- Beranda
- Pilih Capres & Caleg
Data quick count SMRC ketahuan FAKE !!!
...
TS
mycelcius2
Data quick count SMRC ketahuan FAKE !!!
Dear All Kaskuser
Ane percaya bahwa agan-agan kaskuser sekalian sebagai bagian dari sebuah Bangsa Indonesia pasti memiliki beberapa kualitas terbaik dari bangsa kita ini, diantaraya adalah :
- Cerdas memilah dan membedakan informasi
- Pandai menilai sebuah kebenaran dari informasi, abaikan yang salah, cermati yang benar
- Bijak dalam menyikapi berbagai kondisi
- Dewasa dalam menyikapi sebuah kompetisi, apalagi kompetisi demi kebaikan bangsa kita bersama
Maka ane harap agan-agan semua bisa dewasa dalam menyikapi informasi yang ane bawain di trit ini.
Sumur
INILAHCOM, Jakarta - Kontroversi hitung cepat atau quick count SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) kembali menjadi pembahasan pengguna Twitter. Masyarakat mempertanyakan hilangnya garis Jokowi menyalip Prabowo pada grafik quick count SMRC.
Pada 9 Juli 2014, quick count serentak dimulai pada pukul 13.00 WIT (pukul 11.00 WIB). Akun Twitter SMRC (@saifulmujani) melaporkan secara berkala hasil quick count.
Pada pukul 13.05 WIB, hasil quick count SMRC melaporkan Prabowo–Hatta 52,94% dan Jokowi–JK 47,06% dari data yang sudah masuk sebesar 13,78% dari 4.000 sampel TPS yang dipakai SMRC. Pada posisi ini, Prabowo masih unggul ketimbang Jokowi.
Pada pukul 13.19 WIB, hasil quick count SMRC melaporkan Prabowo–Hatta 47,30% dan Jokowi–JK 52,70% dari data yang masuk sebanyak 17,65% dari 4.000 sampel TPS yang dipakai SMRC. Selang 14 menit dari laporan pukul 13.05 WIB, Jokowi menyalip Prabowo–Hatta dari 47,06% menjadi 52,70%.
Seharusnya, garis Jokowi mendahului Prabowo terlihat pada grafik stabilitas suara quick count. Namun seseorang dengan akun bernama Tras Rustamaji (@rustamaji) melaporkan adanya kejanggalan pada grafik SMRC.
Dia memantau pergerakan quick count SMRC melalui website Komunigrafik http://www.komunigrafik.com/pilpres2...stabilitas.php). Website ini memang menampilkan grafik pergerakan quick count SMRC secara resmi dari SMRC.
Menurut Tras Rustamaji, pada pukul 13.09 WIB, grafik SMRC di Komunigrafik masih menampilkan adanya persilangan garis Jokowi dengan Prabowo. Ia memaparkannya di Twitnya pada 9 Juli 2014 pukul 15.25 WIB.
Namun pada pukul 14.44 WIB, Tras Rustamaji melihat grafik persilangan Jokowi terhadap Prabowo menghilang dari Komunigrafik. Dia memaparkannya di Twitnya pada 9 Juli 2014, pukul 15.28 WIB.
Tras Rustamaji melalui akun Twitternya menduga, hilangnya data historis persilangan Jokowi terhadap Prabowo menunjukkan adanya kekacauan data pada SMRC, karena website Komunigrafik terkoneksi langsung dengan sistem data SMRC. Apabila ada perubahan pola grafik SMRC di Komunigrafik, diduga Tras Rustamaji telah terjadi utak-atik data statistik pada sistem database SMRC.
Hilangnya data historis dan garis persilangan Jokowi terhadap Prabowo menjadi perbincangan hangat di Twitter. Akun Twitter pribadi Saiful Mujani (@saiful_mujani), pemilik SMRC hanya berkomentar "Apanya yang perlu diklarifikasi" ketika ditanya oleh akun Twitter lainnya mengenai kejanggalan tersebut.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu melalui akun Twitternya (@saididu) pun ikut mengomentari kejanggalan grafik quick count SMRC tersebut. Dia meminta dilakukan audit terhadap lembaga-lembaga survei yang melangsungkan quick count, termasuk SMRC.
