Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

saputraroyAvatar border
TS
saputraroy
Pengalaman Pertama Pup di Jepang
Selalu ada cerita dari sebuah pengalaman pertama. Begitu pun dengan pengalaman pertama ane menginjakkan kaki di Tokyo, Jepang.

Bulan lalu, kebetulan ane ada rejeki lebih untuk bisa jalan-jalan ke Jepang, Gan. Traveling kali ini bareng Tirta yang pernah berkelana bareng ane juga ke Filipina akhir tahun 2012 lalu. Rencananya kami akan berkunjung ke 5 kota selama 7 hari. Ekspres banget.

Bicara tentang pengalaman pertama, di postingan kali ini ane akan berbagi salah satu pengalaman pertama paling berkesan selama ane traveling ke Tokyo. Yaitu, pengalaman pertama boker di Jepang.

Iya, iya. Ini cerita tentang ane buang hajat di negara orang.

Awalnya ane sempet parno dengan toilet-toilet Jepang. Ane curiga toilet di Jepang ini berjenis toilet kering, toilet yang ketika mau cebok cuma dikasih tisu. Toilet jenis ini selalu membuat ane mikir, “Kok cuma dikasi tisu? Ini mau cebok apa mau nangis?”

Sebagai orang Indonesia, ane paling ga bisa berhadapan dengan toilet model begini. Ane lebih suka toilet basah yang menyediakan air untuk membasuh bokong yang telah selesai menunaikan tugas. Toilet basah membuat ane lebih leluasa dan jauh dari rasa khawatir. Memang, kadang toilet basah mirip-mirip sama cicilan bunga 0%.

Untungnya, kecurigaan ane salah. Toilet Jepang ga berjenis toilet kering. Itu terbukti saat ane boker di bandara internasional Haneda.

Penerbangan yang memakan waktu 7 jam sukses bikin perut ane mules ga karuan. Menahan hasrat untuk buang hajat selama beberapa jam membuat pramugari yang bohai jadi terlihat seperti demit. Boker di pesawat jelas ga ane lakukan karena ga pewe. Dengan tubuh yang besar dan ukuran toilet yang minimalis, mobilisasi ane saat ngeden bisa terganggu. Meski ane naik Air Asia X yang memiliki badan ekstra panjang, tapi toilet di pesawat ini berjenis Y.

Y U NO GEDEIN TOILETNYA?

Makanya, begitu turun dari pesawat, ane langsung ngibrit. Ngebut nyari toilet terdekat. Sepuluh menit setelah kaki menginjak tanah Jepang, pantat ane udah ga sabar mau ikutan eksis. Dia mau boker di Tokyo.

Begitu sampai di area terminal, jauh sebelum masuk imigrasi, ane berhasil nemuin toilet. Perasaan ane bahagia banget, mungkin sebahagia Alexander Graham Bell waktu nemuin telepon. Buru-buru ane melangkah masuk ke dalam ruang yang berlogo manusia biru tanpa rok yang sedang berdiri.

Kesan pertama ane terhadap toilet Haneda: bersih banget!

Tapi mari lupakan sejenak betapa ane ingin guling-gulingan di lantai toiletnya. Pikiran ane saat ini fokus mencari lobang jamban. Kaki ane langsung berlari mendekat ke arah bilik nomor satu. Ketika badan hanya berjarak 2 langkah dari pintu bilik, tiba-tiba muncul kejadian yang membuat ane norak. Lampu biliknya nyala sendiri!

Tekanan dari dalam perut sejenak menghilang. Ane malah seru maju mundur-maju mundur, kayak goyang poco-poco, ngetes lampu yang tiba-tiba bisa nyala sendiri. Kenorakan ini ga berjalan lama. Desakan usus besar kembali minta diperhatikan. Ane langsung duduk di dalam toilet dan menutup pintu.

Saat pantat bertemu alas jamban, mata ane langsung tertuju kepada panel di sebelah kiri.



INI JAMBAN APA MESIN ATM? TOMBOLNYA BANYAK BENER!

Tepikan sejenak tentang panel di atas. Mari kita awali kisah kenorakan ane akan jamban ini dengan menceritakan alasnya. Di alas jamban ini, ada penghangat yang bikin ane betah berlama-lama duduk. Menjadi obat bagi cuaca dingin yang menerpa ane di area lepas landas beberapa menit yang lalu.

Bukan cuma alasnya yang anget, tapi air yang buat cebok pun air hangat. Ane sempet mikir, ini jamban apa dispenser?

Di dinding sebelah kiri bilik, ada panel dengan 4 tombol besar dan 4 tombol kecil. Yang paling kiri dengan tulisan ‘STOP’, berfungsi untuk menghentikan fungsi 3 tombol besar lainnya. Tombol besar berwarna biru berfungsi untuk menyemprotkan air ke pantat. Kalo kekencangan semprotannya dirasa kurang sesuai, bisa diatur lewat tombol water pressure yang ada di bawahnya. Kalo posisinya ga pas, bisa diatur lewat tombol posisi yang ada di kanan bawah.

Keren banget kan?

Ada satu tombol yang ane ga tau apa fungsinya. Tombol berwarna pink yang bertuliskan ‘BIDET’. Kalo dipencet, sensasi yang pantat ane rasain mirip dengan tombol dengan fungsi spray. Sempet terpikir, jangan-jangan kalo ane teken tombol bidet ini, bakal keluar almarhum Michael Jackson sambil moonwalk dan nyanyi.

Just Bidet, Bidet, Bidet, Bidet!
No one wants to be defeated
Showin’ how funky strong is your fight
It doesn’t matter who’s wrong or right
Just Bidet, Bidet!

Guys, jangan pergi dulu. Ini ceritanya belom selesai lho. Guys, tolonglah. Guys? Guys?

Oke, lanjut cerita ya?

Jika lu masih merasa jamban ini ga canggih, coba pencet tombol terakhir yang berwarna kuning. Tombol itu bakal memberikan instruksi pada mesin untuk meniupkan angin hangat sepoi-sepoi. Fungsinya untuk ngeringin pantat lu yang sebelumnya udah dicuci lewat spray dan bidet. Rasanya? Semriwing!

Saking noraknya, ane sempet ngelongok ke lobang buat tau gimana mekanisme angin hangat ini. Jangan-jangan, sebenernya ada mbak-mbak yang keluar dari lobang jamban sambil bawa-bawa kipas sate.

Canggih banget ga sih? Bisa bersihin, bisa ngeringin, bisa ngatur posisi dan tekanan juga. Saking canggihnya, ane curiga jangan-jangan kita bisa pesen makanan dari jamban ini.

“Mban, ketoprak dua ya. Yang satu pedes, yang satu ga pake toge. Yang satu bihunnya banyakan.”

Terus tiba-tiba nongol tukang ketoprak sama gerobak-gerobaknya dari dalam lobang. Karena takut kita kehausan, nongol juga tukang teh botol sama payung-payungan Sosro-nya. Pas kita mau bayar ketoprak, eh dia ga punya kembalian. Akhirnya dia panggil tukang ojek buat nukerin uang. Lalu keluarlah tukang ojek sama pangkalan-pangkalannya dari dalam lobang.

Chaos.

Kayaknya, ini adalah pengalaman boker ane paling lama tanpa melibatkan mencret atau cepirit. Bener-bener cuma duduk menikmati kecanggihan jamban superior ini. Usus besar udah ga ngeluarin apa-apa lagi pun ane tetep masih duduk. Mengulang spray, bidet, dan dry berkali-kali, meski sempet khawatir jika ane menekan tombol dengan kombinasi tertentu, jangan-jangan pantat ane bisa di-abuget. Minimal kamehameha lah.

Prosesi pembuangan feses pun ane sudahi ketika ane mulai merasa ini udah terlalu lama. Tokyo masih luas untuk ditelusuri, dan beberapa belas menit dari itinerary udah ane curahkan di toilet dalam bandara. Sebelum keluar, ane mem-flush dengan menggunakan sensor gerakan tangan. Membuka pintu, tanpa lupa untuk memakai celana terlebih dahulu.

Resmi sudah. Ini adalah toilet tercanggih yang pernah pantat ane bokeri. Halah, apa pula itu bokeri?

Mules-mules udah kelar. Perut jadi enak. Badan kembali prima. Hanya ada satu kalimat yang kini melintas dalam kepala.

“Saatnya menjelajah Jepang.”

---

Disarikan dari: http://saputraroy.com/2013/12/03/pen...laman-pertama/

Cerita ane saat ke Jepang lainnya:

Foto Fuji - http://saputraroy.com/2013/12/06/foto-fuji/
Jempolku Malang - http://saputraroy.com/2013/12/27/jem...mpolku-malang/
0
9.7K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Mancanegara
MancanegaraKASKUS Official
5.9KThread2.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.