Pentingkah revolusi mental ala Jokowi?
Quote:
Revolusi mental yang ingin dicanangkan oleh Jokowi apabila ia terpilih sebagai presiden nanti seringkali dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak dengan alasan-alasan tertentu. Namun, menurut saya secara pribadi, hal tersebut memang perlu diberlakukan mengingat moral dan mental masyarakat kita yang saya rasa semakin menurun.
Saya seringkali menyebutkan kalau mental generasi muda saat ini adalah generasi instan dimana kita dapat memperoleh segala sesuatu dengan lebih mudah ditambah dengan teknologi yang terus berkembang. Saya juga merasakan hal itu, telepon genggam misalnya, teknologinya semakin berkembang pesat seiring dengan kebutuhan kita untuk berkomunikasi. Dengan perkembangan teknologi tersebut, ada tipe telepon genggam yang harganya mahal dan ada juga telepon genggam yang harganya semakin murah dikarenakan teknologi yang dipakai pun semakin ketinggalan zaman.
Saya membaca satu artikel yang menarik dari Mien R. Foundation, dimana ada seorang guru dari Australia yang menyatakan bahwa ia lebih khawatir apabila murid-muridnya tidak pandai mengantri daripada tidak pandai matematika. Saya sempat terkejut dengan pernyataan tersebut, namun pada artikel tersebut pun dijelaskan bahwa seorang anak hanya diperlukan waktu selama 3 bulan secara intensif agar ia dapat mahir matematika sementara itu diperlukan waktu sampai 12 tahun untuk atau lebih untuk bisa mengantri dengan baik, selain itu banyak hal yang dapat dipelajari oleh seorang anak dari mengantri.
Guru yang tidak disebutkan namanya itu mengutarakan beberapa hal yang dapat dipelajari dari mengantri antara lain:
Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..
Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.
Dan mungkin masih banyak hal lain yang dapat dipelajari dari kegiatan mengantri yang kita rasakan.
Setelah membaca artikel tersebut pun saya sedikit banyak setuju dengan Program Revolusi Mental yang dicanangkan oleh Jokowi. Saya rasa Jokowi pun merasakan hal yang sama, dimana sulit sekali adanya keteraturan di negara ini, atau yang lebih tepatnya kita akan teratur apabila ada yang mengawasi kita. Jokowi berpendapat bahwa dengan revolusi mental kita dapat memperbaiki aqidah dan akhlak bangsa, dengan pendidikan yang berakhlak baik, maka bangsa kita dapat maju dan menjadi hebat dikarenakan sebenarnya bangsa kita sudah memiliki bakat tersebut.
Jokowi juga berniat untuk menguatkan dan melestarikan budaya daerah dikarenakan kebudayaan merupakan bentuk jatidiri dan karakter bangsa, sehingga harus dilestarikan agar dapat dipertahankan. Hal tersebut pun sepertinya bukan isapan jempol belaka, sekarang berapa perbandingan kita yang lebih menyukai budaya daerah atau budaya nasional dibandingkan dengan yang menyukai budaya asing. Saya rasa perbandingan tersebut akan sangat jauh sekali, dikarenakan kebanyakan masyarakat Indonesia selalu ingin meniru budaya asing, bahkan sampai ada yang ingin menjadi bagian dari budaya asing tersebut. Miris memang apabila hal ini terus terjadi, mengingat banyak orang asing yang lebih tertarik dengan budaya kita dibandingkan dengan orang Indonesia sendiri, jangan –jangan beberapa tahun ke depan budaya tersebut akan menjadi budaya asing bagi kita dikarenakan orang asing yang lebih mengerti budaya-budaya yang ada di Indonesia dibandingkan dengan orang Indonesia sendiri.
Mari kita bangun mental kita masing-masing agar dapat membangun bangsa ini menjadi lebih maju dan lebih hebat lagi dari yang sekarang dan jangan lupakan budaya-budaya yang ada agar dilestarikan agar dapat terus menjadi milik kita. Kita jangan marah apabila nantinya budaya kita diambil oleh bangsa lain apabila kita tidak dapat melestarikan budaya kita sendiri, karena menurut saya lebih baik budaya tersebut diambil oleh bangsa lain namun masih dilestarikan dibandingkan tetap kita miliki tapi akan punah ditangan kita sendiri.
Jangan cuma pemerintahan aja gan yang bisa revolusi, tapi kita sebagai masyarakat juga harus melakukan revolusi mental supaya bangsa kita ini gak kehilangan jati dirinya, dan kita justru bisa menjadi bangsa yang mandiri dan kreatif gan. Sekarang yang ane perhatiin juga masyarakat kita udah berubah gan, ga menghargai lagi kebudayaannya dan bahkan ada yang lebih memilih tinggal di luar negeri dibandingkan di negeri sendiri.
semoga agan yang baca ini bisa berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi.
Sumber