Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kenang19Avatar border
TS
kenang19
Phinisi, Mahakarya Anak Bangsa
Phinisi, Mahakarya Anak Bangsa
Ada beberapa hal yang menentukan sebuah karya layak disebut mahakarya. Sebut saja nilai historis, edukasi, belum lagi kegunaannya yang sangat tinggi. Selain dilestarikan keberadaannya, sebuah mahakarya juga diharapkan dapat menginspirasi generasi selanjutnya untuk menciptakan versi yang lebih baik. Indonesia dengan kekayaan budayanya memiliki beragam mahakarya yang diwariskan secara turun temurun.

Phinisi Dahulu dan Kini

Berasal dari Sulawesi Selatan, kapal layar Phinisi hingga kini masih terdengar kehebatannya dari generasi ke generasi sebagai cermin kebudayaan masyarakat pesisir yang lebih modern. Sejak berabad-abad silam, kapal layar Phinisi membawa pelaut Bugis-Makassar menjelajahi samudera raya untuk berdagang maupun menangkap ikan atau hasil laut lainnya di pulau-pulai sekitar. Dalam perjalanannya, ketangguhan kapal layar Phinisi ini pun terdengar hingga ke berbagai penjuru dunia.
Phinisi tercatat dalam sejumlah catatan kuno terkait daerah timur Indonesia. Dari catatan Bugis kuno I La Galigo misalnya, Phinisi disebut sebagai perahu yang membawa Sawerigading, Raja Luwu, ketika berlayar ke negeri Tiongkok untuk menyunting Putri We Cudai. Kisah lainnya menuliskan bahwa perahu tradisional ini mampu berlayar hingga Benua Afrika. Hal ini berdasarkan temuan fosil yang dianggap sebagai bangkai kapal layar Phinisi di wilayah Madagaskar.
Dunia akhirnya mengakui ketangguhan Phinisi dengan kesuksesan yang diraih tim ekspedisi pelayaran Phinisi Nusantara pada tahun 1986 silam. Bertolak dari Jakarta, perahu layar tradisional yang diawaki oleh para pelaut Indonesia ini berhasil mencapai Vancouver, Kanada. Peristiwa ini tentu menjadi bukti otentik ketangguhan Phinisi dan para pelautnya dalam menempuh rute jauh yang rentan ombak laut ganas.

Ciri Khas dan Keunikan
Phinisi memiliki ciri khas yang mudah dikenali yaitu layarnya yang berjumlah 7-8 dengan ukuran berbeda. Dua buah layar berukuran besar berfungsi sebagai layar utama, sedangkan layar lain yang lebih kecil berperan sebagai layar pendukung. Berbahan utama dari kayu besi, Phinisi umumnya terbagi ke dalam jenis Palari (desain lunas melengkung) dan Lamba atau Lambo (dilengkapi dengan mesin).
Pembuatan Phinisi dilakukan tanpa mengacu pada gambar melainkan sangat bergantung pada kemahiran, pengalaman, dan kecermatan sang pembuatnya. Selain itu, bahan perekat masing-masing kayunya menggunakan perekat berbahan alami. Pembuatan Phinisi hingga kini masih dilakukan dengan teknik tradisional yang diwariskan para leluhur di Bonto Bahari, kabupaten Bulukumba, yang dikenal sebagai pusat pembuatan Phinisi terbaik di Indonesia.

Kaya Makna
Pembuatan kapal layar Phinisi biasanya melalui sejumlah tahapan dan memiliki filosofi masing-masing. Waktu pembuatan misalnya, hanya dilakukan pada tanggal lima dan tujuh di awal bulan. Angka lima dianggap memiliki arti rezeki sudah di dalam genggaman, sedangkan angka tujuh dianggap bermakna rezeki yang akan terus mengalir.
Sejumlah ritual sakral ikut mengiringi proses pembuatan kapal ini, salah satunya pemotongan lunas kapal. Dipimpin oleh Panrita Lopi (pemimpin spiritual), ritual ini menyertakan sejumlah syarat berupa sajian penganan ringan yang rasanya manis. Ini dimaksudkan agar perahu yang dibuat akan mendatangkan keberkahan atau keuntungan bagi pemiliknya. Ritual lain yang tak kalah unik adalah penyembelihan ayam berwarna putih. Darah ayam yang disembelih akan dipercikkan ke lunas perahu. Ritual ini menjadi simbol sekaligus sebuah pengharapan agar tidak ada korban jiwa saat perahu berlayar kelak.
Kedua lunas kapal akan dipotong dan diserahkan kepada pimpinan pembuat perahu. Potongan lunas bagian depan dilarung ke laut agar “jiwa” perahu yang akan dibangun dapat menyatu dengan lautan. Sementara, potongan lunas bagian belakang dibuang ke daratan. Hal ini memiliki arti dan harapan bahwa sejauh-jauhnya perahu melaut, maka ia akan dapat kembali lagi ke daratan dengan selamat. Dengan berbagai ritual dan tahapan yang dilalui, pembuatan sebuah kapal layar Phinisi bisa mencapai hingga sembilan bulan.

Phinisi di Zaman Modern
Hingga kini, Phinisi masih setia menemani para pelaut di Nusantara. Kita masih bisa menyaksikan Phinisi berjajar dengan tiang layarnya yang tinggi menjulang di Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta atau Paotere, Makassar. Dalam perjalanannya, Phinisi kemudian berevolusi tak hanya menjadi alat transportasi tapi dimanfaatkan untuk bidang pariwisata. Layaknya hotel berbintang, belasan kapal Phinisi ‘disulap’ menjadi kapal pesiar yang telah dilengkapi dengan beragam fasilitas modern dan mewah. Pelayaran ini ternyata banyak diminati oleh wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Tak terkecuali miniatur Phinisi dengan desain unik dan menarik yang dijual sebagai cinderamata.
Phinisi yang merupakan hasil ketekunan berkarya dari masyarakat Bugis-Makassar yang kini menjadi salah satu mahakarya kebanggaan Indonesia. Melalui sebuah pemikiran kreatif, warisan budaya ini tak lekang dimakan waktu dan dapat bertahan ditengah masyarakat modern yang dinamis.

Mari terus bangkitkan rasa bangga akan Indonesia dengan berbagi kisah Mahakarya Indonesia lainnya yang ada di sekitar Anda. Ayo, inspirasikan kecintaan akan negeri melalui karya Anda!

sumber: Masuk
Diubah oleh kenang19 10-06-2014 11:42
0
3.7K
10
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.