Adegan dan Fakta Ngawur "Dokter Dokteran" di sinetron Indonesia
TS
rikisugihara
Adegan dan Fakta Ngawur "Dokter Dokteran" di sinetron Indonesia
Langsung aja gan nih, semoga jadi pelajaran bagi pecinta sinetron indonesia
Spoiler for adegan:
Kadang-kadang miris kalau nonton sinetron-
sinetron Indonesia yang menampilkan karakter
seorang dokter beserta syuting-syutingnya di
rumah sakit. Bikin gemes abis. Ini dokternya
nggak pernah kuliah, apa? Masak nyuntik vena
caranya kayak nyuntik bokong? Masa pasien
suruh makan obat yang harusnya dimasukin
lewat dubur? Masa pasien (katanya
kecelakaan/melahirkan/habis operasi/sekarat
karena kanker) dempulnya boo,, kayak habis
nyalon! Bener-bener bikin pengen teriak, mana
ada di realita model-model macam begituuuu!!!
Sutradaranya kenapa sih nggak nanya-nanya
dulu tentang tindakan yang benar, prosedur
yang benar, fakta yang benar, biar nggak jadi
kayak pembodohan masal begini! Ini beberapa
contoh-contoh adegan/fakta yang ngawur
banget:
Spoiler for pertama:
Pertama: Monitor EKG
Pasti sering tuh yaaa.. di sinetron ada adegan
ketika seseorang koma gitu... Dipasangi
monitor EKG yang ngerekam detak jantung...
Pertamanya bentuknya masih zig zag zig zag
kayak rumput terus nggak lama kemudian,
tereretereettt ada bunyi 'tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttt'
panjang terus monitor EKG-nya nunjukkin garis
lurus. Jantung berhenti . Nggak lama kemudian
keluarga pasien teriak-teriak manggil dokter,
dokter masuk tergopoh-gopoh bawa alat kejut
jantung yang bentuknya kayak setrikaan itu,
terus ditempelin ke dada pasien biar pasiennya
hidup lagi.
Faktanya: Aslinyaaa yaaa... kalau udah
monitor EKG nunjukkin garis lurus gitu nggak
akan berefek pada setrikaan kejut jantung itu.
Mau dicoba ampe Miyabi balik perawan lagi
pun tetep aja tu pasien bakal wassalam. Yang
bakalan berefek pada alat kejut jantung adalah
KETIKA monitor EKG masih nunjukkin garis zig
zag kayak rumput alias jantung masih
berdenyut. Kalau emang EKG nunjukkin garis
lurus, coba di-cek dulu apa alatnya masih
menempel di badan pasien. Kalau emang
aslinya jantungnya berhenti, bisa dilakukan
resusitasi misal dengan pijat jantung atau
dengan suntik adrenalin atau dengan alat ET,
yang emang berguna buat resusitasi di saat-
saat gawat darurat.
Spoiler for kedua:
Kedua: Bisa ular
Ada adegan main di hutan atau di sawah atau
di ladang atau di kebun mawar melati
semuanya indah. Eh malang tak dapat ditolak,
si tokoh ada yang kena bisa ular (entah
darimana si ular tiba-tiba nongol aja, padahal
hewan tuh biasanya baru ngamuk kalau
diganggu loh, lagian kenapa nggak ati ati sih
zzz). Terus ada pahlawan yang wouw luar
biasa baiknya menghisap darah si tokoh yang
digigit ular dengan mulutnya biar bisanya
keluar terus diludahkan.
Faktanya: Mau bunuh diri Mas/Mbak? Menurut
riset, dinding mulut seseorang itu hampir selalu
ada luka, baik itu luka kecil ataupun luka besar
(yang keliatan). Padahal, bisa ular itu benar-
benar berbahaya. Lebih hebatnya lagi, cairan
yang masuk ke mulut (walaupun belum
tertelan) tetap bisa menembus pori pori
dinding mulut dan masuk ke pembuluh darah.
Padahal nih ya, pembuluh darah di dinding
mulut tuh sangat banyak, bahkan bisa
dijadikan indikasi seseorang itu mengidap
anemia/tidak. Kalau mau ngehisap bisa ada
kok alatnya, namanya sawyer ectraction, kalau
emang nggak ada tuh alat, bisa kok dengan
membebeat bagian yang tergigit dengan kain
biar bisa nggak semakin masuk ke sirkulasi
darah (walau metode ini masih kontroversial).
Dan jangan lupa, posisikan bagian yang tergigit
di bawah jantung, jangan sampai sejajar
jantung. So, ngehisap bisa ular pake mulut?
Udah bosan hidup ya?
Spoiler for ketiga:
Ketiga: Batuk-batuk sebelum mati
Yang ini pasti luar biasa sering dilihat..