Sementara sejumlah perbincangan di Twitter dan Facebook menyebut hilangnya garis persilangan Jokowi terhadap Prabowo menunjukkan adanya utak-atik pada sistem database SMRC, yang terindikasi terkait dengan upaya memanipulasi data dalam rangka memenangkan Jokowi–JK di quick count. Apalagi, SMRC kini memutus koneksi sistem database-nya dengan Komunigrafik karena kejanggalan tersebut. [yeh]
[URL="http://nasional.inilah..com/read/detail/2119094/jokowi-salip-prabowo-hilang-dari-grafik-smrc#.U8MTLbGVoXM"]Jokowi Salip Prabowo Hilang Dari Grafik SMRC[/URL]
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menuduga Saiful Mujani Research Center (SMRC) dan lembaga-lembaga survei yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) melakukan manipulasi data.
Kecurigaan tersebut berdasarkan analisis yang dipresentasikan kepada para wartawan di Djoko Santoso Center, salah satu pos pemenangan kubu Prabowo-Hatta di kawasan Menteng, Ahad (13/7). Dalam sesi tersebut, tim Prabowo-Hatta menggandeng pakar matematika dan TI, Tras Rustamaji.
Rustam menyampaikan sejak hari pemilihan pada 9 Juli, dia dan kawan-kawannya sudah yakin ada yang salah dengan data quick count yang ditampilkan SMRC pada laman mereka. Semula Rustam hanya membagi temuannya atas kejanggalan tersebut di media sosial.
Akhirnya relawan Prabowo-Hatta memintanya untuk menjabarkan analisisnya tersebut kepada media massa dan publik luas. Dalam kacamata Rustam, ada sejumlah kecacatan olah statistik SMRC. Pertama ada perubahan data secara drastis yang membalikan posisi Jokowi-JK yang sebelumnya di bawah akhirnya menyalip dan memimpin.
"Sejak pukul 11.30 sampai dengan 13.05 data terlihat wajar dengan posisi Prabowo-Hatta memimpin 52,09 persen. Saat itu sebenarnya kurva sudah mulai stabil. Tiba-tiba pada pukul 13.19 terjadi graphic refresh dan hasilnya berbalik 180 derajat di mana Jokowi-JK menjadi unggul 52,7 persen atau naik pesat 5,64 persen," kata Rustam memaparkan temuannya melalui layar.
Padahal menurut Rustam, data hanya bertambah 3,87 persen. Rustam berasumsi hal tersebut tidak mungkin, mengingat selama 14 menit posisi grafik berbalik untuk keunggulan Jokowi-JK, dibutuhkan 73 persen suara untuk Jokowi-JK dan 27 persen untuk Prabowo-Hatta dari 156 data TPS yang masuk.
"Itu tidak mungkin ketika saya cek, kantung-kantung kemenangan Jokowi-JK dengan perolehan di atas 70 persen, seperti Bali dan Sulwesi Selatan sampelnya tidak mencukupi untuk memenuhi 156 TPS," ujar Rustama.
Kecurigaan Rustam menguat setelah grafik yang dia kritik di laman SMRC kemudian diganti agar terlihat normal sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. "Itu teman saya yang memberi tahu, mereka mungkin membaca catatan kritik saya. Ujungnya, hari ini situs mereka tidak bisa dibuka," kata Rustam sambil memperlihatkan laman SMRC yang tak bisa diakses di layar.
Tak hanya SMRC, Rustam menyatakan bahwa lembaga-lembaga survei lain yang mengunggulkan Jokowi-JK, seperti LSI dan Poltracking juga melakukan praktik sejenis. Atas temuan tersebut anggota tim pemenangan Prabowo-Hatta dari Djoko Santoso Center Primawira akan membawa kasus tersebut ke pihak Bawaslu dan Kepolisian.
Ini Kejanggalan 'Quick Count' SMRC Versi Kubu Prabowo-Hatta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Sekolah Madrasah Techno Natura, Tras Rustamaji, mengaku curiga dengan hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research Centre (SMRC), yang dalam Quick Count atau hitung cepatnya, memenangkan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla (JK) dengan hasil sekitar 52 persen.
Kepada wartawan dalam pemaparannya di Djoko Santoso Center 328, di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (13/7/2014), menyebutkan bahwa ia sangat menggemari SMRC, dan menganggap lembaga survei tersebut adalah yang paling akurat selama ini.
Oleh karena itu pada hari Rabu lalu (9/7/2014), saat pencoblosan, ia pun memantau lembaga tersebut.
SMRC yang mengambil sample dari 4000 Tempat Pemungutan Suara (TPS), dari seluruh 479.183 TPS yang ada. Lembaga tersebut mulai mempublikasi hasil hitung cepatnya sejak pukul 11.30 WIB, dengan sample yang diambil dari TPS yang berada di Papua.
Sampai pukul 13.05 WIB, lembaga tersebut menghitung bahwa pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa unggul dengan 52,49 persen, sedangkan Jokowi - JK hanya 47.06 persen. Saat itu data yang masuk baru 13.78 persen.
Pada pukul 13.19 WIB, tiba-tiba pasangan Jokowi - JK unggul dengan angka 52,7 persen atau naik 5,64 persen. Sedangkan Prabowo - Hatta turun menjadi 47,3 persen, atau turun 5.64 persen.
Sekitar pukul 13.05 WIB, hingga 13.19 WIB, terjadi penabahan data dari 156 TPS yang berada di wilayah sekitar Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
"Kalau untuk merubah keadaan, seharusnya lebih dari tujuh puluh tiga persen sampel yang diambil, itu mengunggulkan Jokowi - JK. Dalam pelaksanaannya itu tidak mungkin, karena pengambilan data dilakukan secara acak," katanya.
Hal serupa juga dilakukan oleh lembaga lain yang juga mengunggulkan Jokowi - JK. Namun Rustam mengaku tidak memantau lembaga-lembaga tersebut, termasuk lembaga survei yang mengunggulkan Prabowo - Hatta yakni Puskaptis, Indonesia Research Center (IRC) dan Lembaga Survei Nasional (LSN).
"Kalau ada kejanggalan di SMRC yang menurut saya paling akurat, bukan tidak mungkin terjadi di tempat lain," tandasnya.
Kepala Sekolah Ini Curigai Survei SMRC
Ane percaya bahwa agan-agan kaskuser sekalian sebagai bagian dari sebuah Bangsa Indonesia pasti memiliki beberapa kualitas terbaik dari bangsa kita ini, diantaraya adalah :
- Cerdas memilah dan membedakan informasi
- Pandai menilai sebuah kebenaran dari informasi, abaikan yang salah, cermati yang benar
- Bijak dalam menyikapi berbagai kondisi
- Dewasa dalam menyikapi sebuah kompetisi, apalagi kompetisi demi kebaikan bangsa kita bersama
Maka ane harap agan-agan semua bisa dewasa dalam menyikapi informasi yang ane bawain di trit ini.
- Jangan memojokkan salah satu kandidat, karena tidak ada kandidat yang suci, dan kebenaran semata-mata adalah milik Allah SWT
- Hentikan menghina atau mencaci kandidat presiden kita, bagaimanapun mereka berdua adalah salah dua dari sekian putra-putra terbaik bangsa Indonesia
- Sebagai bangsa yang berdaulat, marilah kita dukung pemerintahan kita, kita serahkan kewajiban penghitungan dan penyelesaian proses pemilihan presiden ini di tangan KPU sebagaimana hak dan kewajibannya
Quote:
Oleh Tras Rustamaji
Tampaknya saya harus buat notes mengenai quick count ini karena ada beberapa teman yang minta penjelasan. Baiklah, saya tuliskan yang runut biar mudah dipahami.
Teman-teman facebook saat ini mungkin mengenal saya sebagai pendukung Prabowo. Ya memang betul saya memilih Prabowo, tapi lihat di timeline saya, saya tidak pernah melakukan kampanye hitam kepada siapapun. Tapi please untuk urusan data statistik tolong inget saya bukan sebagai pendukung capres, tetapi sebagai penikmat matematika, sebagai juara matematika semasa di sekolah dulu, peserta Olimpiada Matematika di Jerman. Karena itulah saya tertarik mengamati quick count ini.
Setiap pemilu saya tertarik untuk 'menilai' lembaga-lembaga survey dgn membandingkan ramalan vs hasilnya. Dan berikut ini yang ingin saya 'nilai'.
(gbr1)
Seperti terlihat dari data survey di atas, ada 16 lembaga survey yang menjagokan Prabowo dan 4 survey yang menjagokan Jokowi. Lembaga Survey manakah yang paling akurat? Saya nggak mau nunggu sampai KPU selesai menghitung suara, saya percaya quick count. Dan saya pilih SMRC sebagai rujukan quick count kali ini. SMRC dalam quick count ini mengambil sejumlah 4000 TPS sebagai sample, yang mana sudah bisa dianggap cukup. Tapi bukan cuma nilai suara akhir yang dipajang di TV yang saya pantau, saya melototin data real time yang ditampilkan di http://www.komunigrafik.com/pilpres2...stabilitas.phpyang selalu update setiap ada data baru masuk.
