Dua minggu jelang hari pencoblosan tanggal 9 Juli 2014, sepuluh lembaga survei telah merilis hasil jajak pendapatnya tentang tingkat keterpilihan (elektabilitas) masing-masing pasangan capres-cawapres. lembaga-lembaga survey ini Mayoritas merupakan lembaga survey yang kredibel dan rekam jejaknya telah teruji.

10 Lembaga Survey itu di ataranya : Populi Center, SSSG, Alvara Research Center, Cyrus Networks, LSI, Pol Tracking, Indo Barometer ,Litbang Kompas,PDB-Didik J Rahbini dan LSN . Secara lengkapdapat di lihat data Hasil Survei Elektabilitas Capres-Cawapres dapat dilihat dibawah:

Mengkonversi angka-angka yang dirilis dari 10 lembaga survey . Cara konversi ini bertujuan untuk memudahkan membuat prediksi yang tepat berbasis data survei yang telah dirilis tersebut. Konversi menggunakan Teori Proporsi Pemilih.

Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam Teori Proporsi Pemilih adalah validitas data survei. Dan lembaga survey kredibel yang melakukan survey tanpa muatan politis diyakini menghasilkan data yang valid. Karenanya, berapapun angka yang diperoleh pasangan capres-cawapres yang tidak atau belum menentukan pilihan tidak akan mempengaruhi hasil proporsi dari masing-masing pasangan (bisa di asumsikan sebagai golput). Apalagi dari 10 lembaga survey menunjukkan angka yang belum menentukan pilihannya relative kecil, sehingga tidak akan mempengaruhi hasil proporsi dari masing-masing pasangan capres-cawapres.

Sebelumnya penulis ingin mengatakan bahwa ini bukanlah suatu prediksi melainkan hanya konversi angka dari hasil survey saja. Penulis pun bukanlah seorang Pengamat Politik dan bukanlah seorang ahli matematika.

Kebetulan pada tahun 2012 lalu pada saat Pilgub DKI, penulis mencoba mengutak-atik angka hasil Pilgub Putaran Pertama ditambahkan dengan hasil survey lembaga survey yang ada, akhirnya dapat menyimpulkan prediksi untuk hasil Putaran Kedua Pilgub DKI akan dimenangkan Jokowi dengan angka sekitar 54%. dan ternyata kebetulan mendekati benar.

Kemudian penulis mencoba menguji teori yang sama dengan Pilwako Padang tanpa dipublikasikan kedalam sebuah tulisan, ternyata hasilnya juga mendekati hasil realnya dimana penulis memprediksi Mahyeldi akan memperoleh 51 persen. Dan akhirnya teori ini akan diujikan lagi pada Pilpres nanti. Hanya saja variablenya/ data input hanya berupa hasil survey dan tidak seperti Pilgub DKI dan Pilwako Sumbar yang sudah menyediakan data Putaran Pertama.

Secara pribadi penulis ingin memberi nama teori ini sebagai Teori Proporsi Pemilih. Teori ini hanya berdasarkan input dari hasil survey yang menggunakan metodologi sampling. Yang artinya tanpa ada data survey sebelumnya dari lembaga survey maka perhitungan teori ini tidak bisa dilakukan.