Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sindikatjogjaAvatar border
TS
sindikatjogja
Apa Agenda Tersembunyi Prabowo?
Apa Agenda Tersembunyi Prabowo?


Isu dan fitnah berbau SARA hingga hari ini terus mampir ke kubu Jokowi-Jusuf Kalla. Karena isu tersebut begitu masif mengarah ke Jokowi, maka kubu Prabowo-Hatta Rajasa praktis terhindar dari isu-isu tersebut. Ironisnya, gara-gara isu itu, umat Islam di negeri seolah terhipnotis dan kemudian menganggap Prabowo-Hatta bersih.

Fakta bahwa Prabowo berasal dari keluarga Kristen pun praktis tidak pernah dijadikan isu, karena kubu Jokowi sepertinya teramat santun untuk membalas SARA dengan SARA. Bahwa penyandang dana Prabowo adalah sang adik, Hasjim Djojohadikusumo, tak pernah ada yang mempersoalkannya, karena memang tidak perlu dipersoalkan. Bahwa di belakang Prabowo banyak cukong non-Muslim tidak ada yang memasalahkan posisi mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad ini.

Ketika si kutu loncat Hari Tanoesudibyo yang jelas-jelas Kristen menyeberang dari Partai Hanura ke kubu Prabowo juga tidak ada yang ambil peduli, seolah dia dan juga konco-konconya yang Kristen tidak punya agenda khusus, sehingga tidak pernah menaruh curiga bahwa Hari Tanoe rela kehilangan muka berlabuh ke Prabowo pasti punya agenda khusus.

Ingatan umat Islam di sini rupanya teramat pendek. Sebelum pemilu legislatif April lalu, Ketua Front Pembela Islam Rizieq berkoar-koar bahwa umat Islam sebaiknya jangan memilih partai yang banyak diisi caleg kafir (baca: nasrani). Padahal kalau dilihat dari komposisi, justru Partai Gerindra-lah yang paling banyak mencalegkan orang-orang Kristen. Umat Islam di sini menganggap dan terlanjur berparadigma bahwa PDIP-lah yang banyak menyimpan caleg Kristen.

Tapi semua itu dilupakan umat Islam, karena mereka rupanya tak pernah belajar bagaimana melawan lupa. Mereka tak pernah berusaha mencari tahu bahwa Hasjim Djojohadikusumo sang donatur adalah sinterklas bagi banyak gereja di Indonesia. Tak terhitung berapa banyak gereja dari berbagai aliran yang dibantu Hasjim. Nilainya tak lagi ratusan juta rupiah, tapi miliaran.

Maka jangan heran kalau Jacob Nahuway, pendeta Gereja Bethel Mawar Saron yang berlokasi di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara mati-matian mendukung Prabowo. Ia bahkan tidak malu-malu memanfaatkan gerejanya sebagai kendaraan politik agar jemaatnya yang jumlahnya ribuan mendukung dan memilih Prabowo.

Alasan Jacob, sebagaimana sudah banyak ditulis di media sosial dan portal-portal berita, sangat sederhana, yaitu Indonesia membutuhkan pemimpin (presiden) yang tegas dan berani, termasuk nembak orang. Dia tidak mau Indonesia dipimpin presiden sipil yang identik dengan tidak tegas dan lembek seperti Jokowi. “Ke depan Indonesia butuh seorang presiden yang berani bertindak tegas dan memerintahkan tembak di tempat bagi para pengacau, termasuk kelompok intoleran,” katanya dalam sebuah seminar yang dihadiri para caleg Kristen, Maret lalu.

Siapa yang dimaksud Jacob dengan kelompok intoleran? Siapa lagi kalau bukan kelompok garis keras, seperti Front Pembela Islam (FPI) yang selama ini doyan menghalang-halangi umat Krsiten beribadah di ruko (tanpa izin) dan juga tak segan membakar dan menyegel gereja.

Tak bisa dimungkiri, banyak umat Kristen di sini yang mengharapkan Prabowo memenangi pemilihan presiden (pilpres) 9 April nanti, terutama orang-orang Kristen yang beretnis Tionghoa. Siapa lagi yang bisa membekingi mereka kalau bukan Prabowo yang tegas dan berani?

Maka jangan heran kalau kelompok Kristen yang kebetulan beraliran Kharismatik (Pentakosta, Injili, Bethel dan sejenisnya) berani secara terbuka mendukung Prabowo.

Organisasi gereja yang berada di bawah naungan Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga Injil Indonesia belum lama ini, sebagaimana diberitakan Vivanews 17 Juni 2014, bahkan merasa perlu mengumpulkan 300 pendeta dalam acara ‘Doa Bagi Bangsa’ di Jakarta. Di acara itu, mereka berdoa untuk kemenangan Prabowo.

Entah benar entah tidak, Ketua Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga Injil Indonesia, Nus Reimas mengaku sempat melihat Prabowo Subianto menangis saat mendengar kondisi pluralisme di Indonesia.
Reimas mengatakan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tegas dan mempunyai visi dan misi yang jelas. Yakni pemimpin yang mampu menjaga pluralisme di Indonesia. Pendeta ini menegaskan bahwa Prabowo merupakan orang yang mampu menjaga pluralisme di Indonesia.

Perhatikan kata “pluralisme” yang disampaikan Reimas. Di balik kata itu, Reimas dan juga para pendeta yang lain sebenarnya punya agenda khusus, yaitu supaya kristenisasi di Indonesia tidak dihambat oleh kelompok Islam garis keras.

Lho, bagaimana dengan partai-partai Islam garis keras yang bergabung mendukung Prabowo, bukankah akan menghambat gerakan kristenisasi? Jangan salah sangka, bergabungnya partai-partai Islam (PKS, PAN, PBB dan PPP) ke kubu Prabowo merupakan jawaban atas doa mereka. Pasalnya ada ayat dalam Alkitab yang menyebutkan bahwa ada saatnya musuh akan datang kepadamu dan engkau akan menakhlukkannya.
Logikanya, jika partai-partai Islam itu berada di luar kubu Prabowo, maka akan kontraproduktif dan sulit bagi Prabowo untuk menakhlukkannya, bahkan akan mendatangkan malapetaka jika dengan kekuasaannya sebagai presiden, Prabowo nekat menumpas garis keras.

Oleh sebab itu, cara yang paling ampuh adalah merangkul mereka dulu. Salah satu cara untuk meruntuhkan dominasi Islam di kubunya adalah dengan uang dan bagi-bagi kursi. Setelah Islam garis keras yang terwakili di dalam partai-partai Islam tunduk, maka mudah bagi mereka untuk melakukan gerakan kristenisasi.

Di dalam Kristen ada dua aliran besar, yaitu Kristen Kharismatik seperti yang dianut Jacob Nahuway, Reimas, dan Gilbert Lumaindong yang biasa berceramah berapi-api di RCTI. Hari Tanoesudibyo juga masuk dalam kelompok ini. Aliran besar berikutnya adalah Kristen Protestan atau Kristen tradisional. Kelompok terakhir ini banyak yang pro Jokowi.

Kelompok Kristen Kharismatik adalah kelompok garis keras. Kelompok inilah yang secara ekspansif dan demonstratif melakukan kristenisasi. Untuk menjadi Kristen di kelompok ini sangat mudah, tidak banyak syarat. Begitu ada orang tertarik dan “menerima Yesus” (begitu istilah mereka), orang itu bisa langsung dibaptis (dengan cara diselamkan ke dalam kolam air), dan jadilah ia penganut Kristen.

