Siapa yang tak senang ketika bertemu teman lama yang sudah bertahun-tahun tak bertemu? Jawabannya pasti senang. Mengetahui kabar terbarunya. Menceritakan kenangan-kenangan lama yang berkesan. Ah.... nikmat memang. Tapi ada sebuah kondisi ketika bertemu orang-orang di masa lalu menjadi sesuatu yang berbeda? Sedih... Takut... Bingung... Malu... Segan... Atau yang lain. Dan buruknya, perasaan-perasaan itu membuat seseorang berpura-pura tidak melihat orang yang ditemuinya. Saya berusaha menghadirkan alasan-alasan mengapa orang berpura-pura tidak melihat orang (yang ia kenal di masa lalu) yang ditemuinya.





Bagi sebagian orang ada kisah masa lalu yang masih sulit hilang dan terbawa hingga saat ini. Orang yang di masa lalu pernah menyakiti atau menindas sering kali dihindari untuk bertemu. Ini sangat wajar karena tidak ingin pengalaman yang lalu terulang kembali atau minimal teringat lagi. Pengalaman tertekan dan juga takut menjadi alasan yang logis untuk memalngkan wajah.





Sebagian orang merasa bahwa disapa adalah sebuah penghormatan. Apa lagi jika kedudukannya lebih tinggi dari orang yang menyapa. Malahan ketika yang bersangkutan tidak disapa ia akan tersinggung dan merasa direndahkan. Kasus seperti ini sering terjadi antara senior dan juniornya.





Dialog di atas cukup menyesakkan bukan? Malu, kecewa, dan berbagai macam rasa yang mungkin bisa terjadi pada beberapa orang... Yups... Bagi sebagian orang kejadian seperti ini menjadi alasan seseorang untuk berpura-pura tidak melihat dengan harapan ia ditegur terlebih dahulu.





Berhutang memang tidak mengenakkan. Rasanya seperti dikejar-kejar setiap hari. Apa lagi yang menagih sudah berulang kali melayangkan tagihannya. Bahkan dengan kata-kata kasar yang menyesakkan dada. Tentu hal ini menimbulkan efek enggan bertemu dengan orang yang tersebut. Ujung-ujungnya seseorang berpura-pura tidak melihat dan bahkan menghindar.





Kalau sudah berhubungan dengan hati memang sulit. Kadang orang yang pernah kita coba lupakan di masa lalu muncul lagi di masa sekarang saat kondisinya sudah jauh berbeda. Dia sudah ada yang punya atau kita sudah ada pengganti.





Menyapa teman lama memang mudah. Apa lagi kalau dahulunya adalah teman akrab. Mungkin akan terjadi drama telenovela dimana kedua manusia tersebut saling berpelukan melepas rindu. Tapi kalau ketua Osis? Atau kepala sekolah misal? Atau orang-orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Mungkin akan berpikir dua kali untuk sekedar menyapa atau malah membuka obrolan. Sebagai alternatif berpura-pura tidak melihat adalah pilihan yang dianggap tepat.





Kalau yang ini mirip dengan poin 3, tapi pelakunya bertukar posisi. Kalau yang poin tiga yang berpura-pura takut tidak dikenal lagi. Sedangkan yang poin 7 yang berpura-pura adalah yang lupa nama orang yang ia temui. Biasanya pelaku berpura-pura tidak melihat sembari mengingat-ingat nama orang yang ia temui.



NB : Gambar diedit dari FP Facebook : The Muslim Show
Editnya pake Power Point (gak bisa pake Photoshop), jadi harap maklum kalau gak halus gambarnya