Sebanyak 632 pemilih dari warga Indonesia di Vanimo, Provinsi Sandaun, Papua Nugini, akan melakukan pencoblosan pemilihan presiden pada Sabtu, 5 Juli 2014. "Kami dapat surat suara 644 lembar, sementara daftar pemilih tetap ada 632 pemilih," kata Konsulat Indonesia di Vanimo, Provinsi Sandaun, Papua Nugini, Jahar Gultom, dalam surat elektroniknya yang dikirim kepada wartawan, Jumat, 4 Juli 2014.
Menurut Jahar, ada 271 pemilih yang dijadwalkan akan datang langsung ke tempat pemungutan suara di Konsulat RI di Vanimo. Namun ada 361 pemilih yang mencoblos di kamp-kamp perusahaan kayu di Vanimo karena mereka bekerja di sana. "Kamp perusahaan ini letaknya di hutan, sehingga petugas Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) akan mendatangi kamp-kamp itu," katanya.
Petugas PPLN sejak 2 dan 3 Juli 2014 telah bergerak menuju tiga lokasi kamp perusahaan kayu yang ada di Vanimo, tempat warga Indonesia bekerja. "Jumat ini, ada beberapa warga Indonesia yang telah melakukan pencoblosan di Konsulat RI di Vanimo. Sebab, mereka tak bisa hadir pada pencoblosan resmi besok," ujarnya.
Jahar juga sudah bersurat kepada pemerintah daerah Provinsi Sandaun, Papua Nugini, dan kepolisian setempat untuk memberikan perlindungan bagi WNI yang mencoblos. Konsulat RI di Vanimo juga mengklaim tak ada pengamanan tambahan di lokasi pencoblosan mengingat adanya ancaman kerawanan yang akhir-akhir ini terjadi, seperti beberapa kali penembakan di daerah Skow Wutung, perbatasan Papua dan Papua Nugini.
"Namun sejauh ini kami tetap lakukan koordinasi dengan pihak keamanan di perbatasan, baik dengan TNI maupun aparat keamanan Papua Nugini yang berjaga di pos perbatasan Papua Nugini," kata Jahar.
Sebelumnya pihak TNI dan kepolisian di Papua mengklaim daerah perbatasan RI dan Papua Nugini di wilayah Provinsi Papua merupakan salah satu daerah rawan, terutama dalam pelaksanaan pilpres pada 9 Juli 2014 nanti. Apalagi sebelumnya di daerah perbatasan kedua negara ini beberapa kali terjadi aksi penembakan dari kelompok sipil bersenjata.
Menurut Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua, aksi penembakan itu dilakukan oleh kelompok kriminal untuk mengganggu situasi pelaksanaan pilpres di Papua. "Kami siap mengantisipasinya agar tak terjadi lagi," ujarnya.
SUMBER