Kurva stabilitas ini sangat penting dalam menilai hasil quick count sementara. Dengan memantau kurva stabilitas data, maka jelas terlihat volatilitas data, seperti terlihat pada grafik di bawah in yang saya capture pada pukul 13.05
(gbr2)
Seperti terlihat di atas, pada data awal Jokowi unggul 90%:10% di 6 tps pertama yang dimasukan datanya, kemudian berangsur-angsur turun sampai di titik sekitar 60-66 TPS di mana terjadi perpotongan kurva yang menandakan suara Prabowo:Jokowi 50:50.
Kemudian setelah data masuk 66-84 TPS suara prabowo sekitar 60%:40%. Hal ini sesuai dengan tweet dari @saifulmujani di bawah ini yang menyebutkan pada "Hasil QuickCount SMRC pukul 11:58 - PH 63.78% JJ 36.22%. Data masuk 1.65%."
(gbr3)
Dan selanjutnya Prabowo unggul terus dengan nilai yang masih variative, sampai pada pukul 13:05 di mana gambar kurva stabilitas suara di atas saya ambil. Dan saat itu sesuai dengan tweet smrc ,"Hasil QuickCount SMRC pukul 13:05 - PH 52.94% JJ 47.06%. Data masuk 13.78%."
(gbr4)
Pada saat itu sebetulnya kurva suara sudah mulai stabil di mana Prabowo unggul sekitar 53%:47% seperti tweet smrc pada jam 13.05 tsb, tetapi dengan margin error 6.5% (? yg benar margin error 0,62%), maka selisihnya 6% masih lebih kecil daripada margin error nya. Data yang masuk saat itu 13,78% (dari 546 TPS)
Pada saat itu sebetulnya saya sudah ingin mengambil kesimpulan bahwa Prabowo yang menang dengan melihat hasil quick count SMRC tsb karena seperti terlihat pada stabilitas suara sudah mulai datar, namun saya masih ingin menunggu data berikutnya supaya lebih yakin.
Tetapi sesuatu yang aneh terjadi. Pada saat grafik refresh terjadi (buat yang paham IT, ada AJAX call yang mengupdate data dan grafik) dan hasilnya berbalik 180 derajat, seperti pada gambar di bawah:
(gbr5)
Seperti terlihat pada gambar di atas pada jam 13:19 posisi suara sekarang adalah 47.3% : 52.7% untuk keunggulan Jokowi dengan jumlah suara masuk 17.65% dari sebelumnya 13.78%.
Hal tersebut berarti dalam waktu 14 menit tersebut ada tambahan data 3.87% atau sekitar 154 TPS. Dengan penambahan suara tersebut suara Prabowo turun sebesar 5.64% sedangkan suara Jokowi naik sebesar 5.64%!
Maka dugaan saya adalah data yang baru masuk adalah dari kantong-kantong Jokowi. Tetapi saya perhatikan data-data dari kantong Jokowi sudah masuk lebih dahulu seperti Papua, Sulawesi, Bali, Kalimantan, dan Indonesia Timur pada umumnya. Hal ini bisa dilihat dari peta berwarna merah yang mendominasi pada tahap awal quick count. Intinya SMRC harus terbuka mengenai data apa yang masuk pada pukul 13.05-13.19 tsb.
Dan yang lebih aneh sebetulnya adalah kurva stabilitas suara jadi berubah! Tidak ditemukan lagi posisi cross (persilangan) di mana Prabowo menyalib Jokowi dan terus unggul sampai data ke 546 seperti pada kurva sebelumnya (lihat gbr2), dan digantikan dengan kurva seperti di bawah ini:
(gbr6)
Kurva Stabilitas (2) menunjukan bhw Prabowo tdk pernah menyalip JKW --- padahal faktanya menyalip
Hal inilah yang membuat saya bingung. Seharusnya di dalam kurva stabilitas suara tetap menunjukkan adanya posisi di mana Prabowo sempat unggul pada rentang data 68-546 seperti pada gambar sebelumnya. Kenapa jadi hilang bagian kurva yang menyatakan Prabowo sempat unggul? Apa penjelasan logisnya?
Saya tidak bisa memastikan, tetapi yang jelas ada 'koreksi' data terhadap data sebelumnya. Hal ini yang harus dibuka oleh SMRC. Tanpa keterbukaan akan menyebabkan spekulasi.
Ada satu lagi, tapi ini mungkin di luar metodologi dan statistik tetapi mungkin bisa mempengaruhi quality: seperti terlihat di tweet SMRC di bawah ini, sedianya quick count akan dimulai pukul 13:00 WIB tetapi ternyata pada pukul 11.33 sudah mulai menampilkan data.
(gbr7)
Karena kejanggalan pada Quick Count SMRC ini akhirnya saya harus menunggu hasil KPU untuk bisa meneruskan rencana saya untuk menilai lembaga survey yang saya sebutkan di atas.
