Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

busro.muqodasAvatar border
TS
busro.muqodas
Akal Bulus JK, Surya Paloh danMuhamad Reza di Balik Tabloid Obor
JAKARTA (voa-islam.com) - Sungguh
permainan politik yang sangat kotor dan
penuh dengan akal bulus. Di mana tiba-
tiba saja kasus tabloid Obor Rakyat
menjadi perhatian khusus dalam proses
Pemilihan Presiden 2014.
Pasalnya, hasil cetakan media tersebut,
yang belakangan di klaim milik Asisten
Staf Khusus Presiden RI Setyardi,
ditengarai telah menyebarkan fitnah dan
menista Calon Presiden Joko Widodo
yang diusung koalisi PDI Perjuangan.
Dan tidak hanya itu, tabloid yang
diedarkan di kalangan tertentu itu
ditengarai jadi penyebab merosotnya
popularitas Jokowi, mantan Walikota
Solo dan Gubernur nonaktif DKI Jakarta.
Mari kita ulas, siapa saja di balik tabloid
Obor tersebut. Nama Setyardi, di
kalangan aktivis mahasiswa ’98 cukup
familiar. Pernah menjadi wartawan
majalah Tempo dan aktif dalam
mendukung pergerakan mahasiswa dalam
menghadapi Orde Baru di ujung
kekuasaan. Namun, benarkah motivasi
tabloid Obor untuk menghancurkan
popularitas Jokowi? Jawabnya, tidak!
Peredaran tabloid Obor yang berisikan
pembahasan di sosial media dan di
angkat ke media cetak untuk lantas
disebarkan ke pesantren-pesantren di
Jawa Barata, Jawa Tengah dan Jawa
Timur dengan tampilan yang vulgar dan
kampungan namun dikemas dalam layout
yang menarik sebetulnya dipakai sebagai
alat propaganda pasangan Jokowi-JK.
Sebab, semua personal pemain yang
berada di belakang penerbitan tabloid
tersebut memiliki koneksi dengan Jusuf
Kalla dan donatur pasangan Capres dan
Cawapres nomor urut 2 tersebut.
Awal karier Setyardi di majalah Tempo
menghasilkan pertemanan antara lain
dengan Muchlis Hasyim. Muchlis sempat
berkarier bersama di majalah Tempo
bersama Setyardi.
Dimana keduanya juga sempat
mengenyam pendidikan di Bandung.
Setyardi di STT Telkom dan Muchlis di
Universitas Islam Bandung (Unisba).
Keduanya juga sama-sama tidak lulus
dari perguruan tinggi tersebut.
Muchlis lantas terbang ke Washington,
AS dan menyelesaikan sarjananya di
sana. Dan baru kembali ketika dipanggil
Surya Paloh, pemilik harian Media
Indonesia.
Sekembalinya dari Amerika, Muchlis
ditempatkan sebagai redaktur
internasional di Media Indonesia dan
menjadi orang kepercayaan Surya Paloh.
Hingga akhirnya, dia menempati posisi
redaktur eksekutif.
Di kalangan wartawan, Muchlis dikenal
memiliki lobi-lobi cukup bagus dengan
pemilik modal dan penguasa. Dan karena
kepiawaiannya itulah lantas berhasil
mendirikan media online inilah..com.
Sebuah portal berita yang dukungan
dananya banyak di cover Muhammad
Reza, orang yang dikenal sebagai mafia
minyak. Hubungan Muh dan Muchlis
sangat dekat seperti kakak dan adik.
Pada Pilpres 2004, Muchlis aktif di Mega
Center untuk membantu K.H. Hasyim
Muzadi yang pada saat itu menjadi
cawapres Megawati. Namun, ketika
pasangan Mega-Hasyim kalah, dia
meloncat ke Jusuf Kalla.
Kehadiran Muchlis di Istana Wapres atas
prakarsa Alwi Hamu, pemilik harian Fajar
di Makassar. Dan Muchlis masih terbilang
sebagai keponakan dari Alwi Hamu yang
merupakan karib keluarga Jusuf Kalla.
Saat JK menjabat Wapres, Muchlis
didapuk sebagai Press Officer Wakil
Presiden.
Saat ini, selain memiliki portal berita
inilah..com, Muchlis juga mendirikan
Inilah Koran di Bandung dan Bogor. Dia
menggandeng wartawan senior Rakyat
Merdeka dan pendiri tabloid Indonesia
Monitor, Syahrial Nasution.
Syahrial di kalangan wartawan dikenal
dekat dengan Presiden SBY. Dan pada
Pilpres 2004 menjadi Ketua Media Center
SBY-JK. Konon, dana untuk mendirikan
Inilah Koran juga berasal dari Muhamad
Reza. Muchlis sengaja merekrut Syahrial
karena dikenal kritis terhadap isu mafia
migas.
Belakangan diketahui hubungan
keduanya, merenggang. Muchlis juga
melebarkan sayapnya dengan mendirikan
Inilah Koran di Bogor dengan merekrut
mantan wartawan senior Jawa Pos,
Alfian. Dan terakhir mendirikan sebuah
percetakan di Bandung.
Nama lain di belakangang tabloid Obor
adalah Darmawan Sepriossa, alumnus
Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.
Dia dikenal cukup dekat dengan para
petinggi TNI dan Badan Intelijen Negara
(BIN). Wartawan yang biasa ngepos di
Mabes TNI dan Polhukam ini berteman
baik dengan Setyardi. Darmawan juga
punya hubungan cukup baik dengan
petinggi partai di PDIP.
Lantas, apa cerita yang dapat diambil
dari penggalan kisah orang-orang yang
namanya dikait-kaitkan dengan tabloid
Obor? Sebetulnya tidak lepas dari
permainan transaksi politik dalam rangka
membesarkan nama Joko Widodo yang
seolah-olah difitnah dan dikerdilkan.
Para dalang di balik tabloid Obor,
semuanya berada di pihak Jokowi-JK.
Dan motivasi kontra intelijen seperti ini
biasa terjadi menjelang pergantian
kekuasaan. Setyardi cs hanyalah boneka
yang diperalat dan ‘dibeli’ untuk
menjalankan misi. Dalang utamanya
adalah Surya Paloh, Jusuf Kalla dan
Muhammad Reza.
Inilah yang menjadi jawaban atas
kegundahan Hasjim Djoyohadikusumo,
adik kandung Capres Prabowo. Cawapres
Hatta Rajasa yang selama ini dikait-
kaitkan dibiayai mafia minyak Muhammad
Reza ternyata, cuma isapan jempol.
Hingga kini, logistik yang dijanjikan
Muhammad Reza untuk menyokong duet
Prabowo-Hatta tak kunjung turun.
Rupanya, dana sudah mengalir ke Jokowi
yang selalui merajai survey. Sehingga,
dengan membesar-besarkan kasus
tabloid Obor, popularitas Jokowi yang
terus menurun dapat didongkrak kembali
dengan strategi memfitnah diri sendiri.

sumur : http://m.voa-islam.com/news/indonesiana/2014/06/18/31030/akal-bulus-jksurya-paloh-dan-muhamad-reza-di-balik-tabloid-obor/

metode lama capres dzolim yg ingin di cap terdzolimi sama seperti kasus rip jokowi

siap siap komeng
sumber g valid
yg valid versi monyet panastak cuma detik tempe dan kompos
Diubah oleh busro.muqodas 18-06-2014 17:20
0
9K
114
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.