- Beranda
- Pilih Capres & Caleg
PRABOWO MEMANG PANTAS JADI PRESIDEN
...
TS
Newbie0000
PRABOWO MEMANG PANTAS JADI PRESIDEN
Kalau bicara pantas, masih banyak senior di luar sana.
Tapi apakah mereka mau terjun ke politik seperti apa yang dilakukan oleh Prabowo?
Apakah mereka bisa meyakinkan rakyat seperti Prabowo?
Saya ijin kepada penulis thread ini untuk disebarkan.
Dari debat malam ini saya sudah mengambil keputusan memilih siapa. Meskipun besok ada kemungkinan berubah.
Saya pilih Prabowo untuk 2014 untuk menguatkan kembali pondasi negara ini yang sudah rapuh dengan mengangkat negara ini sejajar dengan negara lain melalui penyelamatan aset negara.
Sedangkan Jokowi, saya dukung untuk membuktikan semua yang dia sampaikan di DKI dan saya akan dukung untuk 2019. Dia akan melanjutkan dan menambahkan program-program seperti perbaikan sistem yang telah dia sebutkan malam ini dimana program itu akan dapat diwujudkan karena adanya anggaran negara yang diselamatkan oleh Prabowo.
Prabowo akan menggunakan ide Jokowi 5 tahun mendatang setelah asset negara diselamatkan. Prabowo setuju dengan semua rancangan Jokowi.
Jokowi akan punya kesempatan melihat Prabowo memimpin Indonesia yang mudah-mudahan saja bermanfaat bagi Jokowi untuk 2019.
Tapi apakah mereka mau terjun ke politik seperti apa yang dilakukan oleh Prabowo?
Apakah mereka bisa meyakinkan rakyat seperti Prabowo?
Saya ijin kepada penulis thread ini untuk disebarkan.
Spoiler for Thread:
Quote:
Original Posted By nuke1992►KSATRIA dan PECUNDANG SEMAKIN TERLIHAT PADA DEBAT SEMALEM
Kutatap tulus cinta dimatanya...
Reaksi jenderal yang dahulu kusangka agresif dan kejam, sungguh diluar dugaan. Tak sekalipun dia menyerang memojokkan lawannya. Tak pula dia menyindir atau menatap sinis lawan debatnya. Bahkan tak segan dia memuji, menghormati pendapat rivalnya.
Saat dipojokkan kembali dengan isu HAM yang menderanya dan membunuh karirnya 16 tahun lalu, dia bisa saja memojokkan kembali dengan menjawab: "tanya kepada bu Megawati, mantan presiden yang pernah mengangkat saya sebagai Cawapres 2009"? Atau bertanya kembali, "kenapa Pak JK sendiri tidak adili saya waktu Bapak menjabat Wakil Presiden?"
Tapi tidak. Memojokkan bukan sifatnya, tidak ada dalam jernih pikirannya. Mungkin karena begitulah sifat ksatria. Sifat seorang negarawan. Maka dia hanya berkata: "tanyalah kepada atasan saya".
Atasan yang kita semua tahu persis berada justru di kubu Pak JK sendiri.
Usai debat, beliau bukan hanya hangat menyambut memeluk rivalnya. Juga saat ditanya wartawan, dengan ringan dia menjawab: "saya harus mau diserang".
Dia juga tidak keberatan pesaingnya berbangga hati menunjukkan prestasi terpilih menjadi kepala daerah. Padahal kita semua tahu bahwa dialah orang yang pertama mengusungnya.
Sejujurnya, tak banyak saya melihat pribadi dengan karakter yang seikhlas dirinya, saat ini. Bathin saya seolah menangkap kilau kepribadiannya. Kepribadian yang akan mampu menyatukan elemen-elemen yang terserak di negeri ini.
Sejarah telah mencatat pengorbanannya untuk bangsanya.
Mempertahankan keutuhan NKRI dengan darah dan nyawanya. Dan itu terjadi berulang kali. Di pertempuran di Timor-Timur, dalam misi impossible pembebasan sandera sipil di Mapenduma, penangkapan 2 agen berkulit putih tahun 1984, yang menyulut disintegrasi Papua, dan dalam berbagai operasi tempur berat lainnya. Dia tak tonjolkan semua bakti yang telah ditorehkan untuk ibu pertiwi yang dicintainya, dengan sepenuh jiwa raganya.
Karena itulah, keteguhan kata-katanya memberi makna yang dalam bagi yang memahami bersih nuraninya. "Saya sekian tahun adalah abdi negara, yang membela HAM. Mencegah kelompok radikal mengancam hidup orang-orang yang tidak bersalah,"
Lalu dimana kita? Dimana nurani?
Kenapa kita rakyat sipil, yang katanya lebih beradab, dan yang telah dijaga hak hidup dan keleluasaan menjalankan berbagai jenis usaha, masih tetap terdorong memojokkannya. Tidak cukupkah kita menyaksikan betapa para jenderal-jenderal senior yang semestinya berjiwa korsa itu terus menuduhnya sebagai psikopat, gila, pelaku bom natal dan membebankan dosa satu institusi TNI tahun 1998 dipundaknya, seorang sendiri.
Tidakkah hati kita tergerak, untuk sekedar menghargai lelaki yang teguh ini? Mudah-mudahan nurani kita pada akhirnya bisa memaknai semua ini.
Perth, 10 Juni 2014
Sumber sekunder dari:
https://www.facebook.com/naniks.deyang
Posting primer:
https://www.facebook.com/prayudhi.azwar
Kutatap tulus cinta dimatanya...
Reaksi jenderal yang dahulu kusangka agresif dan kejam, sungguh diluar dugaan. Tak sekalipun dia menyerang memojokkan lawannya. Tak pula dia menyindir atau menatap sinis lawan debatnya. Bahkan tak segan dia memuji, menghormati pendapat rivalnya.
Saat dipojokkan kembali dengan isu HAM yang menderanya dan membunuh karirnya 16 tahun lalu, dia bisa saja memojokkan kembali dengan menjawab: "tanya kepada bu Megawati, mantan presiden yang pernah mengangkat saya sebagai Cawapres 2009"? Atau bertanya kembali, "kenapa Pak JK sendiri tidak adili saya waktu Bapak menjabat Wakil Presiden?"
Tapi tidak. Memojokkan bukan sifatnya, tidak ada dalam jernih pikirannya. Mungkin karena begitulah sifat ksatria. Sifat seorang negarawan. Maka dia hanya berkata: "tanyalah kepada atasan saya".
Atasan yang kita semua tahu persis berada justru di kubu Pak JK sendiri.
Usai debat, beliau bukan hanya hangat menyambut memeluk rivalnya. Juga saat ditanya wartawan, dengan ringan dia menjawab: "saya harus mau diserang".
Dia juga tidak keberatan pesaingnya berbangga hati menunjukkan prestasi terpilih menjadi kepala daerah. Padahal kita semua tahu bahwa dialah orang yang pertama mengusungnya.
Sejujurnya, tak banyak saya melihat pribadi dengan karakter yang seikhlas dirinya, saat ini. Bathin saya seolah menangkap kilau kepribadiannya. Kepribadian yang akan mampu menyatukan elemen-elemen yang terserak di negeri ini.
Sejarah telah mencatat pengorbanannya untuk bangsanya.
Mempertahankan keutuhan NKRI dengan darah dan nyawanya. Dan itu terjadi berulang kali. Di pertempuran di Timor-Timur, dalam misi impossible pembebasan sandera sipil di Mapenduma, penangkapan 2 agen berkulit putih tahun 1984, yang menyulut disintegrasi Papua, dan dalam berbagai operasi tempur berat lainnya. Dia tak tonjolkan semua bakti yang telah ditorehkan untuk ibu pertiwi yang dicintainya, dengan sepenuh jiwa raganya.
Karena itulah, keteguhan kata-katanya memberi makna yang dalam bagi yang memahami bersih nuraninya. "Saya sekian tahun adalah abdi negara, yang membela HAM. Mencegah kelompok radikal mengancam hidup orang-orang yang tidak bersalah,"
Lalu dimana kita? Dimana nurani?
Kenapa kita rakyat sipil, yang katanya lebih beradab, dan yang telah dijaga hak hidup dan keleluasaan menjalankan berbagai jenis usaha, masih tetap terdorong memojokkannya. Tidak cukupkah kita menyaksikan betapa para jenderal-jenderal senior yang semestinya berjiwa korsa itu terus menuduhnya sebagai psikopat, gila, pelaku bom natal dan membebankan dosa satu institusi TNI tahun 1998 dipundaknya, seorang sendiri.
Tidakkah hati kita tergerak, untuk sekedar menghargai lelaki yang teguh ini? Mudah-mudahan nurani kita pada akhirnya bisa memaknai semua ini.
Perth, 10 Juni 2014
Sumber sekunder dari:
https://www.facebook.com/naniks.deyang
Posting primer:
https://www.facebook.com/prayudhi.azwar
Spoiler for thread:
Ada beberapa pihak yang menginginkan para pendukung Prabowo marah
dari hasil debat malam ini.
Saya harap semua pendukung Prabowo
bisa bersabar.
Dan ada beberapa pihak yang sengaja menyudutkan pendukung Jokowi agar pendukung Prabowo disalahkan.
Saya harap pendukung Prabowo bisa bersikap bijak.
dari hasil debat malam ini.
Saya harap semua pendukung Prabowo
bisa bersabar.
Dan ada beberapa pihak yang sengaja menyudutkan pendukung Jokowi agar pendukung Prabowo disalahkan.
Saya harap pendukung Prabowo bisa bersikap bijak.
Dari debat malam ini saya sudah mengambil keputusan memilih siapa. Meskipun besok ada kemungkinan berubah.
Saya pilih Prabowo untuk 2014 untuk menguatkan kembali pondasi negara ini yang sudah rapuh dengan mengangkat negara ini sejajar dengan negara lain melalui penyelamatan aset negara.
Sedangkan Jokowi, saya dukung untuk membuktikan semua yang dia sampaikan di DKI dan saya akan dukung untuk 2019. Dia akan melanjutkan dan menambahkan program-program seperti perbaikan sistem yang telah dia sebutkan malam ini dimana program itu akan dapat diwujudkan karena adanya anggaran negara yang diselamatkan oleh Prabowo.
Prabowo akan menggunakan ide Jokowi 5 tahun mendatang setelah asset negara diselamatkan. Prabowo setuju dengan semua rancangan Jokowi.
Jokowi akan punya kesempatan melihat Prabowo memimpin Indonesia yang mudah-mudahan saja bermanfaat bagi Jokowi untuk 2019.
Spoiler for open:
I want you to choose Prabowo !
anasabila memberi reputasi
1
3.1K
Kutip
23
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
22.5KThread•3.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok