Selain terganjal ancaman perlawanan dari para PSK, rencana penutupan Lokalisasi Dolly yang bakal dilakukan pada 18 Juni 2014 nampaknya juga bakal ditentang keras para mucikari setempat.

Tak tanggung-tanggung, para mucikari Lokalisasi Dolly mengaku mau menutup usaha prostitusi mereka bila mendapat dana kompensasi minimal Rp 5 miliar.

Linda, salah satu mucikari yang memiliki wisma di Lokalisasi Dolly mengaku bersedia usaha prostitusinya ditutup jika Pemkot Surabaya memenuhi persyaratan itu. Wanita berambut hitam ini menjelaskan alasannya meminta dana Rp 5 miliar sebagai ganti rugi usahanya. Rinciannya untuk membeli rumah sekaligus wsima saya Rp 3 miliar dan sisanya buat modal buka usaha lainnya. Kalau wisma saya tidak terlalu besar jadi saya hargai segitu, kalau yang lainnya yang besar-besar ya terserah pemiliknya masing-masing,” terangnya kepada Lensa Indonesia.

Tak hanya itu, Linda juga menegaskan sampai saat ini belum pernah mendapat penjelasan atau sosialisasi dari Pemkot Surabaya terkait ganti rugi atau kompensasi yang akan diberikan. “Saya taunya pemerintah hanya bilang di media massa saja kalau ada kompensasi tapi belum pernah diajak bicara. Kalau memang tujuannya menutup Lokalisasi Dolly untuk mensejahterakan warganya jangan ke kami. Kami disini sudah sangat sejahtera bahkan tentram dengan omset Rp 30 juta perbulan,” jelasnya sinis.

Hal senada juga diutarakan pemilik salah satu wisma di Lokalisasi Dolly yang punya belasan PSK. Menurut Wawan, sapaan akrab pria itu, wacana penutupan Lokalisasi Dolly dianggapnya hanya sebagai gertakan Pemkot Surabaya agar dianggap konsisten menghapus prostitusi. “Saya tegaskan, kalau gak ada ganti ruginya siapa yang mau tutup?! enak saja nutup usaha orang. Toh usaha kami ini tak merugikan orang. Para tamu datang atas kemauannya sendiri tanpa dipaksa. Baru kalau ada ganti ruginya kami masih mau pikir ulang,” tegasnya enteng.