografer dapat mengambil gambar pada waktu yang tepat.
Ukuran dan kualitas gambar juga punya masalah bagi kamera telepon. Sebab, banyak kamera telepon yang hanya menghasilkan gambar berukuran kecil dan kadang kala kabur. Ini bermasalah bagi fotografer yang biasanya ingin fotonya dicetak dalam ukuran besar. Untuk itu fotografer perlu memilih telepon dengan kemampuan kamera yang memadai.
Indra menyarankan, agar hasilnya laik cetak, setidaknya orang perlu kamera 5 megapiksel. Jenis iPhone 4S, seperti punya Indra, memiliki kamera 8 megapiksel. "Semakin besar pikselnya semakin bagus, karena jadi lebih jelas," ujar Indra. Bagi yang tak ingin dicetak, misalnya hanya ingin dibagi di media sosial, tak ada masalah soal besarnya piksel ini.
Para pengguna telepon seluler berkamera biasanya juga suka menjadikan media sosial, seperti Facebook dan Twitter, sebagai ajang pameran foto mereka. Namun, bagi fotografer jalanan, media sosial adalah ajang “pembantaian” dan silaturahmi. Ketika fotonya diunggah di sana, sang fotografer harus siap melapangkan dada selebar mungkin, “Karena dia mungkin akan mendapat kritikan keras,” kata Benny.
sumber: TEMPO
Oscar Motuloh, kurator Galeri Jurnalistik Antara, menyarankan agar jenis fotografi ini disebarluaskan di kalangan pengguna telepon pintar atau peranti komunikasi lainnya yang berkamera. "Daripada mereka selfie, kan, lebih baik street photography," ujarnya.
Namun, untuk masuk ke aliran fotografi jalanan, memang ada beberapa konsep dasar yang perlu dipahami. "Menangkap situasi yang terjadi senatural mungkin, spontan, dan sedikit pengolahan digital," kata Benny Nur Susanto, salah satu pendiri Sidewalker.asia.
Meskipun kamera telepon dianggap lebih cepat dan mudah, ada sejumlah kekurangan yang belum bisa diatasi oleh teknologi saat ini, misalnya memotret obyek dari jarak jauh, yang dapat dilakukan dengan lensa tele pada kamera SLR. Namun, bagi Indra, kekurangan itu justru menjadi tantangan. Memotret tanpa tele justru butuh keahlian dan di situlah “seninya” fotografi jalanan. “Kalau ada tele, siapa pun bisa mengambil momen yang terjadi dari jauh,” katanya.
Ada pula masalah shutter lag, jeda dari waktu pertama tombol “klik” ditekan hingga kamera merekam gambar. Kamera telepon belum bisa mengatasi soal jeda waktu ini. Namun Benny memperkirakan bahwa beberapa tahun lagi masalah ini bisa diatasi. Sebab, kini pun sudah ada beberapa kamera pada telepon seluler yang memiliki shutter lag yang semakin kecil. Untuk saat ini shutter lag bisa diakali dengan kejelian pemotret, yakni bagaimana fotografer dapat mengambil gambar pada waktu yang tepat.
Ukuran dan kualitas gambar juga punya masalah bagi kamera telepon. Sebab, banyak kamera telepon yang hanya menghasilkan gambar berukuran kecil dan kadang kala kabur. Ini bermasalah bagi fotografer yang biasanya ingin fotonya dicetak dalam ukuran besar. Untuk itu fotografer perlu memilih telepon dengan kemampuan kamera yang memadai.
Indra menyarankan, agar hasilnya laik cetak, setidaknya orang perlu kamera 5 megapiksel. Jenis iPhone 4S, seperti punya Indra, memiliki kamera 8 megapiksel. "Semakin besar pikselnya semakin bagus, karena jadi lebih jelas," ujar Indra. Bagi yang tak ingin dicetak, misalnya hanya ingin dibagi di media sosial, tak ada masalah soal besarnya piksel ini.
Para pengguna telepon seluler berkamera biasanya juga suka menjadikan media sosial, seperti Facebook dan Twitter, sebagai ajang pameran foto mereka. Namun, bagi fotografer jalanan, media sosial adalah ajang “pembantaian” dan silaturahmi. Ketika fotonya diunggah di sana, sang fotografer harus siap melapangkan dada selebar mungkin, “Karena dia mungkin akan mendapat kritikan keras,” kata Benny.
sumber: TEMPO
wah seru ya, siapa yang suka dengan fotografi? boleh dicoba nih, daripada kalian cuma selfie doang kan, ga musti dengan kamera mahal kok untuk belajar fotografi, yuk ekspresikan karya kalian
Diubah oleh bagaswara 28-05-2014 13:27
0
2K
Kutip
5
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.1KThread•83.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru