Amien Rais dari Playmaker ke Joker Politik

Mengapa sekarang figur Jokowi dan A Hok begitu disukai, dan figur Amien Rais menjadi orang yang setiap omongannya mengundang hujatan massal? ada apa ini? padahal dulu setiap omongan Amien Rais bisa dikatakan adalah ukuran ’sukses atau seorang pemimpin’. Bayangkan Amien Rais-lah yang pertama kali secara resmi melakukan tantangan terbuka atas Suharto yang saat itu Suharto sedang kuat-kuatnya pada tahun 1994. Ketika Permadi meminta Amien Rais menjadi motor perlawanan pada Suharto. Provokasi Permadi ini disambut Amien Rais yang kerap menggunakan kolom tulisan di harian Republika untuk secara intens menyerang Suharto. Banyak analis politik saat itu menilai bahwa omongan Amien Rais merupakan sinyalemen terjadinya perubahan politik, hal ini berlangsung antara tahun 1997 di masa menjelang kejatuhan Suharto, Penentuan permainan politik Amien Rais dengan poros tengahnya pada tahun 1999 dan Operasi penjatuhan Gus Dur pada tahun 2001. Amien Rais amat banyak berperanan dalam permainan politik yang sebenarnya tidak efektif, bayangkan bagaimana mungkin ia ikut-ikutan menjatuhkan Gus Dur, orang yang ia naikkan untuk menghalangi Megawati, apakah ini sama saja dengan pemborosan waktu, karena Megawati saat itu lewat Partainya menang total pada Pemilu 1999 tapi Amien Rais kemudian melakukan manuver penggabungan antara Golkar, PAN dengan Partai Agama lainnya untuk membentuk Poros Tengah.

Provokator Tapi Tidak Mampu Memimpin
Amien Rais memiliki gaya omongan seperti provokator profesional, cara bicaranya yang lugas walau sering terpatah-patah, metaforanya yang membangkitkan imajinasi terhadap perbuatan-perbuatan politik seseorang, kerap menjadi ukuran perubahan politik, namun pada akhirnya banyak orang mengetahui Amien Rais tidak pernah berani memegang kendali keadaan bila suatu saat keadaan benar-benar berposisi pada dirinya. Hal ini terjadi pada dua kali. Pertama kali ketika Amien Rais diberikan kesempatan sejarah memimpin reformasi dengan momen Kebangkitan Nasional 2 Mei 1998 untuk mengumpulkan jutaan massa di lapangan Monas, saat itu diperkirakan akan terjadi ‘Tweede Tianamen” atau “Tianamen Kedua”. Namun kemudian secara tiba-tiba di Televisi Amien Rais membatalkan gerakan politik tersebut, dan menjadikan mahasiswa terpaksa berinisiatif sendiri ke dua jurusan, mengepung MPR/DPR dan satunya lagi langsung menyerbu Jalan Cendana. Disini Amien Rais seakan-akan tidak mau berpegangan pada jalan politik yang telah dibuatnya, padahal dengan keberanian memimpin gerakan 2 Mei 1998, Amien Rais secara de facto mampu menjadi pemimpin sebenarnya gerakan reformasi 1998. Tapi ini tidak terjadi, sehingga reformasi 1998 seakan-akan diserahkan sepenuhnya pada gerakan moral mahasiswa bukan lagi gerakan politik, di saat kemenangan penggulingan Suharto terjadi kondisi kepemimpinan lowong sehingga banyak masuk eks antek-antek Suharto sebagai Pemimpin Reformasi di era selanjutnya. Tidak ada patahan politik yang jelas antara era Orde Baru dengan era Reformasi karena sedikit banyak tindakan pengecut Amien Rais yang tidak mau bertarung nyawa di Monas 2 Mei 1998.

Di tahun 1999, kualitas provokasi Amien Rais makin terlihat. Sikapnya yang tidak gentlemen mengakui kemenangan PDIP dalam pemilu 1999 dimanifestasikan dengan persekutuan politik kelompok tengah. Memanfaatkan perpecahan Golkar yang terdiri dari kelompok barat yang dipimpin Akbar Tandjung yang pro pada PDI dengan Golkar kelompok timur yang pro pada Amien Rais, diadakanlah poros tengah. Awalnya Gus Dur sendiri yang meminta Amien Rais memimpin tapi Amien menolak, akhirnya Gus Dur pasang badan demi proyek politik Amien itu. Namun apa jadinya? Pada tahun 2001 Amien Rais melakukan manuver politik memanfaatkan beberapa kasus korupsi di seputar Gus Dur seperti soal Bulog dan Tukang Pijit jadi gerakan penghantaman Gus Dur, Amien meminta Megawati naik. Kenapa Amien tidak berkomitmen menjaga Gus Dur sejak awal? Ada apa ini?

Di masa SBY praktis suara Amien tidak terlihat, Amien mulai disingkirkan dimana-mana, namun PAN masih menempatkan Hatta Radjasa ke tengah kekuasaan SBY, praksis sekarang Amien amat bergantung dengan sikap murah hati SBY, tidak ada satupun omongan Amien yang menyerang SBY secara frontal seperti kasus Bank Century atau kasus lain yang menimpa SBY, Amien diam total. Disini Amien tidak lagi memiliki karakter khas-nya yang mampu menggoyang kekuasaan, dengan jaminan politik Hatta Radjasa di tengah SBY, Amien Rais menjadi tumpul.

Omongan galak Amien Rais kemudian tiba-tiba muncul menjadi omongan anti Jokowi, Jokowi adalah segala list keburukan dan impotensi seorang pemimpin, ada kesan Jokowi dikatakan sebagai ‘Pemimpin Boneka’ dari kekuatan besar, Jokowi dianggap menyesatkan menjadi walikota terbaik sedunia. Disini Amien Rais sudah tidak lagi memiliki kekuatan suaranya yang didengar, ternyata generasi baru sudah muncul, kelompok yang tidak tau siapa Amien Rais lebih banyak ketimbang kelompok yang dulu memuja Amien yang rata-rata kaum intelektual, sementara generasi lama yang sudah hapal sekali dengan tingkah laku Amien Rais yang kurang bertanggungjawab bila keadaan memanas menjadikan mereka terus menghujat Amien Rais.

Sekarang Amien menggelontorkan isu jaringan pebisnis di sekitar A Hok. Pertanyaannya kenapa Amien terus menerus menyerang A Hok, apakah ini sinyalemen A Hok akan dijadikan ‘lutut Achilles’ oleh Amien Rais, bicara soal Amien Rais adalah bicara contradictio in terminis, bicara orang yang sudah salah dari awalnya, seperti soal Walikota terbaik sedunia, seperti soal jaringan pengusaha di seputar A Hok ini benar-benar gagasan imajinasi yang sama sekali tidak cerdas dalam pendidikan politik kita.

Jokowi sudah melakukan politik keterbukaan di Solo dengan membuat anggaran APBD terbuka di setiap kelurahan, warga mengawasi kerja proyek Pemda DKI langsung, keterbukaan politik dan agenda kerja Jokowi sudah pasti dan terukur.

Ada baiknya Amien Rais untuk diam dulu melihat kinerja Jokowi sebelum teriak-teriak di depan wartawan, karena semangkin Amien berteriak semangkin Amien mempermalukan diri sendiri di depan jutaan rakyat Indonesia.

Ingat Amien Rais bukan lagi playmaker dalam politik Indonesia tapi anda sudah menjadi joker politik, sudah jadi tertawaan banyak orang. Sebaiknya Amien Rais cerdas dalam mengeluarkan pendapat sebelum kemudian reputasinya benar-benar hancur.

-Anton DH Nugrahanto-. (sumber)

mbah amin raiso ini sepertinya sudah tidak punya malu............

Kemungkinan besar ini diawali dengan frustasinya ketika dua kali gagal dalam pilpres 1999 dan 2004. AR pada masa2 awal reformasi sangat percaya diri, over confidence, dengan predikat “pahlawan reformasi” yang dilekatkan pada dirinya. Dielu-elukan di banyak tempat. Yakin sekali pasti menag dalam pilpres 1999. Tetapi nyatanya gagal. Tahun 2004 dia coba lagi, tetapi hasilnya lebih buruk lagi. Sejak itu dia sepertinya menyimpan sakit hati kepada siapa pun yang dianggap pahlawan, atau tokoh idola rakyat.

Waktu kalah di pilpres 1999, pernyataannya yang masih saya ingat sampai sekarang. Kalau tidak salah dimuat di tabloit D&R (alm), rakyat itu masih harus belajar demokrasi, demokrasi rakyat masih bau kencur.

AR juga dulu dikenal rasis, sampai namanya diplesetkan menjadi Amin Rasis. Rupanya penyakit ini kambuh lagi???



Amien Rais bener2 AMIT AMIT DECH

Si Amien Rais, sewaktu demo 1998 Teriak2 keadilan.

Saat dia memegang kekuasaan, KARAKTER pribadinya kelihatan dengan poros tengahnya. Mana bukti anda DURNO amien rais pada saat memegang kekuasaan? Amien Rais itu oportunis sejati. Sifat liciknya kelihatan setelah memegang kekuasaan.

Sekarang, setelah terbuang dari kekuasaan, mulai lagi teriak2 ttg keadilan…preeeeeeeeeeeeeettttttttt
Amien Rais..anda sudah terbukti….terbukti LICIK..