Tapi tidak demikian dengan kelompok Kristen tradisional. Jika ada orang yang mau menjadi Kristen, ia harus belajar dulu kekristenan selama satu tahun (istilahnya katekisasi) di gereja. Setelah dinyatakan lulus, barulah pendeta membaptis dan sah sebagai penganut Kristen. Karena syaratnya berat, banyak orang non-Kristen yang akhirnya membatalkan diri menjadi Kristen dan mengeluh: “Mau jadi Kristen kok susah sekali.”

Tak banyak umat Islam yang mengetahui perbedaan aliran dalam Kristen seperti di atas. Umat Islam di sini menyamaratakan bahwa Kristen sama. Perbedaan di sini tak ubahnya dalam Islam, ada NU dan Muhammadiyah, atau ada Islam ortodoks dan Islam leberal.

Tak banyak yang tahu bahwa Kristen Kharismatik punya mimpi menjadikan Indonesia seperti Korea Selatan (Korsel) yang separuh penduduknya kini penganut Kristen. Mereka mengklaim Korsel menjadi negeri maju karena separuh warganya Kristen.

Mereka ingin meniru sukses kristenisasi di Korsel, di mana jika sebuah bangsa beriman pada Kristen, maka bangsa itu akan maju dan berkembang dan penduduknya sejahtera.

Pilpres 9 Juli bagi kelompok Kristen Kharismatik di Indonesia merupakan momentum penting yang harus dimenangkan melalui Prabowo yang jelas-jelas berasal dari keluarga Kristen. Bagi mereka, lebih mudah menggarap Prabowo daripada Jokowi yang didukung Islam tradisional (NU-PKB) yang sudah terlanjur besar dan kompak.

Mereka juga sangat paham politik. Para elite politik parpol pendukung Prabowo adalah penganut politik pragmatis yang berprinsip KUHP (kasih uang habis perkara). Sumber finansial mereka sangat kuat.
Karenanya jika Prabowo menang, maka posisi Prabowo sangat kuat.

Partai-partai pendukung akan dijadikan alat, bahkan kalau perlu ditindas. Sangat mungkin Prabowo pun akan dikristenkan kembali. Jika ini yang terjadi, maka tentu petaka bagi Indonesia dan Islam. Siapa yang berani melawan Prabowo? Menjadikan Indonesia seperti Korsel sudah di depan mata.

Jika tadi disebutkan bahwa Kristen Protestan atau Kristen tradisional banyak yang mendukung Jokowi. Begitu pula organisasi KIRA (Kristen Indonesia Raya) yang notabene Ketua Dewan Pertimbangannya adalah Hashim adik Prabowo, mengumumkan dukungannya untuk Jokowi (Lihat : http://news.detik.com/pemilu2014/rea...owi-jk?9922022).

Apakah ada satu kejanggalan di sini? Ya! Tentu saja agenda besar Prabowo adalah, membiarkan cap dukungan Nasrani sangat gencar untuk Jokowi, sehingga kalangan Islam menjadi antipati. Dihembuskannya isu kristenisasi di basis-basis Islam tradisional. Tetapi, semua itu akan diawali dengan sentakan keras; Prabowo akan menggelontorkan dana yang sangat besar (10 trilyun telah disiapkan Hashim) digunakan untuk membujuk kalangan Kristen pendukung Jokowi untuk menarik dukungan secara serentak dan tiba-tiba, pada H-3 pilpres. Tidak pun dideklarasikan, namun dalam Ibadah hari Minggu menjadi momentum, titik balik untuk menarik dukungan dari Jokowi, dan tentu saja akan dialihkan seratus persen untuk Prabowo.

Akhirnya, semuanya perpulang kepada umat Islam di sini. Jika Anda memang ingin menjadikan Islam sirna di bumi Indonesia, pilihlah Prabowo. Mari kita berkomitmen, selamatkan Indonesia dan Islam. Jangan keraskan hati kita.
0
3.6K
19
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
Pilih Capres & CalegKASKUS Official
22.5KThread3.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.