Demikian tulisan saya ini semoga bermanfaat. Mohon koreksinya kalau ada yang salah. Terimakasih.
***
UPDATE1:
Setelah TERBONGKAR PENIPUANNYA, GRAFIK ITU DIRUBAH
BACA: Ketahuan Manipulasi, Hari ini Data Quick Count SMRC-LSI Diupdate!
UPDATE2:
SETELAH DIRUBAH, KETAHUAN LAGI KALAU GRAFIK YANG DIRUBAH ADALAH "FAKE" ALIAS PALSU. AKHIRNA WEB GRAFIK ITU SEKARANG TIDAK BISA DILIHAT LAGI. GRAFIKNYA HILANG!
Ini capture GRAFIK SMRC-LSI HILANG ... http://www.komunigrafik.com/pilpres2...stabilitas.php
Tampaknya saya harus buat notes mengenai quick count ini karena ada beberapa teman yang minta penjelasan. Baiklah, saya tuliskan yang runut biar mudah dipahami.
Teman-teman facebook saat ini mungkin mengenal saya sebagai pendukung Prabowo. Ya memang betul saya memilih Prabowo, tapi lihat di timeline saya, saya tidak pernah melakukan kampanye hitam kepada siapapun. Tapi please untuk urusan data statistik tolong inget saya bukan sebagai pendukung capres, tetapi sebagai penikmat matematika, sebagai juara matematika semasa di sekolah dulu, peserta Olimpiada Matematika di Jerman. Karena itulah saya tertarik mengamati quick count ini.
Setiap pemilu saya tertarik untuk 'menilai' lembaga-lembaga survey dgn membandingkan ramalan vs hasilnya. Dan berikut ini yang ingin saya 'nilai'.
(gbr1)
Seperti terlihat dari data survey di atas, ada 16 lembaga survey yang menjagokan Prabowo dan 4 survey yang menjagokan Jokowi. Lembaga Survey manakah yang paling akurat? Saya nggak mau nunggu sampai KPU selesai menghitung suara, saya percaya quick count. Dan saya pilih SMRC sebagai rujukan quick count kali ini. SMRC dalam quick count ini mengambil sejumlah 4000 TPS sebagai sample, yang mana sudah bisa dianggap cukup. Tapi bukan cuma nilai suara akhir yang dipajang di TV yang saya pantau, saya melototin data real time yang ditampilkan di http://www.komunigrafik.com/pilpres2...stabilitas.phpyang selalu update setiap ada data baru masuk.
Kurva stabilitas ini sangat penting dalam menilai hasil quick count sementara. Dengan memantau kurva stabilitas data, maka jelas terlihat volatilitas data, seperti terlihat pada grafik di bawah in yang saya capture pada pukul 13.05
(gbr2)
Seperti terlihat di atas, pada data awal Jokowi unggul 90%:10% di 6 tps pertama yang dimasukan datanya, kemudian berangsur-angsur turun sampai di titik sekitar 60-66 TPS di mana terjadi perpotongan kurva yang menandakan suara Prabowo:Jokowi 50:50.
Kemudian setelah data masuk 66-84 TPS suara prabowo sekitar 60%:40%. Hal ini sesuai dengan tweet dari @saifulmujani di bawah ini yang menyebutkan pada "Hasil QuickCount SMRC pukul 11:58 - PH 63.78% JJ 36.22%. Data masuk 1.65%."
(gbr3)
Dan selanjutnya Prabowo unggul terus dengan nilai yang masih variative, sampai pada pukul 13:05 di mana gambar kurva stabilitas suara di atas saya ambil. Dan saat itu sesuai dengan tweet smrc ,"Hasil QuickCount SMRC pukul 13:05 - PH 52.94% JJ 47.06%. Data masuk 13.78%."
(gbr4)
Pada saat itu sebetulnya kurva suara sudah mulai stabil di mana Prabowo unggul sekitar 53%:47% seperti tweet smrc pada jam 13.05 tsb, tetapi dengan margin error 6.5% (? yg benar margin error 0,62%), maka selisihnya 6% masih lebih kecil daripada margin error nya. Data yang masuk saat itu 13,78% (dari 546 TPS)
Pada saat itu sebetulnya saya sudah ingin mengambil kesimpulan bahwa Prabowo yang menang dengan melihat hasil quick count SMRC tsb karena seperti terlihat pada stabilitas suara sudah mulai datar, namun saya masih ingin menunggu data berikutnya supaya lebih yakin.
