Masyarakat Indonesia sangat beragam, mulai dari beragam suku sampai beragam usia. Bagi mereka yang lahir di tahun 1993 – 1997, tahun ini adalah tahun pertama mengikuti pesta demokrasi rakyat untuk memilih presiden dan wakil presiden. Alasan “pertama kali” inilah yang seringkali membuat anak muda lebih memilih untuk tidak menyuarakan pilihannya alias
Golput (Golongan Putih). Ada juga yang beralasan karena tidak mengerti politik sehingga memilih untuk tidak ikut memilih, hanya ikut merasakan hari liburnya saja.
Padahal, suara mereka sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Tidak hanya anak muda, orang dewasa pun masih ada yang berpikir untuk golput. Kemungkinan besar alasannya
karena selama ini siapapun yang menjadi pemimpin negara, tidak ada pengaruhnya bagi kelangsungan hidup mereka. Perlu disadari bahwa setiap masyarakat yang berkewarganegaraan Indonesia, lahir dan hidup di Tanah Air Indonesia, sudah selayaknya mengungkapkan kecintaan dan pengabdiannya pada bangsa dan negara. Memang tidak semua orang ditakdirkan untuk menjadi tentara, polisi, ataupun pemerintah yang secara langsung bekerja untuk negara, namun hal tersebut bukan menjadi alasan untuk tidak memberi kontribusi apapun untuk bangsa ini.
Hal terkecil yang bisa dilakukan adalah ikut berperan aktif sebagai warga negara yang baik dalam menyuarakan pendapat dan suara di Pemilu.
Quote:
Satu suara sangat berarti?
Kalimat ini bukan hanya sebuah klise, melainkan memang kenyataan di mana tanpa ada satu suara, tidak akan ada 10 suara lainnya. Kesadaran akan perhitungan ini yang acap kali dilupakan oleh masyarakat Indonesia dari berbagai umur. Mereka cenderung berpikir bahwa satu suara saja tidak akan begitu berpengaruh.
Padahal, satu kertas suara kosong dapat dipakai oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk memasukkan suara mereka.
Quote:
Tidak ikut memilih adalah bukti bahwa seseorang setuju dengan keputusan apapun yang terjadi nantinya.
Itu artinya,
setiap kebijakan baru dari pemerintahan yang baru tidak bisa dijadikan sasaran protes orang-orang yang tidak memilihkarena bagaimana bisa seseorang hanya ikut mengomentari yang buruk padahal sebelumnya tidak memberi kontribusi yang jelas atas kelangsungan hidup negara.
Apabila seseorang memilih dan ternyata pilihannya menang lalu presiden dan wakil presiden pilihannya ini menjalankan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai janji saat kampanye, maka layak untuk dikomentari dengan sopan. Begitu juga yang terjadi apabila seseorang memilih dan ternyata pilihannya tidak menang, maka dia tetap berhak berkomentar tentang kinerja pemerintah karena menurutnya yang seharusnya memimpin bukanlah yang terpilih ini, melainkan yang menjadi pilihannya.
Maka dari itu, bila memang punya kesempatan untuk memilih tetapi lebih memilih untuk duduk diam dan hanya melihat, sampai kapanpun negara ini tidak memiliki daya juang untuk maju. Jadilah warga negara yang baik yang tahu bagaimana berperan, tidak hanya menjadi komentator saja.