Jakarta - Calon presiden Prabowo Subianto mengaku berada di gerbong pejuang demokrasi. Saat menggelar keterangan pers di Rumah Polonia, Cipinang, Jakarta Timur siang ini misalnya. Dia menyebut tokoh yang mendampinginya, yakni Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, dan Suryadharma Ali sebagai pejuang demokrasi.

"Kami yang di belakang saya adalah pejuang demokrasi, hampir semua pimpinan politik di belakang saya adalah orang-orang yang ikut mempertaruhkan nyawa mendukung demokrasi," kata Prabowo.

Dia juga mengaku sebagai perwira yang mendukung dan memperjuangan berlangsungnya demokrasi di lingkungan tentara. "Saya meski TNI, tapi saya perwira muda yang mendukung demokrasi. Saya dan rekan-rekan purnawirawan di belakang saya ini memperjuangan demokrasi untuk bangsa dan negara," kata Prabowo.

Kakak kandung pengusaha Hashim Djojohadikusumo itu pun mengklaim maju sebagai calon presiden untuk memperjuangkan demokrasi. "Kalau kita sekadar mencari hidup enak, dan nyaman tentu saya tidak perlu berjuang lagi," kata Prabowo.

Namun dia merasa pelaksanaan pilpres 2014 ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Demokrasi menurut Prabowo berarti rakyat berkuasa yang diwujudkan dalam pemilihan yang jujur dan bersih.

"Kalau di TPS yang berhak memilih 300 tapi yang memilih 800 orang itu artinya tidak bersih. Kalau ada pejabat mencoblos berulang-ulang itu artinya bukan demokrasi," kata Prabowo.

Atas dasar itulah, calon presiden dengan nomor urut satu itu menolak pelaksanaan pilpres 2014 ini. "Proses pelaksaanan pilpres 2014 oleh KPU bermasalah tidak demokratis, dan bertentangan dengan UUD 45," kata Prabowo.

"Kami menolak pelaksanaan pilpres yang cacat hukum dan menarik diri dari proses yang berlangsung. Kami tidak bersedia mengorbankan mandat dari rakyat yang telah dipermainkan dan diselewengkan," kata Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya itu dengan nada tegas