Tetapi sesuatu yang aneh terjadi. Pada saat grafik refresh terjadi (buat yang paham IT, ada AJAX call yang mengupdate data dan grafik) dan hasilnya berbalik 180 derajat, seperti pada gambar di bawah:
(gbr5)
Seperti terlihat pada gambar di atas pada jam 13:19 posisi suara sekarang adalah 47.3% : 52.7% untuk keunggulan Jokowi dengan jumlah suara masuk 17.65% dari sebelumnya 13.78%.
Hal tersebut berarti dalam waktu 14 menit tersebut ada tambahan data 3.87% atau sekitar 154 TPS. Dengan penambahan suara tersebut suara Prabowo turun sebesar 5.64% sedangkan suara Jokowi naik sebesar 5.64%!
Maka dugaan saya adalah data yang baru masuk adalah dari kantong-kantong Jokowi. Tetapi saya perhatikan data-data dari kantong Jokowi sudah masuk lebih dahulu seperti Papua, Sulawesi, Bali, Kalimantan, dan Indonesia Timur pada umumnya. Hal ini bisa dilihat dari peta berwarna merah yang mendominasi pada tahap awal quick count. Intinya SMRC harus terbuka mengenai data apa yang masuk pada pukul 13.05-13.19 tsb.
Dan yang lebih aneh sebetulnya adalah kurva stabilitas suara jadi berubah! Tidak ditemukan lagi posisi cross (persilangan) di mana Prabowo menyalib Jokowi dan terus unggul sampai data ke 546 seperti pada kurva sebelumnya (lihat gbr2), dan digantikan dengan kurva seperti di bawah ini:
(gbr6)
Kurva Stabilitas (2) menunjukan bhw Prabowo tdk pernah menyalip JKW --- padahal faktanya menyalip
Hal inilah yang membuat saya bingung. Seharusnya di dalam kurva stabilitas suara tetap menunjukkan adanya posisi di mana Prabowo sempat unggul pada rentang data 68-546 seperti pada gambar sebelumnya. Kenapa jadi hilang bagian kurva yang menyatakan Prabowo sempat unggul? Apa penjelasan logisnya?
Saya tidak bisa memastikan, tetapi yang jelas ada 'koreksi' data terhadap data sebelumnya. Hal ini yang harus dibuka oleh SMRC. Tanpa keterbukaan akan menyebabkan spekulasi.
Ada satu lagi, tapi ini mungkin di luar metodologi dan statistik tetapi mungkin bisa mempengaruhi quality: seperti terlihat di tweet SMRC di bawah ini, sedianya quick count akan dimulai pukul 13:00 WIB tetapi ternyata pada pukul 11.33 sudah mulai menampilkan data.
(gbr7)
Karena kejanggalan pada Quick Count SMRC ini akhirnya saya harus menunggu hasil KPU untuk bisa meneruskan rencana saya untuk menilai lembaga survey yang saya sebutkan di atas.
Demikian tulisan saya ini semoga bermanfaat. Mohon koreksinya kalau ada yang salah. Terimakasih.
***
UPDATE1:
Setelah TERBONGKAR PENIPUANNYA, GRAFIK ITU DIRUBAH
BACA: Ketahuan Manipulasi, Hari ini Data Quick Count SMRC-LSI Diupdate!
UPDATE2:
SETELAH DIRUBAH, KETAHUAN LAGI KALAU GRAFIK YANG DIRUBAH ADALAH "FAKE" ALIAS PALSU. AKHIRNA WEB GRAFIK ITU SEKARANG TIDAK BISA DILIHAT LAGI. GRAFIKNYA HILANG!
Ini capture GRAFIK SMRC-LSI HILANG ... http://www.komunigrafik.com/pilpres2...stabilitas.php
Sumur
Spoiler for Pemberitaan di inilah..com:
INILAHCOM, Jakarta - Kontroversi hitung cepat atau quick count SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) kembali menjadi pembahasan pengguna Twitter. Masyarakat mempertanyakan hilangnya garis Jokowi menyalip Prabowo pada grafik quick count SMRC.
Pada 9 Juli 2014, quick count serentak dimulai pada pukul 13.00 WIT (pukul 11.00 WIB). Akun Twitter SMRC (@saifulmujani) melaporkan secara berkala hasil quick count.
Pada pukul 13.05 WIB, hasil quick count SMRC melaporkan Prabowo–Hatta 52,94% dan Jokowi–JK 47,06% dari data yang sudah masuk sebesar 13,78% dari 4.000 sampel TPS yang dipakai SMRC. Pada posisi ini, Prabowo masih unggul ketimbang Jokowi.
