Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sapidarman123Avatar border
TS
sapidarman123
Lebih baik pemilu lewat Pos JANGAN DIADAKAN LAGI!
Kita sudah saksikan kan pemilu lewat pos ini di Malaysia.
Perhitungan per TPS itu masing2 menghasilkan suara yang relatif RATA, Dengan prabowo 4000 dan Jokowi 4800.

Namun yang di pos ini hasilnya 39000 dan Jokowi 3000an.

G ingin menyorot pemilu yang janggal lewat pos ini karena sangat gampang sekali dimanipulasi hasilnya.

Metode 1.
Kirim aja semua ke tempat sayang salah, ke alamat yang salah.
Yang nyoblos juga blom tentu orang yang benar. siapa yang verifikasi?
Klo misalnya surat suara orang A dikirim ke orang B.
Dan orang B yang nyobolos dan kirim balik ke KPU.
SIAPA YANG TAHU?
Justru karena itulah BANK BANK mengharuskan anda untuk datang secara fisik ke Teller bila anda mau transaksi jumlah besar.
Klopun lewat internet banking harus pake token, kartu pakai pin atm.
Nah klo kek gini, siapa yang verifikasi?
Aneh toh?
Lihat aja ini, kotak pos warga pada masih kosong.
Lalu siapa yang terima surat yang berisi surat suara itu.
Lalu bagaimana caranya mengamankan agar seseorang tidak BERKALI2 nyoblos.
Apakah ada tinta di kelingking orang itu?
Ada tidak ada orangnya saja KITA tidak TAHU....
Lebih baik pemilu lewat Pos JANGAN DIADAKAN LAGI!

Metode 2.
Surat siluman/DPT siluman
Klo KPU Indo di malaysia mau curang.
Pemilihan lewat pos inilah yang paling gampang dimanipulasi.
Caranya apa? Bikin aja penggelembungan DPT yang isinya buruh2 migran yang sudah tidak ada lagi di Malaysia
Mengenai itu surat kemana, kan bisa aja ditulis ke alamat yang salah semua. Lah siapa yang mau verifikasi?
Gk usah DPT Luar negeri gan, DPT indonesia aja banyak yang sudah meninggal dicantumin kok.
Cuma kan itu akan ketahuan pas di TPS gk dateng orangnya.
LAH klo lewat pos, DICOBLOS dan dikirim oleh orang lain siapa yang CEK???

Metode 3.
Hasil pemilu dikumpulkaan ke Kantor pos Malaysia?
Siapa yang awasin?
Klo anda lihat semua suara TPS, itu lewat kotak suara yang bahkan digembok dan disegel pake sticker KPU.
Klo ini. cuma surat TOK. Bisa tinggal g robek atau g swap/tuker juga SUDAH beres.
Gimana ya cara amaninnya???

Metode 4.
Di mana2 ada saksi untuk mengawasi(dari dua belah pihak)
Klo lewat pos saksinya SIAPA?

Hasil pemilu lewat pos yang janggal di malaysia itu udah aneh.

Dan ternyata udah dari jauh2 hari banyak yang memperingatkan klo lewat pos ini sangat gampang dicurangi.
Dan tidak ada yang TAHU!

ini berita dari bahkan SEBELUM pemilu lho
http://nasional.kompas.com/read/2014...wan.Kecurangan

Yang ini bahkan dari Panwaslu nya Malaysia sendiri
http://panwaslukl.com/2014/07/04/dil...rat-suara-pos/
Lebih baik pemilu lewat Pos JANGAN DIADAKAN LAGI!

Anda bisa lihat, bahkan surat suara di post itu terbuka lebar, orang bisa ambil, kutak kutik, bahkan klo ada yang jahat bisa diambil semuanya oleh satu orang.
KAN KONYOL!
PEMILU lewat pos seperti ini jangan lagi diadakan!


Lalu apa alasan dari KPU Indo di malaysia.
Ya katanya nunggu laporan dari Warga.
Selama gk ada laporan dari warga dinyatakan SAH.
Kan lebih aneh lagi.
Jadi anda mengharapkan warga untuk mengamankan dirinya sendiri dari berbagai faktor diluar sana yang bahkan tidak bisa dihandle warganya sendiri.


Lalu belum lagi WNI yang bekerja disana kan takut klo nanti tiba2 dideportasi karena KBRI nya gk seneng kan bisa saja.
Makanya mindset WNI disana malah akan membiarkan daripada cari koreng lapor2 lebih baik diam saja.

Bagi yang pernah kerja keluar negeri pasti tahu klo kita itu paling takut dideportasi.
Dan WNI di luar negeri itu lebih punya mindset untuk tidak mencari2 perkara/masalah/urusan.

Makanya ini lengkap lah hat tricknya.
Diubah oleh sapidarman123 12-07-2014 23:38
0
4.6K
47
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.