Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ainalizaAvatar border
TS
ainaliza
Yang Golput janc*k
Debat pilpres yang mempertemukan antara calon presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto dan calon presiden Joko Widodo nomor urut 2, setidaknya publik kini bisa mengetahui visi dan misi keduanya.

Malam itu suasana yang terbangun cukup panas tetapi masih dalam koridor perdebatan yang aman. Keduanya bahkan tidak seperti melihat musuh. Prabowo menyampaikan misi ekonomi dengan gayanya yang lugas dan tegas, demikian pula Jokowi dengan gaya sederhana membawa misi ekonomi kerakyatan.

Melihat keduanya, saya teringat omongan seorang teman; mereka putra-putra terbaik yang dimiliki bangsa ini. Siapapun, apapun, dan dari latar belakang manapun, mereka tetap kader terbaik. Makanya kita patut bangga.

Dan kini, keduanya bersaing untuk mendapatkan suara rakyat. Baik Prabowo maupun Jokowi sama-sama calon presiden pilihan rakyat.

Hari ini, kita tidak sedang ‘berperang badar’, mengutip omongan Amien Rais. Tidak pula saling menjatuhkan satu sama lain seperti yang dilakukan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono. Hari ini, kita sedang berpesta menyambut calon pemimpin masa depan. Lalu kenapa harus dikotori dengan beragam kampanye hitam (black campaign)?

Apa yang dilakukan Tabloid Obor Rakyat bukan kampanye yang diharapkan kita. Di sini kita butuh sosok/figur yang terbaik. Dan pilihan kita ada di dua sosok tersebut (Prabowo dan Jokowi). Tidak seharusnya kita saling mencari kesalahan-kesalahan calon pasangan, mengorek kekurangan, membalas dendam. Soal kekurangan, sebagai manusia kita pasti punya kekurangan. Siapa manusia di dunia ini yang tidak punya dosa?

Prabowo dan Jokowi hadir di tengah-tengah kita karena kita butuh pemimpin di masa depan. Mereka tak sekedar calon presiden, tetapi juga calon lambang negara ini. Sehingga seharusnya tidak begitu susah memilih mereka.

Sebenarnya pilpres (2014) kali ini (pasca reformasi), kita patut bersyukur karena hanya dihadapkan pada dua pilihan. Berbeda dengan pilpres sebelumnya. Pada pilpres 2004 lalu, kita punya lima pasangan, yakni Hamzah Haz-Agum Gumelar, Amien Rais-Siswono Yudohusodo, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Wiranto-Salahuddin Wahid dan Soesilo Bambang Yudhoyono-Yusuf Kalla.

Sementara pada 2009 lalu, ada 3 pasangan Capres-Cawapres Indonesia, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY – Saat itu menjabat sebagai Presiden RI) – Boediono, Megawati – Prabowo, Jusuf Kalla (saat itu Wapres RI) – Wiranto.

Dari kedua pemilu tersebut, kita harus melewati dua putaran. Tentunya bisa dihitung berapa biaya yang dikeluarkan negara waktu itu. Tetapi hal itu tidak akan terjadi pada tahun ini. Sebab, calon pasangan hanya dua. Siapa yang menang mereka akan langsung terpilih.

Namun demikian, sangat disayangkan jika pilpres tahun ini telah dikotori dengan black campaign dan negative campaign. Seperti diungkapkan dosen politik Prof. DR. Drs. H. Mohammad Ma’ruf Bantilan, MM, MBA, Ph.D dari Universitas Madako, Toli-Toli, Sulawesi Tengah pada SICOM beberapa waktu lalu, kampanye negatif telah memberikan pendidikan politik yang tidak sehat bagi masyarakat.

Celakanya, pilpres kali ini pendukung kedua kandidat menggunakan kampanye berupa sindiran atau rumor yang merusak kredibilitas calon lain. Ini semua sangat tidak etis. Seberapa besar dampak kerugian kampanye hitam?

Kampanye hitam yang cenderung mengumbar fitnahan, kabar bohong dan rumor untuk menyerang kandidat ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia orang-orang yang berada di dalam tim sukses masing-masing calon sangat rendah.

“Hal ini akan mengancam pemilu. Pemilu bukan lagi menjadi ajang pemilihan pemimpin tapi ajang untuk pembuktian kehebatan cara jahat itu. Ini menjadi tugas bersama kita untuk menjadikan pemilu sebagai pertarungan ide dan gagasan, bukan pertarungan kesombongan kekuasaan, uang, dan lainnya,” demikian kata Ma’ruf.

Yang jelas, saya melihat pilpres tahun ini benar-benar sangat jahat. Saling serang dua kubu di dunia maya dan media sosial kian memanas, bahkan terkesan anarkis. Semua yang dilakukan pendukung dan relawan dua kubu sudah di luar batas kewajaran.

Dan gambaran itu tidak saya lihat saat debat capres. Kedua calon presiden tampak biasa-biasa saja. Aman-aman saja. Tidak saling menyerang. Dan ketika selesai, baik Prabowo dan Jokowi saling bersalaman dan berpelukan. Tak lupa cipika cipiki.

Yah, ini yang seharusnya dilakukan pendukung dan relawan dua kubu. Mereka seharusnya menjaga suasana pilpres 2014 tetap kondusif. Yang mau kampanye, silahkan berkampanye beradu visi dan misi. Jangan terpancing ucapan bodoh Amien Rais yang menganggap pilpres sebagai ‘perang badar’. Ingat, di sini rakyat sedang berpesta, bukan berperang.

Jadi, silahkan Anda menuangkan ide, gagasan dan aspirasinya untuk membantu menyukseskan jalannya pemilu. Pemilu jangan lagi dikotori dengan isu-isu SARA maupun hal-hal negative yang mencederai salah satu calon pasangan. Berilah mereka (Prabowo-Jokowi) kesempatan untuk membuktikan kepada rakyat.

Bagi mereka yang golput, bagaimana juga memilih adalah hak semua orang. Tapi saya kira tahun ini bukan menjadi alasan untuk tidak memilih. Sebab, pilihan kita hanya dua dan seharusnya itu memudahkan kita untuk memilih. Tidak susah, tinggal pilih Prabowo atau Jokowi. Namun bagi yang ngotot golput, saya kira mereka layak disebut janc*k. Salam damai.

sumber: http://www.siagaindonesia.com/2014/0...-golput-janc*k
0
3.1K
52
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.