Pada pukul 13.19 WIB, hasil quick count SMRC melaporkan Prabowo–Hatta 47,30% dan Jokowi–JK 52,70% dari data yang masuk sebanyak 17,65% dari 4.000 sampel TPS yang dipakai SMRC. Selang 14 menit dari laporan pukul 13.05 WIB, Jokowi menyalip Prabowo–Hatta dari 47,06% menjadi 52,70%.
Seharusnya, garis Jokowi mendahului Prabowo terlihat pada grafik stabilitas suara quick count. Namun seseorang dengan akun bernama Tras Rustamaji (@rustamaji) melaporkan adanya kejanggalan pada grafik SMRC.
Dia memantau pergerakan quick count SMRC melalui website Komunigrafik http://www.komunigrafik.com/pilpres2...stabilitas.php). Website ini memang menampilkan grafik pergerakan quick count SMRC secara resmi dari SMRC.
Menurut Tras Rustamaji, pada pukul 13.09 WIB, grafik SMRC di Komunigrafik masih menampilkan adanya persilangan garis Jokowi dengan Prabowo. Ia memaparkannya di Twitnya pada 9 Juli 2014 pukul 15.25 WIB.
Namun pada pukul 14.44 WIB, Tras Rustamaji melihat grafik persilangan Jokowi terhadap Prabowo menghilang dari Komunigrafik. Dia memaparkannya di Twitnya pada 9 Juli 2014, pukul 15.28 WIB.
Tras Rustamaji melalui akun Twitternya menduga, hilangnya data historis persilangan Jokowi terhadap Prabowo menunjukkan adanya kekacauan data pada SMRC, karena website Komunigrafik terkoneksi langsung dengan sistem data SMRC. Apabila ada perubahan pola grafik SMRC di Komunigrafik, diduga Tras Rustamaji telah terjadi utak-atik data statistik pada sistem database SMRC.
Hilangnya data historis dan garis persilangan Jokowi terhadap Prabowo menjadi perbincangan hangat di Twitter. Akun Twitter pribadi Saiful Mujani (@saiful_mujani), pemilik SMRC hanya berkomentar "Apanya yang perlu diklarifikasi" ketika ditanya oleh akun Twitter lainnya mengenai kejanggalan tersebut.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu melalui akun Twitternya (@saididu) pun ikut mengomentari kejanggalan grafik quick count SMRC tersebut. Dia meminta dilakukan audit terhadap lembaga-lembaga survei yang melangsungkan quick count, termasuk SMRC.
Sementara sejumlah perbincangan di Twitter dan Facebook menyebut hilangnya garis persilangan Jokowi terhadap Prabowo menunjukkan adanya utak-atik pada sistem database SMRC, yang terindikasi terkait dengan upaya memanipulasi data dalam rangka memenangkan Jokowi–JK di quick count. Apalagi, SMRC kini memutus koneksi sistem database-nya dengan Komunigrafik karena kejanggalan tersebut. [yeh]
[URL="http://nasional.inilah..com/read/detail/2119094/jokowi-salip-prabowo-hilang-dari-grafik-smrc#.U8MTLbGVoXM"]Jokowi Salip Prabowo Hilang Dari Grafik SMRC[/URL]
Spoiler for Berita di Republika:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menuduga Saiful Mujani Research Center (SMRC) dan lembaga-lembaga survei yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) melakukan manipulasi data.
Kecurigaan tersebut berdasarkan analisis yang dipresentasikan kepada para wartawan di Djoko Santoso Center, salah satu pos pemenangan kubu Prabowo-Hatta di kawasan Menteng, Ahad (13/7). Dalam sesi tersebut, tim Prabowo-Hatta menggandeng pakar matematika dan TI, Tras Rustamaji.
Rustam menyampaikan sejak hari pemilihan pada 9 Juli, dia dan kawan-kawannya sudah yakin ada yang salah dengan data quick count yang ditampilkan SMRC pada laman mereka. Semula Rustam hanya membagi temuannya atas kejanggalan tersebut di media sosial.
Akhirnya relawan Prabowo-Hatta memintanya untuk menjabarkan analisisnya tersebut kepada media massa dan publik luas. Dalam kacamata Rustam, ada sejumlah kecacatan olah statistik SMRC. Pertama ada perubahan data secara drastis yang membalikan posisi Jokowi-JK yang sebelumnya di bawah akhirnya menyalip dan memimpin.
