Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

selow69Avatar border
TS
selow69
Hal-hal Inilah yang Membuat Jokowi Dibenci Banyak Orang
Kita semua sudah melihat di berbagai media social dan media lainnya, betapa banyaknya tulisan-tulisan, artikel-artikel dan gambar-gambar yang beraroma kebencian yang amat dasyat kepada Jokowi. Mulai dari mempermasalahkan keturunan Jokowi, Agamanya, mengaitkan korupsi bus karatan, dan hingga yang terakhir fitnah keji bahwa Jokowi-JK adalah masih keturunan PKI. Bahkan tidak kurang pentolan Gerindra Fadli Zon mengatakan revolusi mental Jokowi terkait pemahaman tentang PKI.

Kalau kita cermati, mungkin bisa kita asumsikan bahwa untuk saat ini ada sejumlah puluhan ribu orang yang begitu membenci Jokowi. Apa sebabnya ya dan sejak kapan orang-orang itu membenci Jokowi?

Sebenarnya jawaban utamanya sederhana. Jokowi dibenci puluhan ribu hingga ratusan ribu orang itu dikarenakan Jokowi saat ini menjadi Calon Presiden. Coba saja kalau Jokowi tidak menjadi Calon Presiden tentu tidak sebanyak itu orang yang membencinya.

Dan untuk menjawab sejak kapan Jokowi dibenci banyak orang, kita harus tahu dulu siapa-siapa yang sangat membenci Jokowi.Dan jawabannya adalah 3 pihak yaitu, 1.Mereka yang pernah disingkirkan dari jabatannya karena hal yang buruk baik di Solo maupun di Jakarta, 2.PKS. partai ini sangat mendendam kepada Jokowi karena Jokowi sudah memporak-porandakan cita-cita partai ini untuk menguasai Jakarta pada tahun 2012 lalu, dan 3.Pendukung partai Gerindra, PPP, PAN, Golkar dan Demokrat.

Jadi kesimpulan besar untuk pertanyaan sejak kapan Jokowi dibenci orang adalah; Jokowi dibenci ratusan ribu pendukung PKS sejak Jokowi memenangkan Pilgub DKI pada Oktober 2012, dan bertambahnya ratusan ribu pembenci Jokowi sejak PDIP mendeklarasikan Jokowi sebagai Calon Presiden 2014 pada bulan Maret 2014.

Hal tersebut membuat kita semua tidak heran ketika begitu banyak pendukung PKS melakukan upaya-upaya untuk memfitnah Jokowi. Lihat saja organisasi-organisasi sayap PKS dan media-media online yang mereka miliki tak henti-hentinya berusaha untuk mendiskreditkan Jokowi.Dan kemudian dalam waktu yang bersamaan juga bertambah dengan jumlah yang lebih besar pendukung-pendukung Prabowo ikut melakukan hal yang sama dengan satu tujuan utama adalah Menjegal kemenangan Jokowi pada Pilpres 9 Juli nanti.

SANGAT MUDAH SEBENARNYA BAGI JOKOWI UNTUK MEMENANGKAN PILPRES 2014

Sejak akhir tahun 2013 lalu, Semua orang sudah tahu bahwa Elektabilitas Jokowi sangat tinggi dan jauh diatas rata-rata Elektabilitas tokoh-tokoh lain yang diketahui mencalonkan/dicalonkan untuk menjadi Presiden 2014. Elektabilitas Jokowi berada 20 persen diatas Prabowo, ARB, Mahfud MD, Wiranto, JK dan tokoh-tokoh lainnya.

Dan begitu PDIP memenangkan Pemilu Legislatif bulan April lalu, banyak partai dan ratusan tokoh langsung bergerak ingin mendekati PDIP dan Jokowi. Ini disebabkan karena berdasarkan perhitungan mereka, Jokowi akan mudah memenangkan Pilpres 2014 ini. Dan bila dekat dengan Jokowi maupun PDIP maka kemungkinan besar mereka bergabung dengan pemerintahan yang baru akan terbuka lebar.

Tapi apa yang terjadi kemudian adalah, Jokowi dan PDIP sepertinya tidak menyambut baik pendekatan mereka. Jokowi sejak Pileg selesai digelar sudah mengeluarkan statement bahwa Bila dirinya mampu memenangkan Kursi Presiden maka tidak ada istilah Bagi-bagi kursi menteri. Koalisi yang ingin dibangunnya adalah koalisi ramping dan professional sehingga tidak mengakomodir istilah bagi-bagi kekuasaan.

