Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

applejuice123Avatar border
TS
applejuice123
Dunia Boleh Tertawa Mentertawakan Puasa 10 Tahun
Oleh : Mega Simarmata, Editor in Chief KATAKAMI.COM
Jakarta, 10 Juli 2014 (KATAKAMI.COM) — Dari seluruh jurnalis di Indonesia ini, saya satu-satunya yang duduk di sebelah Megawati Soekarnoputri dan Taufiq Kiemas dalam 2 kali penyelenggaraan Pemilihan Presiden atau Pilpres yaitu Pilpres tahun 2004 dan Pilpres tahun 2009.
Pada kedua Pilpres itu, yaitu Pilpres tahun 2004 dan Pilpres tahun 2009, seusai mencoblos, saya langsung berangkat menuju kediaman pribadi Megawati Soekarnoputri di Kebagusan, Jakarta Selatan.

Dan biasanya, akan berada di sana seharian, dari pagi sampai malam.
Tapi untuk Pilpres tahun 2014 ini, saya sudah tidak ingin menemui mantan presiden yang satu ini, karena saya tidak tertarik untuk memberikan dukungan kepada calon presiden yang diusung oleh PDIP Perjuangan.

Sehingga seusai mencoblos kemarin di TPS, saya langsung berangkat menuju kediaman calon presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto di Villa Hambalang, Desa Bojong Koneng, Bogor. Jadi seharian kemarin, dari pagi sampai malam, saya ada didekat dan disekitar Prabowo.

Pada saat Pilpres 2004 dan Pilpres 2009. apa yang terjadi di rumah Megawati seusai Mumu (panggilan NENEK untuk mantan presiden ini dari cucu-cucunya) mencoblos?

Dalam 2 kali penyelenggaraan Pilpres, ritual rutin yang terjadi disana adalah mengangkat sebuah televisi ke halaman samping, tempat dimana keluarga besar mereka menunggul hasil quick qount.

Dan sahabat baik saya, Taufiq Kiemas, akan terus berdiri di depan televisi untuk melihat perolehan suara berdasarkan hitung cepat atau quick count.

Termasuk saat Pilgub DKI Jakarta putaran kedua, saya pun ada di rumah Megawati selama 5 jam, duduk semeja dengan Taufiq Kiemas untuk berbincang tentang banyak hal.

Sama juga, sebuah televisi akan dipasang di halaman samping untuk memantau perolehan suara berdasarkan hitung cepat atau quick count.

Megawati duduk manis berjam-jam menunggu seluruh perolehan suara keluar hasilnya, termasuk menunggu perolehan suara dari Kepulauan Seribu untuk mengetahui hasil Pilgub DKI putaran kedua.

Seandainya di Kepulauan Seribu pasangan Joko Widodo dan Ahok menang, Megawati ingin menggelar acara kambing guling untuk merayakan kemenangan Jokowi-Ahok dengan kalangan PDIP di Kepulauan Seribu.

Sayang waktu itu, Jokowi dan Ahok kalah telak di Kepulauan Seribu.

Mau pemilihan itu dalam bentuk Pilpres atau Pilgub, Megawati akan menjadi “guru” yang siap mengabsen satu persatu anam muridnya.

Sebab, satu persatu nama provinsi akan disebut namanya untuk diketahui, berapa perolehan suara dirinya atau partainya, berdasarkan hitung cepat atau quick count.

Karena dalam dua kali Pilpres ia kalah, terutama karena ia bisa dengan cepat mengetahui hasil hitung cepat atau quick count, keluarlah istilah yang sangat menggelikan yaitu, “Saya tidak kalah sebab saya hanya kurang suara untuk menang”.

Kenapa disebut menggelikan?

Karena memang sejak 10 tahun yang lalu, Megawati memang tidak pernah siap untuk menerima kekalahan walau pada faktanya keadaan memaksa putri Bung Karno ini untuk menerimanya. Menerima kenyataan bahwa rakyat sudah tak mempercayai dirinya untuk memimpin negara ini.

https://indonesiakatakami.files.wordpress.com/2014/07/agus-harimurti-500x311.jpg
Yang lebih fatal dari dampak kekalahan Megawati dalam Pilpres 2004 misalnya, Agus Harimurti, anak dari Susilo Bambang Yudhoyono (ketika itu masih sebagai calon presiden), harus jadi korban arogansi Megawati.

Agus Harimurti terpaksa diganti mendadak sebelum upcara peringatan HUT TNI diselenggarakan di Pangkalan Militer TNI Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta tanggal 5 Oktober 2004.

Padahal anak muda ini tidak salah apa-apa dan tidak ada kaitannya dengan penyelenggaraan Pilpres waktu itu.

Ia tidak meminta kepada rakyat Indonesia untuk memilih ayahnya sehingga akhirnya Sby menang mutlak pada Pilpres 2004.

Saat HUT TNI diperingati, posisi Megawati masih sebagai presiden, tetapi ia sudah dipastikan kalah dalam Pilpres 2004 dan pemenangnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono.

Apa yang terjadi saat ia menjadi Inspektur Upacara dalam HUT TNI tahun 2004?

Ia memerintahkan agar Agus Harimurti, anak dari Sby, yang ketika itu sudah melalui proses pemilihan panjang dan sudah terpilih untuk menjadi Dan Up atau Komandan Upacara, diganti dengan orang lain.

Megawati tidak mau melihat tampang Agus Harimurti dan tidak sudi mendengar suara anak Sby ini.

Bayangkan betapa arogan dan kejamnya keotoriteran sikap seorang pemimpin yang tak siap menerima kekalahan. Sebab untuk bisa terpilih sebagai Komandan Upacara dalam peringatan yang sepenting itu, pasti menjadi kebanggaan untuk setiap prajurit muda TNI.

Waktu itu Sby belum jadi presiden. Dan proses pemilihan siapa yang akan menjadi Komandan Upcara pun, sudah dilakukan tahap demi tahap sejak beberapa bulan sebelumnya.

Bayangkan, setelah melewati proses berbulan-bulan, dan sudah latihan agar tampil secara baik dalam HUT TNI, mendadak beberapa jam sebelum Agus bertugas sebagai Dan Up, ia sudah diganti oleh orang lain.

Waktu pihak Istana meminta agar Agus diganti oleh orang lain sebelum Megawati tiba di Halim, tergopoh-gopohlah panita saat mendapat perintah lisan yang sangat mendadak sebelum upacara berlangsung.

Yang saya salut (kebetulan saat itu ada pun ada di tempat acara), baik Sby ataupun Agus Harimurti, tidak sakit hati dipermalukan oleh Megawati dengan cara seperti itu di forum militer.

Jadi ketika itu, saat Inspektur Upacara sudah tiba di Halim, Dan Up yang bertugas sudah bukan Agus Harimurti. Saya ingat posisi duduk Sby saat itu, yaitu di sayap kanan panggung utama, tidak jauh dari tempat duduk yang disediakan untuk wartawan.

Biasanya kalau TNI ulangtahun, barisan duduk para wartawan akan sangat dianak-tirikan yaitu diposisi paling kanan tenda. Nah, di sekitar itulah Sby duduk, tapi di barisan paling depan. Ia bersebelahan dengan Mantan Panglima TNI Laksamana TNI (Purn) Widodo Adi Sucipto.

Saat tiba giliran Megawati berpidato, ia bikin ulah lagi. Di atas podium, menangis mendayu-dayu seperti anak kecil bahwa ia bukan kalah tetapi hanya kurang suara. Saya mengamati bagaimana bahasa tubuh Sby yang lagi-lagi dipermalukan Megawati di hadapan publik.

Sby hanya diam, tidak menunduk, tetapi tetap menatap ke depan namun dengan wajah yang sangat tenang. Seusai upacara HUT TNI, Sby yang melihat saya hadir dalam acara itu, menyapa ramah :

“Mega, apa kabar kamu?” tanya Sby.

“Kabar baik pak, selamat untuk kemenangannya bapak presiden, boleh saya dapat wawancara khusus?” canda saya kepada Sby.

Sby tersenyum saat mendengar saya memanggilnya dengan sebutan bapak presiden, lalu menjawab : “Terimakasih ya, terimakasih, wawancaranya nanti saja Mega, saya kan belum dilantik” jawab Sby lagi.

Jadi yang ingin saya katakan disini, Megawati memang bukan orang yang siap menerima kekalahan dan akan memendam kekalahannya dengan sangat lama. Jadi puasa yang dimaksudnya adalah puasa memendam kekalahan yang tak bisa memaksa rakyat untuk memilihnya secara mayoritas dari pilpres ke pilpres.

Walau ia menyebut bahwa ia tidak kalah tapi hanya kekurangan suara, bukan berarti pada Pilpres tahun 2014 ini ia bisa mengklaim kemenangan capres yang diusungnya dengan cara menelikung. Zig zag bermanuver, sehingga saat TPS baru saja ditutup selama satu sampai dua jam, ia sudah mengklaim kemenangan.

Ketika istri dari Almarhum Taufiq Kiemas ini menggelar konferensi pers terbuka untuk menyatakan KEMENANGAN berdasarkan hasil hitung cepat yang terlalu cepat, saya sedang berada di Desa Bojong Koneng. Ada sebuah villa sederhana yang disewa kawan-kawan dari TVRI di areal yang sama dengan TPS 02 Bojong Koneng, tempat Prabowo Subianto memberikan suaranya.

Saya lagi duduk di teras rumah itu, yaitu di balkon villa yang sangat sejuk ini. Saya lagi terus memandang dan menyimak proses penghitungan suara di TPS 02 Desa Bojong Koneng, yang sangat jelas kedengaran proses penghitungan suaranya lewat pengeras suara.

“Satu, Satu, Satu, Satu, Satu, Satu, Satu” kata petugas yang memeriksa kertas suara.

Artinya, TPS TPS saja masih mengadakan penghitungan suara secara resmi di lapangan.

Kemenangan darimana yang dimaksud?
Kalau disebut berdasarkan hitung cepat lembaga survei, darimana data lembaga-lembaga survei yang memenangkan capres yang sangat dicintai dan dibanggakan Megawati, sebab sebagian besar TPS di seluruh wilayah Indonesia sedang melakukan penghitungan suara secara resmi.

Janganlah melakukan manipulasi fakta di lapangan.
Janganlah mencederai nilai-nilai demokrasi di Indonesia.
Sebab dunia akan mentertawakan cara Megawati berdemokrasi di negeri ini.
Mentertawakan hasil dan klaim kemenangan, disaat sebagian besar TPS di wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Tengah, sedang melakukan penghitungan suara.

Satu-satunya wilayah di Indonesia yang sudah selesai melakukan penghitungan suara saat Megawati mengklaim kemenangan untuk capres yang diusungnya adalah wilayah Indonesia Timur karena terdapat selisih waktu 2 jam dengan Indonesia Barat.

Apakah itu merupakan klaim kemenangan untuk Pilpres Indonesia Timur?

Maaf, di Indonesia Timur, tidak semua provinsi memenangkan capres yang di usung Megawati dan partainya, berdasarkan hitung cepat atau quick count.

Disinilah Komisi Pemilihan Umum atau KPU harus menegakkan wibawa mereka.
Disinilah Komisi Pemilihan Umum atau KPU harus menegakkan kebenaran dan keadilan.

Katakan hitam itu hitam. Katakan putih itu putih.
Katakan yang kalah itu kalah. Dan katakan yang menang itu menang MENANG.

Dan untuk mengatakan siapa yang kalah dan siapa yang menang dalam Pilpres 2014, KPU harus melakukan itu dengan ISTIQOMAH yaitu berdasarkan kejujuran.

Jadi sembari menunggu tanggal 22 Juli, saat hasil rekap penghitung suara REAL COUNT akan diumumkan KPU kepada rakyat Indonesia, saya mendadak teringat pada sebuah lagu yang dinyanyikan Indra Lesmana dan Titi DJ.

Judulnya, Dunia Boleh Tertawa.

Saya pribadi ingin mentertawakan istilah puasa 10 tahun yang dikatakan oleh seseorang.

Mentertawakan klaim kemenangan di saat TPS-TPS di wilayah Indonesia bagian Barat dan Indonesia bagian Tengah, sedang menghitung perolehan suara dari masing-masing capres.

Aih, jangan begitulah kelakuannya.

Jangan karena takut untuk menghadapi kekalahan telak untuk yang ketiga kalinya dalam kurun waktu 15 tahun, belum saatnya menang sudah mengaku menang.

Bahkan Barack Obama saja, tidak berani mengumumkan kemenangannya dalam Pilpres di Amerika tahun 2012, sebelum seluruh suara berhasil diketahui hasilnya.

Obama menunggu semua hasil perolehan suara masuk dari seluruh negara bagian di Amerika.

Tidak ada Presiden di Amerika, dan tidak ada presiden atau perdana menteri di seluruh dunia, yang memang bertarung dalam PRESIDENTIAL ELECTION atau pemilihan umum legislatif, bisa dengan gagah berani dan sangat percara diri mengklaim kemenangan, sebelum seluruh kertas suara dihitung secara keseluruhan dan diketahui hasilnya.

Kecuali kalau presiden itu adalah presiden di republik mimpi, mungkin bisa memimpikan kemenangan tanpa perlu menunggu hasil keseluruhan dari pemilihan yang digelar secara nasional.

Tapi Indonesia kan bukan republik mimpi.

Ya toh?
Mari kita tunggu sampai tanggal 22 Juli dan bersiap-siaplah menerima kekalahan dengan jiwa kesatria.

Sembari menunggu fakta dan hasil sesungguhnya dari Pilpres 2014 ini, saya tutup tulisan ini dengan menyuguhkan lirik lagi Dunia Boleh Tertawa (sembari saya membayangkan indahnya nada demi nada yang dinyanyikan dari lagu tersebut).

Setiap kali ini terjadi
Selalu dapat kuatasi
Setiap manusia punya kuasa
Menepis segala godaan

Tetapi hampir semua berdalih
Tak dapat untuk menahan kendali
Selalu terdengar alasan yg sama
Manusia tiada ada yang sempurna

Dunia boleh tertawa
Karna kita bahagia
Kita yang tak ingin
Menipu diri sendiri

Dunia boleh berkata
Ku terikat padanya
Dan aku akan mengakui

MS


Sumber: http://indonesiakatakami.wordpress.com/2014/07/10/dunia-boleh-tertawa-mentertawakan-puasa-10-tahun/
0
6.6K
70
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
Pilih Capres & CalegKASKUS Official
22.5KThread3.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.