GOLPUT, ga belebihan saya pikir kalau kita anggap fenomena golput sudah cukup berkembang dengan baik di negeri ini. Penyebab utama terjadinya golput berasal dari cara pandang yang salah dari sang pelaku. Ini dia.
“Cuman satu suara doang, ga begitu berpengaruh, kan” Tanggapan eks-pemilih aktif, terkait alasannya golput.
Iya kalau satu. Kalau semua orang berpikiran pendek kayak lo, gimana??.... Nah, diem kan!
Jika pemerintah (atau secara luas: kita) ingin membasmi hama golput, setidaknya pahami dulu alasan-alasan mereka memilih golput. Berikut bermacam alasan tsb yang berhasil dilansir dari berbagai sumber.
Quote:
1. Takut Dosa
Spoiler for takut dosa:
-Heh, apa hubungannya?
Alasan ini paling cocok untuk mereka yang jiwa religiusnya sangat kental, tapi dasar agamanya (maap) dangkal gan. Orang-orang ini berpikiran bahwa jika calon pejabat yang mereka pilih – kemudian berhasil menjabat, dan pada akhirnya, malah menyalahgunakan jabatannya (baca: korupsi), mereka takut ikut-ikutan kena dosanya. Di sini berlaku hukum ‘sebab-akibat’
-Masa?
Karena, secara tidak langsung mereka ikut menjadi ‘sebab’ atau berkontribusi dalam terjadinya kegiatan korupsi.
Spoiler for masa:
-BODO’!!
Tuhan itu adil, ga mungkin Tuhan memberi hukuman kepada kita atas perbuatan orang lain, yang kita sendiri tidak menghendakinya. Masalah amanah atau tidaknya seorang pejabat ketika menjabat, bergantung pada kehendaknya sendiri. Kita hanya bisa memantau. Ya! Kalau berbuat salah, laporin.
Quote:
2. Ga Tau Apa-Apa
Spoiler for ga tau apa-apa:
“Aku ga kenal sama mereka. Ga deket, apalagi paham sifat-sifat mereka. Tapi aku dipaksa harus milih salah satu dari mereka?!... Jahat!” Tanggapan seorang abg ketika dimintai keterangan mengenai pemberantasan golput
Ya ampun, sumber informasi banyak. Ga ada alesan buat ga tau apa-apa.
Quote:
3. Berita Simpang-Siur
Spoiler for berita simpang-siur:
Ini terjadi karena begitu maraknya berita-berita ga jelas yang lebih menjurus kepada kampanye hitam. Berikut kisah mengenai seorang eks-pemilih aktif yang terkena dampak berita simpang siur.
Suatu waktu, Raflesia (sebutlah demikian) menemukan berita negatif tentang si Anu (calon pejabat) dari sumber yang menurut Raflesia dapat dipercaya. Saat Raflesia sudah dapat menerima berita tsb, kemudian muncul pernyataan berupa klarifikasi bahwa berita tersebut tidak benar. Rasa percaya Raflesia pun akhirnya lebih condong menuju klarifikasi tsb. Ia percaya bahwa berita negatif tsb tidak benar.
Tapi sial, alih-alih merasa lega, Raflesia justru menerima informasi kembali dari sumber yang berbeda bahwa berita negatif tersebut ternyata dibenarkan, dengan bukti-bukti yang cukup logis untuk diterima.
Raflesia merasa dipermainkan, lalu merajuk. Ia pun akhirnya menutup mata dan lebih memilih untuk golput.
Dalam hal ini, Raflesia seharusnya senang dengan beragamnya informasi yang ia dapat. Karena semakin memperluas wawasannya dalam menemukan kebenaran sebuah berita. Tapi, ternyata dia mempunya hati yang begitu sensitif, sehingga mengalahkan akal sehatnya sendiri.
Quote:
4. Istilah yang Bagus/Keren
Golput, Golongan Putih. Lumayan keran lah (-ga juga ). Dengan istilah tsb seandainya ada orang yang males milih/nyoblos, ga jadi masalah. Paling cuman disebut golongan putih doang. Aman.. Malu? Kaga.
Seiring berkembangnya zaman, harusnya istilah golput pun mengikutinya. Berevolusi. Ubahlah menjadi sebutan yang jika seseorang menyandangnya, maka akan membuat ia tidak nyaman. Malu. Sebuah aib. Misal :
Golongan Ga Tau Malu
Spoiler for golongan ga tau malu:
Golongan Ga Bisa Bikin Lubang
Spoiler for golongan ga bisa bikin lubang:
Quote:
Terimakasih atas waktu berharganya yang telah agan relakan untuk sekedar membaca thread yang mudah-mudahan bermanfaat ini
Semoga waktu agan tsb sepadan dengan yang agan dapet dari thread ini
Sampai jumpa di thread berikutnya gan