Pada akhir februari tahun ini, secara mengejutkan Russia melakukan operasi militer di Krimea, wilayah yang jadi sengketa antara Russia dengan Ukraina. Tercatat bahwa 6000 tentara Russia dikerahkan untuk menyerang Krimea, merebut pangkalan militer Ukraina, pusat komunikasi Ukraina, dan bangunan-bangunan pemerintahan Ukraina. Namun kedatangan tentara Russia ini dianggap hanya sebuah awal dari periode penuh gejolak yang belum diketahui kapan klimaksnya.

Nasionalis Ukraina menyebut bahwa tindakan Russia adalah pernyataan perang. Namun di lain sisi, ada pula bagian masyarakat Ukraina yang pro terhadap Russia. Hal ini jelas menimbulkan polemik dan konflik politik nasional di Ukraina. Bahkan terjadi pengrusakan massal dan pemukulan terhadap nasionalis Ukraina oleh orang-orang pro-Russia di Kharkiv, kota kedua terbesar di Ukraina sekaligus bekas kota penting Uni Soviet pada Perang Dunia II. Dan Presiden Russia, Vladimir Putin tampak memberi sinyal akan mengambil alih Kharkiv lewat operasi militer.

PBB, NATO, dan Amerika Serikat jelas telah memberi peringatan keras pada Russia akan operasi militer di Krimea. Bahkan Obama mengatakan bahwa dalang dari invasi di Krimea akan membayar harga yang sangat mahal. Entah apa arti dari pernyataan itu, tapi yang jelas intervensi internasional terhadap sengketa di Krimea tentu adalah juga percaturan menghadapi ancaman nuklir Russia yang tidak semua orang inginkan. Sementara Vladimir Putin terus melangkah maju di tengah kecaman dunia.

Russia bukan satu-satunya negara yang menetapkan panggung untuk Perang Dunia III. Sebagaimana sejarah mengajari kita, bahwa Perang Dunia II tidak terjadi dalam kedipan mata. Melainkan perlahan demi perlahan, konflik demi konflik, sengketa demi sengketa, yang awalnya kecil menumpuk menjadi masalah global yang besar, hingga perang dideklarasikan. Tahun-tahun menjelang perang berisi aksi demi aksi negara-negara untuk mencoba merebut wilayah lain yang dianggap bisa mereka kuasai. Sebagaimana invasi Itali, Jepang, dan Jerman yang sebelum Perang Dunia II tidak bisa diredam oleh Liga Bangsa-Bangsa hingga akhirnya menjadi sebuah bencana besar. Dan hari ini, China mengancam akan melakukan invasi ke sebuah pulau di Laut China Selatan yakni pulau Senkaku. Masalahnya, Jepang juga mengklaim pulau tersebut.

China bukanlah tetangga yang ramah bagi negara-negara di sekitarnya. Akhir tahun lalu secara agresif China mengerahkan tentara laut untuk menguasai Laut China Selatan yang bagian-bagiannya diklaim oleh banyak negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan lainnya. Bahkan China mengancam akan menendang Jepang keluar dari daerah yang diklaimnya bila negara itu terus agresif mengusik ketentraman China. Sementara Jepang sendiri justru semakin agresif saja dan menandakan siap berperang. Menjelang pertengahan tahun ini, tensi di daerah itu semakin meningkat. Entah kapan perang di sana akan sewaktu-waktu meledak.

Para pakar sejarah dan ahli politik internasional meyakini bahwa Perang Dunia III hanya akan terjadi bila Amerika Serikat terlibat secara aktif. Dan dalam hal Laut China Selatan, Amerika Serikat terlibat lebih aktif daripada di Krimea. Di Senkaku ini, Amerika Serikat menyatakan dukungan untuk mengusir agresi militer China dari sana dan membela Filipina serta Jepang sebagai negara sahabat melalui bantuan yang bersifat militer.

Sejarah mencatat bahwa Jerman dan Uni Soviet memulai Perang Dunia II dengan aksi damai dan berjanji untuk tidak melakukan aksi militer dengan penandatanganan non-agresi. Namun perjanjian itu hanya bertahan 2 tahun sampai Hitler merobeknya dan mengirim tentara Nazi ke bukit salju Soviet. Dengan pengalaman demikian, kita patut waspada sekalipun Russia dan China pernah menandatangani perjanjian untuk tidak menggunakan nuklir pada tahun 2013 lalu. Bukan berarti mereka tidak akan melanggar janji itu.

Selain tensi yang makin meningkat dan berbahaya di Eropa Timur dan Asia Tenggara, rumor akan meledaknya perang juga berhembus di Timur Tengah. Pada awal tahun ini, Iran mengirimkan armada kapal menuju perairan nasional Amerika Serikat. Bila Iran mengambil tindakan militer maka Amerika Serikat akan menghentikan paksa pengembangan nuklir di Iran. Hal itu dijawab oleh Panglima Militer Iran bahwa Iran siap berperang di darat ataupun di lautan.

Walau Korea Utara selalu ditempatkan di barisan negara yang tidak terlalu kuat bila para pengamat berdiskusi tentang kekuatan dunia, tapi Korea Utara tetap memiliki potensi untuk menjadi sangat membahayakan. Sampai saat ini saja, Korea Utara terus meluncurkan misil ke daerah Korea Selatan tanpa alasan dan tujuan yang jelas. Selain itu, secara geopolitik, Korea Utara dihimpit oleh tiga negara yang mengancam kedamaian dunia yakni Russia, China, dan Jepang. Mereka bisa sengaja atau tidak untuk membangkitkan sesuatu hal yang lebih besar di panggung politik.

Perang Dunia I dan Perang Dunia II memiliki banyak sekali perbedaan ciri, namun pada dasarnya keduanya memiliki kesamaan ciri yang lebih pokok, yakni tanda-tanda dimulainya perang adalah terjadinya krisis ekonomi atau resesi global. Krisis disebabkan oleh pembiayaan militer yang meningkat, itu terjadi pada awal Perang Dunia I, awal Perang Dunia II, dan saat ini.