Ini sangat mengejutkan bagi partai-partai lainnya. Dan hal inilah yang membuat mereka akhirnya terombang-ambing untuk bergabung dengan Golkar atau Demokrat atau Gerindra. Di sisi ini Jokowi dan PDIP langsung dituduh sebagai pihak yang Sombong dan Rakus. Sombong karena sebagai pemenang Pemilu tidak mau didekati. Rakus karena mau menguasai pemerintahaan secara sendirian, tidak mau membagi kekuasaan. Padahal tidak demikian sebenarnya. Jokowi hanya ingin membuat kabinetnya terdiri dari orang-orang yang professional dan mampu dikontrolnya. Bukan seperti saat ini pada cabinet SBY yang mayoritas berisi orang-orang partai yang tak mampu dikontrol SBY. Begitu juga dengan Korupsi yang merajalela di berbagai kementrian. Jokowi tidak menghendaki hal seperti itu terjadi lagi sehingga dirinya tidak berniat membagi-bagi kursi menteri.

Kalau sejak awal hanya sekedar ingin memenangkan Pilpres 2014 sebenarnyasangat mudah bagi Jokowi dan PDIP.Dekati saja SBY, beri tawaran kerja sama atau berikan 2-3 kursi menteri, dekati Golkar beri mereka juga 2-3 kursi menteri dan dekati2-3 Partai tengah dilanjutkan dengan tawaran 1 kursi menteri, siap sudah koalisi yang akan dibangun dan mampu melaju berikut memenangkan Pilpres 2014.

Tetapi kenyataannya Jokowi memang tidak bertujuan asal menang. Bagaimana dengan jalannya pemerintahan yang akan dibangunnya yang menjadi prioritas Jokowi sehingga tidak mau hanya mentargetkan kemenangan saja.

DUKUNGAN KEPADA PRABOWO BUKANLAH DUKUNGAN YANG MURNI DAN IKHLAS.

Kemudian ketika SBY tidak juga bersedia membentuk Koalisi, begitu juga dengan Golkar yang tak diminati partai lainnya karena elektabilitas ARB yang begitu rendah, akhirnya beberapa partai tengah pun mengarahkan dukungannya untuk Prabowo.

PKS mendukung Prabowo karena sejak dari tahun 2012 PKS sudah memusuhi Jokowi. Betapa malunya mereka kalau harus mendekati Jokowi dan Jokowi menolaknya.Langkah terbaik dari PKS adalah bergabung dengan Gerindra. Siapa tahu Prabowo menang dan mereka mendapatkan kursi beberapa menteri.

Begtiu juga dengan PAN yang tadinya sangat menunggu SBY membentuk koalisi Demokratnya.Tapi akhirnya PAN terpaksa bergabung dengan Gerindra karena SBY tidak berniat membentuk Koalisi. Disamping itu Golkar dengan ARB terlalu kecil kemungkinan untuk menang dan PDIP sendiri tidak bersedia membagi kursi menterinya. Paling baik bagi PAN adalah mendukung Prabowo, apalagi posisi Cawapres diberikan untuk Hatta Rajasa.

Dan untuk Golkar, kita semua menjadi saksi mata bahwa betapa galaunya ARB berlari kesana-kemari untuk mendapatkan rekan koalisinya. Berlari ke Gerindra ditolak jadi Cawapres, berlari ke SBY tapi disana tidak berkoalisi, kemudian lari lagi ke PDIP untuk bergabung tapi ditolak dengan halus dengan tidak ingin menjanjikan kursi menteri ataupun posisi Cawapres. Akhirnya terpaksa ARB membawa gerbong Golkar untuk mendukung Prabowo.Jabatan kursi menteri utama pun diterima ARB daripada tidak ada sama sekali peluang untuk bergabung dengan partai pemerintahan yang baru. Siapa tahu Prabowo dengan dukungan banyak partai mampu menghentikan langkah Jokowi menuju kursi Presiden.

Begitu juga dengan PPP dan sejumlah simpatisan Demokrat yang terpaksa mendukung Prabowo dengan harapan semoga bisa saja Prabowo menang sehingga mereka akan kebagian kue kekuasaan nantinya.

Dan akhirnya semua itu berujung kepada bersatunya mereka-mereka yang tidak diakomodir kepentingannya oleh Jokowi.Berikutnya Jokowi pun bagi mereka sudah menjadi Public Enemy.

Daripada menjadi penonton yang hanya menyaksikan kemenangan Jokowi nantinya, lebih baik bergabung dengan lawan Jokowi dan berusaha bagaimana caranya menggempur agar dapat menjegal Jokowi. Siapa tahu berhasil membendung Jokowi dan memenangkan Prabowo sehingga cita-cita untuk bergabung dengan pemerintahan yang baru bisa terwujud.

Satu aja pertanyaan buat panasbung, sudah dipikir sejauh itu?

Salam 2 jari.

SUMUR
Diubah oleh selow69 28-06-2014 14:59
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
9.1K
74
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
Pilih Capres & CalegKASKUS Official
22.5KThread3.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.