"Sejak pukul 11.30 sampai dengan 13.05 data terlihat wajar dengan posisi Prabowo-Hatta memimpin 52,09 persen. Saat itu sebenarnya kurva sudah mulai stabil. Tiba-tiba pada pukul 13.19 terjadi graphic refresh dan hasilnya berbalik 180 derajat di mana Jokowi-JK menjadi unggul 52,7 persen atau naik pesat 5,64 persen," kata Rustam memaparkan temuannya melalui layar.
Padahal menurut Rustam, data hanya bertambah 3,87 persen. Rustam berasumsi hal tersebut tidak mungkin, mengingat selama 14 menit posisi grafik berbalik untuk keunggulan Jokowi-JK, dibutuhkan 73 persen suara untuk Jokowi-JK dan 27 persen untuk Prabowo-Hatta dari 156 data TPS yang masuk.
"Itu tidak mungkin ketika saya cek, kantung-kantung kemenangan Jokowi-JK dengan perolehan di atas 70 persen, seperti Bali dan Sulwesi Selatan sampelnya tidak mencukupi untuk memenuhi 156 TPS," ujar Rustama.
Kecurigaan Rustam menguat setelah grafik yang dia kritik di laman SMRC kemudian diganti agar terlihat normal sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. "Itu teman saya yang memberi tahu, mereka mungkin membaca catatan kritik saya. Ujungnya, hari ini situs mereka tidak bisa dibuka," kata Rustam sambil memperlihatkan laman SMRC yang tak bisa diakses di layar.
Tak hanya SMRC, Rustam menyatakan bahwa lembaga-lembaga survei lain yang mengunggulkan Jokowi-JK, seperti LSI dan Poltracking juga melakukan praktik sejenis. Atas temuan tersebut anggota tim pemenangan Prabowo-Hatta dari Djoko Santoso Center Primawira akan membawa kasus tersebut ke pihak Bawaslu dan Kepolisian.
Ini Kejanggalan 'Quick Count' SMRC Versi Kubu Prabowo-Hatta
Spoiler for Berita di TribunNews:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Sekolah Madrasah Techno Natura, Tras Rustamaji, mengaku curiga dengan hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research Centre (SMRC), yang dalam Quick Count atau hitung cepatnya, memenangkan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla (JK) dengan hasil sekitar 52 persen.
Kepada wartawan dalam pemaparannya di Djoko Santoso Center 328, di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (13/7/2014), menyebutkan bahwa ia sangat menggemari SMRC, dan menganggap lembaga survei tersebut adalah yang paling akurat selama ini.
Oleh karena itu pada hari Rabu lalu (9/7/2014), saat pencoblosan, ia pun memantau lembaga tersebut.
SMRC yang mengambil sample dari 4000 Tempat Pemungutan Suara (TPS), dari seluruh 479.183 TPS yang ada. Lembaga tersebut mulai mempublikasi hasil hitung cepatnya sejak pukul 11.30 WIB, dengan sample yang diambil dari TPS yang berada di Papua.
Sampai pukul 13.05 WIB, lembaga tersebut menghitung bahwa pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa unggul dengan 52,49 persen, sedangkan Jokowi - JK hanya 47.06 persen. Saat itu data yang masuk baru 13.78 persen.
Pada pukul 13.19 WIB, tiba-tiba pasangan Jokowi - JK unggul dengan angka 52,7 persen atau naik 5,64 persen. Sedangkan Prabowo - Hatta turun menjadi 47,3 persen, atau turun 5.64 persen.
Sekitar pukul 13.05 WIB, hingga 13.19 WIB, terjadi penabahan data dari 156 TPS yang berada di wilayah sekitar Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
"Kalau untuk merubah keadaan, seharusnya lebih dari tujuh puluh tiga persen sampel yang diambil, itu mengunggulkan Jokowi - JK. Dalam pelaksanaannya itu tidak mungkin, karena pengambilan data dilakukan secara acak," katanya.
Hal serupa juga dilakukan oleh lembaga lain yang juga mengunggulkan Jokowi - JK. Namun Rustam mengaku tidak memantau lembaga-lembaga tersebut, termasuk lembaga survei yang mengunggulkan Prabowo - Hatta yakni Puskaptis, Indonesia Research Center (IRC) dan Lembaga Survei Nasional (LSN).
"Kalau ada kejanggalan di SMRC yang menurut saya paling akurat, bukan tidak mungkin terjadi di tempat lain," tandasnya.
Kepala Sekolah Ini Curigai Survei SMRC
Spoiler for Twitter YBS:
Spoiler for Facebook YBS:
[URL="Tras Rustamaji"]https://www.facebook.com/rustamaji[/URL]
0
20.3K
Kutip
205
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
22.5KThread•3.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok