JAKARTA, KOMPAS.com – Pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Tony Prasetyantono, menilai debat capres-cawapres pada malam ini yang bertemakan Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat memberikan pandangan baru.

“Jokowi di luar dugaan saya. Menjawab pertanyaan dengan baik dan relevan,” kata Tony kepada Kompas.com, Minggu (16/5/2014). Misalnya, lanjut Tony, Joko Widodo (Jokowi) menyatakan ingin mengejar pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen.

Menurut Tony, cita-cita Jokowi ini relevan dan kontekstual. Siapapun Presidennya, imbuhnya, memang harus mengejar pertumbuhan ekonomi 7 persen.

“Jokowi karena punya pengalaman praktis sebagai kepala daerah tampak lebih membumi atau lebih implementatif. Dia selalu mengingatkan bahwa Presiden memiliki kekuatan regulasi yang harus dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” jelas Tony.

Namun, lain halnya dengan Prabowo Subianto. Penampilan calon presiden No.1 itu agak kurang, utamanya soal pernyataan Prabowo yang mengutip Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad, perihal kebocoran anggaran negara.

“Saya menyayangkan Prabowo yang mempercayai Abraham Samad bahwa ada kebocoran Rp 7.200 triliun dalam perekonomian kita. Angka ini menggelikan karena terlalu besar. PDB kita setahun Rp 9.400 triliun. Bagaimana mungkin kebocoran Rp 7.200 triliun?” kata Tony menyesalkan.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/06/15/2301438/Ekonom.Jokowi.Di.Luar.Dugaan.Prabowo.Menggelikan.#



Seluruh orang Indonesia yg mendengarkan debat ini juga pasti tau dari awal Prabowo bilang kebocoran Rp1000 Trilliun, kemudian pada satu kesempatan Prabowo mengutip kata2 Abraham samad yg bilang kebocoran Rp7200 trilliun dan sesudah itu Prabowo menegaskan jika dia pakai hitungannya adalah Rp 1000 trilliun


Jadi jelas sekali ini ekonom UGM budek gak ketulungan malu2in kampusnya doang, akhirnya siapapun yg ngedukung jokowi itu walau dasarnya cerdas tapi ujung2nya jadi bodoh, wong gak kompeten gitu koq di puja puji buat jadi presiden