Sebelum mati si tokoh batuk-batuk dulu kayak
iklan obat batuk. "Uhuk.. Uhuk.. Ibu sayang
kamu.. Uhuk.. Nak.. Belajar.. Uhuk.. Yang
Rajin.. Uhuk.. Ya, Nak.. Uhuk uhuk." The end.
Faktanya: Nggak pernah ada, catet, nggak
pernah ada dokter yang pernah melihat pasien
batuk-batuk sebelum mati. Namanya tahapan
sebelum mati itu ya pasien udah nggak sadar,
pancaindera udah nggak berfungsi, jadi gimana
bisa batuk? Mungkin kalau bicara sepatah dua
patah kata bisa lah ya, sesak napas juga
masih bisa ditolerir, tapi batuk?
Halooooooooo,, Rangsang batuknya udah
nggak berfungsi, mas bro!
Spoiler for keempat:
Keempat: Pasien pingsan. Dibawa ke UGD atau
ke ICU dan ditangani oleh segerombolan
pasukan putih-putih (entah dokter, perawat,
bidan, atau anak sekolah). Pasukan putih putih
itu MEMINUMKAN obat dengan sendok dan
segelas air pada pasien yang nggak sadar
tersebut.
Faktanya: NGAWUR! NGACO! Kalau beneran
ada tenaga kesehatan berani kayak gitu, bisa
langsung digantung! Sangat sangat berbahaya
meminumkan obat enteral (obat yang
dimasukkan melalui saluran pencernaan alias
mulut) saat pasien dalam kondisi tidak sadar.
Kenapa? Salah-salah tuh obat bisa masuk ke
paru-paru, bukan ke lambung. Akibatnya? Ya
bisa koit dong, bos! Paru-parunya kan keisi
cairan, kalaupun nggak sampe koit, bisa bikin
radang paru-paru. Nah lho, bikin masalah baru
kan! Terus gimana dong? Kalau emang pasien
dalam kondisi nggak sadar atau nggak
kooperatif dengan obat obat enteral, obat bisa
dilakukan dengan cara parenteral (injeksi/
suntikan). Malah lewat jalur ini obat bisa lebih
cepet menimbulkan efek.
Spoiler for kelima:
Kelima: Tragedi Cabut Infus
Pasien tiba-tiba sadar dia udah ada di rumah
sakit dengan selang infus yang menempel di
tangannya. Saat nggak ada yang jagain,
langsung aja creetttt selang infus itu dia cabut
dengan cepat, tangkas, gesit, dan tanpa pikir
panjang (sinetron sih ya, apa mau dikata deh).
Dan dia langsung kabur dari rumah sakit
dengan dandanan bak seorang model (heran
deh, masa dirawat di rumah sakit dandanan
masih pol-polan, apa mau kondangan?)
Faktanya: Pasien tiba-tiba sadar dia udah ada
di rumah sakit dengan selang infus yang
menempel di tangannya. Saat nggak ada yang
jagain, langsung aja creetttt selang infus itu dia
cabut dengan cepat, tangkas, gesit, dan tanpa
pikir panjang (sinetron sih ya, apa mau dikata
deh). Dan croott,, darah muncrat kemana-
mana. Bagus deh, baguuuusss. Hebat ya kamu
ya *asah pisau*.
Spoiler for keenam:
Keenam: Di kamar bersalin. Ibu melahirkan
dengan penuh keringat *tapi tetep penuh
dengan make up dong jangan lupa*. Ngeden-
ngeden kayak sembelit. Para dokter ngebantu
"ayo Bu bentar lagi Bu tarik nafas ayo Bu
semangat". Suami mondar-mandir di luar
kamar bersalin (kalau aku sih gamau yaaa pas
masa-masa melahirkan gitu ditinggal suami,
dia harus lihat hasil perbuatannya!). Tak lama
kemudian, oeeekkkk oeeekkkk, tangis bayi pun
pecah. Bayi yang cantik/ganteng itu segera
diselimuti dan ditaruh di pelukan ibunya. They
live happily ever after.
Faktanya: Nggak ada yang salah sih. CUMA...
halo? Bayi lahir? Mana plasentanya? Kok
mbrojol gitu kagak ada plasentanya sih? Bayi
ajaib ya? Terus, begitu lahir langsung dikasihin
ke pelukan ibunya? Lha lendir atau darahnya
nggak dibersihin dulu? Oh iya ya, bayi lahir di
sinetron emang nggak ada lendir dan darah.
Kan bayi ajaib.
Spoiler for ketujuh:
Ketujuh: Operasi Mata yang Melegenda
Perban yang mengelilingi kepala mulai dibuka..
