- Beranda
- Pilih Capres & Caleg
[KOMPAS]Prabowo-Hatta Unggul Telak di Malaysia, Kubu Jokowi-JK Curiga
...
TS
kcuok
[KOMPAS]Prabowo-Hatta Unggul Telak di Malaysia, Kubu Jokowi-JK Curiga
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2014...kowi-JK.Curiga
Gpp sih curiga kalo kecurigannya ada dasar kuat,dan bukan karena gak paham metode nyoblos di malaysia.
Penjelasan dari Panwaslu Luar Negeri: http://panwaslukl.com/2014/07/06/sal...na-yang-betul/
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Tim Pemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Hasto Kristiyanto, menaruh curiga pada hasil perhitungan suara Pilpres 2014 di Malaysia. Namun, pihaknya merasa sulit mengawasi dan membuktikan karena kecurigaan itu berada pada perhitungan suara yang dikirim melalui pos.
Hasto menjelaskan, pihaknya tak memiliki akses untuk dapat mengawasi penghitungan suara yang dikirimkan melalui pos. Namun, dirinya yakin, perolehan suara Jokowi-JK yang dihitung di tempat pemungutan suara (TPS) masih unggul dibanding pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Hasil penghitungan di Malaysia sangat mengejutkan, sangat mencurigakan, tapi kami kesulitan mengawasi penghitungan yang dikirim melalui pos," kata Hasto saat dihubungi, Sabtu (12/7/2014).
Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan itu melanjutkan, pihaknya terus melakukan pengecekan di seluruh wilayah pemilihan. Semua dilakukan untuk mencegah adanya penggelembungan suara, khususnya di TPS luar negeri.
"Penggelembungan suara adalah kejahatan demokrasi," pungkasnya.
Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa untuk sementara unggul telak dibanding pasangan Jokowi-JK dalam pemungutan suara di Malaysia. Pasangan nomor satu itu bisa unggul telak lantaran memperoleh banyak suara yang dikirim melalui pos. (baca: Jokowi-JK Unggul di TPS Malaysia, Kalah Telak Suara Lewat Pos)
Hasto menjelaskan, pihaknya tak memiliki akses untuk dapat mengawasi penghitungan suara yang dikirimkan melalui pos. Namun, dirinya yakin, perolehan suara Jokowi-JK yang dihitung di tempat pemungutan suara (TPS) masih unggul dibanding pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Hasil penghitungan di Malaysia sangat mengejutkan, sangat mencurigakan, tapi kami kesulitan mengawasi penghitungan yang dikirim melalui pos," kata Hasto saat dihubungi, Sabtu (12/7/2014).
Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan itu melanjutkan, pihaknya terus melakukan pengecekan di seluruh wilayah pemilihan. Semua dilakukan untuk mencegah adanya penggelembungan suara, khususnya di TPS luar negeri.
"Penggelembungan suara adalah kejahatan demokrasi," pungkasnya.
Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa untuk sementara unggul telak dibanding pasangan Jokowi-JK dalam pemungutan suara di Malaysia. Pasangan nomor satu itu bisa unggul telak lantaran memperoleh banyak suara yang dikirim melalui pos. (baca: Jokowi-JK Unggul di TPS Malaysia, Kalah Telak Suara Lewat Pos)
Gpp sih curiga kalo kecurigannya ada dasar kuat,dan bukan karena gak paham metode nyoblos di malaysia.
Penjelasan dari Panwaslu Luar Negeri: http://panwaslukl.com/2014/07/06/sal...na-yang-betul/
Quote:
Saling Klaim Pemenang Pemilu di Malaysia, Mana Yang Betul?
Tidak ada yang betul, klaim tersebut adalah kesalahan total karena penghitungan surat suara baru akan dilaksanakan tanggal 9 Juli nanti. Ada yang bilang itu Quick Count… pendapat ini juga ngelantur, Sebab Quick Count adalah metode penghitungan cepat berdasarkan suara faktual dari PPLN/KPU, dengan cara mengambil beberapa sample secara acak dari jumlah TPS yang ada. Jadi apanya yang mau dihitung karena samplenya belum ada?
Ada yang bilang itu hasil dari Exit Poll, ok… pada dasarnya Exit Poll memang sebuah metode ilmiah yang diakui, namun untuk di Kuala Lumpur mari kita pelajari apakah hasil dari Exit Poll ini bisa dijadikan dasar klaim tsb?
Pertama: Exit Poll dilakukan dengan cara menanyai pemilih yang baru keluar dari TPS tentang apa yang barusan mereka pilih. Biasanya Exit Poll lebih menargetkan data demografi pemilih seperti usia, agama, suku, gender, tingkat pendidikan, pendapatan, latar belakang pilihan partai politik, afiliasi ormas keagamaan dan lain-lain untuk mengetahui preferensi pemilih, bukan memprediksi siapa yang bakal menang dalam pilpres, meskipun bukan berarti tidak boleh sama sekali.
Kedua: Exit Poll semestinya dilakukan oleh pihak/lembaga yang terpercaya, sehingga metode dan sebaran demografinya jelas dan sesuai dengan kaidah ilmiah, bukan dilakukan oleh lembaga abal-abal yang tidak jelas dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Lha yg klaim barusan dari lembaga mana?
Ketiga: Perlu diketahui, mekanisme pemilihan di luar negeri berbeda dengan di dalam negeri, dimana diluar negeri khususnya Kuala Lumpur, ada mekanisme pos dan mekanisme dropbox.
Keempat, Exit Poll yang hanya dilakukan di TPS sulit dijadikan dasar sebagai gambaran umum preferensi pemilih, apalagi dijadikan dasar untuk menentukan siapa pemenang dari pilpres kali ini karena total DPTLN KL untuk pilpres 2014 ini adalah sebanyak 420,643, sedangkan untuk mekanisme TPS hanya sebesar 16% nya saja. Sekitar 84% sisanya justr dialokasikan untuk mekanisme pos dan dropbox.
Kelima, Hasil pilpres untuk mekanisme TPS yg dilaksanakan di Kuala Lumpur tgl 5 Juli kemarin, jumlah surat suara yang digunakan hanya berjumlah 13.03% dari DPT untuk TPS, bahkan jika dihitung persentasenya dari total DPTLN KL, hanya sebesar 2.13% saja.
Keenam: Bagaimana mungkin Exit Poll yg dilaksanakan hanya di TPS yg cuma 2.13% itu bisa menggambarkan hasil keseluruhan dengan mengabaikan sisanya yang berjumlah hampir 97.87% ?
Ketujuh: Pemilu di Kuala Lumpur sangat unik, sbg contoh: Pada pemilu thn 2004, hasil penghitungan suara utk mekanisme TPS juaranya adalah PKS, namun setelah penghitungan suara dropbox dan pos, PKS malah turun ke posisi 3. Pada pemilu thn 2009 juara TPS adalah Demokrat, namun setelah Dropbox dan pos dihitung, Demokrat turun ke peringkat 2. Dan pada pileg bulan April 2014 lalu, yg jadi raja TPS adalah Nasdem, namun lagi-lagi setelah dropbox dan pos dihitung Nasdem terjun ke posisi 5. Jadi pemenang di TPS belum tentu jadi pemenang secara keseluruhan.
Kesimpulannya, klaim tersebut sama sekali tidak menggambarkan realita sesungguhnya, akan tetapi lebih merupakan gimik utk mempengaruhi pemilih lain terutama didalam negeri yang baru akan memilih tgl 9 nanti (Khairul Hamzah).
Tidak ada yang betul, klaim tersebut adalah kesalahan total karena penghitungan surat suara baru akan dilaksanakan tanggal 9 Juli nanti. Ada yang bilang itu Quick Count… pendapat ini juga ngelantur, Sebab Quick Count adalah metode penghitungan cepat berdasarkan suara faktual dari PPLN/KPU, dengan cara mengambil beberapa sample secara acak dari jumlah TPS yang ada. Jadi apanya yang mau dihitung karena samplenya belum ada?
Ada yang bilang itu hasil dari Exit Poll, ok… pada dasarnya Exit Poll memang sebuah metode ilmiah yang diakui, namun untuk di Kuala Lumpur mari kita pelajari apakah hasil dari Exit Poll ini bisa dijadikan dasar klaim tsb?
Pertama: Exit Poll dilakukan dengan cara menanyai pemilih yang baru keluar dari TPS tentang apa yang barusan mereka pilih. Biasanya Exit Poll lebih menargetkan data demografi pemilih seperti usia, agama, suku, gender, tingkat pendidikan, pendapatan, latar belakang pilihan partai politik, afiliasi ormas keagamaan dan lain-lain untuk mengetahui preferensi pemilih, bukan memprediksi siapa yang bakal menang dalam pilpres, meskipun bukan berarti tidak boleh sama sekali.
Kedua: Exit Poll semestinya dilakukan oleh pihak/lembaga yang terpercaya, sehingga metode dan sebaran demografinya jelas dan sesuai dengan kaidah ilmiah, bukan dilakukan oleh lembaga abal-abal yang tidak jelas dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Lha yg klaim barusan dari lembaga mana?
Ketiga: Perlu diketahui, mekanisme pemilihan di luar negeri berbeda dengan di dalam negeri, dimana diluar negeri khususnya Kuala Lumpur, ada mekanisme pos dan mekanisme dropbox.
Keempat, Exit Poll yang hanya dilakukan di TPS sulit dijadikan dasar sebagai gambaran umum preferensi pemilih, apalagi dijadikan dasar untuk menentukan siapa pemenang dari pilpres kali ini karena total DPTLN KL untuk pilpres 2014 ini adalah sebanyak 420,643, sedangkan untuk mekanisme TPS hanya sebesar 16% nya saja. Sekitar 84% sisanya justr dialokasikan untuk mekanisme pos dan dropbox.
Kelima, Hasil pilpres untuk mekanisme TPS yg dilaksanakan di Kuala Lumpur tgl 5 Juli kemarin, jumlah surat suara yang digunakan hanya berjumlah 13.03% dari DPT untuk TPS, bahkan jika dihitung persentasenya dari total DPTLN KL, hanya sebesar 2.13% saja.
Keenam: Bagaimana mungkin Exit Poll yg dilaksanakan hanya di TPS yg cuma 2.13% itu bisa menggambarkan hasil keseluruhan dengan mengabaikan sisanya yang berjumlah hampir 97.87% ?
Ketujuh: Pemilu di Kuala Lumpur sangat unik, sbg contoh: Pada pemilu thn 2004, hasil penghitungan suara utk mekanisme TPS juaranya adalah PKS, namun setelah penghitungan suara dropbox dan pos, PKS malah turun ke posisi 3. Pada pemilu thn 2009 juara TPS adalah Demokrat, namun setelah Dropbox dan pos dihitung, Demokrat turun ke peringkat 2. Dan pada pileg bulan April 2014 lalu, yg jadi raja TPS adalah Nasdem, namun lagi-lagi setelah dropbox dan pos dihitung Nasdem terjun ke posisi 5. Jadi pemenang di TPS belum tentu jadi pemenang secara keseluruhan.
Kesimpulannya, klaim tersebut sama sekali tidak menggambarkan realita sesungguhnya, akan tetapi lebih merupakan gimik utk mempengaruhi pemilih lain terutama didalam negeri yang baru akan memilih tgl 9 nanti (Khairul Hamzah).
tien212700 memberi reputasi
1
3.6K
Kutip
30
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
22.5KThread•3.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok