Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bambangsubarnasAvatar border
TS
bambangsubarnas
FASISME DI INDONESIA


Kemarin tersiar kabar bahwa media Jerman, Spiegel mengecam musisi Ahmad Dhani karena menggunakan atribut Nazi dalam lagu dukungannya untuk Capres No 1, Prabowo Subianto. Nazi yang dalam sejarahnya telah terbukti membunuh jutaan orang karena berseberangan dengan faham yang dianutnya, fasis.
Saya tidak akan bercerita tentang kebrutalan Nazi yang kejam dan fasisme yang terjadi di Jerman. Saya juga tidak tertarik untuk membahas koleksi baju-baju tentara Ahmad Dhani. Saya justru tertarik untuk mengupas sejarah fasis di tanah air kita, Indonesia.

PFI (PARTAI FASIS INDONESIA)

Pada tahun 1933, berdirilah Nederlandsche Indische Fascisten Organisatie (NIFO) di Jakarta (Batavia). Seperti halnya kaum Fasis di Jerman, NIFO juga memiliki sayap pemuda militan, Barisan Pemuda, Sebuah pasukan yang mendapat latihan ketentaraan dan berseragam hitam. Sayangnya, tidak semua anggota NIFO setuju dengan pembentukan pasukan ini, dengan alasan akan menimbulkan pertentangan antar golongan di tanah Hindia. Mereka, melalui vergadering dan kursus-kursus politik, gencar menyebarluaskan ajaran fasis.

Awalnya gerakan ini tidak pernah dihiraukan di Hindia. Pemerintah kolonial lebih memfokuskan diri memonitor kaum pergerakan pribumi. NIFO bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. Ketika kaum NAZI berhasil merebut kekuasaan, Januari 1933, sekelompok warga Jerman di tanah Hindia menyambut dengan antusias dengan menghimpun 1000 tanda tangan orang Jerman di Hindia untuk mendukung pemerintahan Adolf Hitler. Meski tidak seluruh orang Jerman tidak bisa memberikan tanda tangannya, dipastikan hampir seluruh warga Jerman di Hindia mendukung Pemerintahan baru Hitler di Jerman.

Simpati terhadap NAZI Jerman juga ditemui pada sekelompok pemuda Belanda yang berbaris di taman-taman atau jalanan. Mereka mengenakan kemeja krem dengan celana atau rok coklat tua. Setiap berpapasan, mereka saling memberikan Heil Führer atau Heil Hitler (hormat ala kaum NAZI). Ini bukanlah bentuk keberpihakan sepenuhnya pemuda Belanda tadi, melainkan sekedar mode yang musiman saja pada saat itu di kalangan pemuda Indo.

Selama dalam pembuangan di pulau Banda, Sutan Sjahrir melihat suksesnya propaganda fasis. Istri seorang dokter dipulau itu sering menyapa kawan-kawannya dengan Heil Hitler. Istri dokter itu hanya menganggap salam itu bagus dan terkesan modern tanpa mengerti lebih jauh apa itu Fasis!

Setelah propaganda kaum fasis Hindia mulai mempertanyakan “ keabsahan “ pemerintah, pemerintah kolonial berkesimpulan bahwa gerakan fasis akan mengganggu ketertiban umum dan akan mempengaruhi wibawa pemerintah dimata kalangan bumi putra. Polisi kolonial-pun mulai bertindak terhadap kaum fasis ini. Sebuah pertemuan NIFO di Bandung dibubarkan dengan paksa setelah pemimpin NIFO disana menganjurkan agar Hindia lepas dari Negeri Belanda. Kaum fasis yang semakin radikal ini membuat kesal pemerintah kolonial.

Pengaruh Fasis diterima dengan baik oleh beberapa orang pribumi. Pada bulan Agustus 1933 di Bandung, Dr Notonindito mendirikan Partai Fascist Indonesia (PFI). Partai ini mengusung fasisme demi romantisme sejarah kejayaan budaya dimasa lampau, seperti halnya romantisme Mussolini pada kejayaan Romawi, Italia La Prima. Berbeda dengan fasis Eropa dan Indo yang bisa jadi dilator belakangi oleh kepentingan ekonomi. Pada dasarnya PFI ingin membangun kejayaan kerajaan Indonesia purba macam Sriwijaya atau Majapahit.

Gagasan dan cita-cita ini mengejutkan kaum pergerakan nasional waktu itu. Notonindito yang pernah tinggal di Jerman rupanya tidak ingin mengikuti fasisme Jerman pada tahun 1924, sebagai orang Jawa dirinya lebih mengakar pada kebudayaan Jawa saja. Ia bukan bermaksud mendirikan Negara korporasi, melainkan sebuah Negara yang dipimpin oleh seorang raja seperti pada masa lampau.

PARINDRA ( PARTAI INDONESIA RAYA)

Pada tanggal 24-26 Desember 1935 di kota Solo, Dr Soetomo (salah satu pendiri Boedi Oetomo) mengadakan kongres untuk mempersatukan beragam kelompok eperti : Persatuan Bangsa Indonesia, Serikat Selebes, Serikat Sumatera, Serikat Ambon, Budi Utomo, dan lainnya yang masih bergerak dalam skup sempit (kedaerahan) dalam pergerakan kebangsaan.
Dari kongres itu terbentuklah sebuah gerakan yang dinamakan PARINDRA ( Partai Indonesia Raya).
Dalam prakteknya, Parindra adalah suatu partai politik yang berdasarkan nasionalisme Indonesia dan menyatakan tujuannya adalah Indonesia Mulia dan Sempurna (bukan Indonesia Merdeka).
Parindra menganut azas cooperatie alias bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dengan cara duduk di dalam dewan-dewan untuk waktu yang tertentu.

Tokoh-tokoh lain yang ikut bergabung dengan Parindra antara lain Woeryaningrat, Soekardjo Wirjopranoto, RM Margono Djojohadikusumo, R. Panji Soeroso dan Mr. Soesanto Tirtoprodjo. ( Adapun Margono Djojohadikusumo adalah kakek dari Prabowo Subianto)

Ketika Dr. Soetomo meninggal pada bulan Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad Hoesni Thamrin (MHT), seorang pedagang dan anggota Volksraad. Sebelum menjadi ketua Parindra, Moehammad Hoesni Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan Jepang sehingga ia memainkan kartu Jepang ketika ia berada di panggung politik Volksraad.
Karena aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada Soekarno. Maka pada tanggal 9 Februari 1941, rumah Moehammad Hoesni Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hinda Belanda) ketika ia sedang terkena penyakit malaria, selang dua hari kemudian Muhammad Husni Thamrin menghembuskan napas yang terakhir.


Pemakaman Muhammad Husni Thamrin.

Salah satu bukti kedekatan Parindra dengan Jepang yaitu ketika Thamrin meninggal dunia, para anggota Parindra memberikan penghormatan dengan mengangkat tangan kanannya. Bukti lain adalah pembentukan gerakan pemuda yang disebut Surya Wirawan (Matahari Gagah Berani), yang disinyalir nama ini bertendensi dengan negara Jepang.

Dengan demikian Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerjasama dengan pemerintahan Hindia Belanda di awal berdirinya, akan tetapi dicurigai di akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan.

PENUTUP

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa dalam Perang Dunia ke 2, bersama dengan Italia dan Jerman, Jepang pun tergabung dalam poros fasis. Sebagai penjajah, Jepang jelas telah banyak menanamkan pengaruhnya di tanah air. Tak hanya Jepang, dalam kaitannya dalam Perang Dunia ke 2, Jerman pun sedikit banyak telah berkontribusi dalam menyebarkan budaya fasisnya di Indonesia. Bahwa adanya komplek pemakaman perwira Nazi di Bogor, ditemukannya kapal selam U-Boat Nazi di Laut Jawa, sampai larinya petinggi-petinggi Nazi di Indonesia menjadi bukti bahwa fasisme telah lama mengakar dalam kehidupan di negara kita.

Saya tidak punya tendensi apa-apa dalam memuat tulisan ini.
Terlepas dari kemiripan nama antara PARINDRA dan GERINDRA, terlepas dari Margono Djojohadikusumo, kakek Prabowo Subianto, yang pada era-nya merupakan penganut paham fasis, terlepas dari adanya pasukan Muslim dalam tubuh Nazi, sampai telepas dari atribut Nazi yang dikenakan Ahmad Dhani dalam video klip dukungannya, saya hanya mengajak teman-teman untuk lebih peka terhadap sejarah. Karena hanya dengan mempelajari sejarah, kita dapat bercermin dari masa lalu serta dapat menentukan langkah dan nasib bangsa ini ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Fasisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Indonesia_Raya
http://www.tellthechildrenthetruth.com/gallery/
http://en.wikipedia.org/wiki/Relatio...the_Arab_world
http://alifrafikkhan.blogspot.com/20...a-pfi-dan.html
0
6.7K
12
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
Pilih Capres & CalegKASKUS Official
22.5KThread3.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.