Bruwet bruwet... gelap gelap... lama lama ada
cahaya... mulai terang... pasien mulai ngelihat
wajah-wajah di depannya... Penglihatan mulai
jelas.. Ada orang menangis.. Pasien berkata
"kamu... kamu... kamu anakku kan?" Dan si
anak memeluk ibunya. "Oh ibuuu akhirnya ibu
bisa melihat lagiiii..."
Faktanya: Hebat banget tuh sinetron. Hebat
banget dokter mata di sinetron itu. Dalam
beberapa menit si pasien udah ngelihat dengan
jelas cuy setelah perbannya dibuka!
Subhanalloh.. Allahu Akbar.. Padahal aslinya ni
ye, dari berbagai cerita dan fakta-fakta yang
terjadi di lapangan, pasien nggak langsung bisa
ngelihat jelas, kudu nglewati beberapa fase
dulu sebelum matanya bisa berfungsi secara
normal. Dan tolong deh ya, kalau emang
matanya doang yang butuh tindakan, itu
ngapain perbannya sampe keliling kepala?
Matanya aja kaleee yang diperban, dasar
boros!
Spoiler for kedelapan:
Kedelapan: Perdarahan Otak
Pasien berdarah-darah. Ada benturan di
kepala. Dibawa ke rumah sakit dan masuk ke
ruang intensif. Terus nggaktau gimana
ceritanya, tu dokter tiba-tiba udah punya hasil
rontgen kepala *padahal nggak tau kapan di-
rontgen*. Keluarga pasien disuruh ngumpul.
"Bapak Bapak Ibu Ibu semua yang ada di sini...
Ada yang bilang tak kenal maka tak sayang...
Maka marilah kita awali diskusi ini dengan
membaca basmallah...
Bismillahirrahmanirrohim.. Jadi begini Pak Bu
Tante Pakde Nenek Kakek, keluarga ini sedang
mengalami perdarahan otak... Blablabla
tralalatrilili"
Faktanya: dokternya lulusan mana sih itu?
Rontgen itu yaaa biasanya untuk melihat
organ-organ dada atau ekstremitas, ada patah
tulang atau nggak.. Kalau mau liat kepala tuh
pake CT Scan, dan kalau mau lihat ada
perdarahan atau tidak di otak, gambarnya
nggak cuma tengkorak putih begitu! Rontgen
bisa sih dipake buat kepala, tapi cuma bisa
untuk melihat susunan tulang-tulang kepala.
Secara praktek, CT Scan emang lebih akurat
(dan lebih mahal) karena bisa melihat suatu
jaringan bahkan hingga yang lunak sekalipun,
jadi bisa memastikan seseorang mengidap
perdarahan, kanker, liver, dll.
Spoiler for kesembilan:
Kesembilan: ICU oh ICU...
Miris banget liatnya. ICU kok isinya cuma alat
bantu pernafasan. ICU kok kayak ruang
perawatan di puskesmas gini. Ini ICU dimana
sih? Di Zimbabwe?! (bahkan ICU di Zimbabwe
masih jauh lebih bagus).
Faktanya: Sebuah ICU harus merujuk pada
prosedur wajib yang harus dipenuhi. Antara lain
ada instrumen-instrumen complicated yang
mau nggak mau harus ada. Seperti monitor
EKG, In Fution Pump, DC Shock, Ventilator,
Syring Pump, Nebulaizer, dan lain lain. Jadi
tolong deh... jangan ngaku ICU kalau
ruangannya lebih mirip UKS begitu...
Segini dululah sedikit uneg uneg dariku. Artikel
ini dibuat karena menyoroti masyarakat di
Indonesia yang sangat banyak dan heterogen.
Tidak semua masyarakat tahu mengenai hal-
hal tentang kedokteran dan kesehatan, padahal
hal-hal ini sangatlah penting untuk dipahami,
karena menyangkut nyawa yang tak ternilai
harganya. Tidak semua masyarakat Indonesia
cerdas dan berpendidikan, apa jadinya bila
kalangan ini sangat percaya pada sinetron dan
berkiblat kepada sinetron sebagai sebuah
kebenaran?
Mari saling mengkoreksi diri. Bagi para sineas
dan tim kreatif sinetron, marilah membangun
bangsa dengan cara menyampaikan informasi
yang benar dan relevan, terutama bila terkait
dengan hal-hal medis. Carilah informasi
seakurat mungkin, kalau memang terlalu sulit
untuk dibawa ke panggung sinetron, lebih baik
tidak usah dibawakan. Daripada hanya sekedar
ngawur demi uang semata. Semua orang butuh
uang, namun monggo mencarinya dengan cara
yang elegan, bukan pembodohan masal macam
begini. Mari belajar bersama.
semoga ini thread bisa bermanfaat buat yg baca
kalo merasa terhibur ane harepin
maaf kalo thread ane gak rapih maklum ane buat di hp