Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

menu.hari.iniAvatar border
TS
menu.hari.ini
Sandiaga Uno: Lulusan Sarjana Banyak yang Nganggur
Sandiaga Uno: Lulusan Sarjana Banyak yang Nganggur
(lalu untuk apa Kuliah mahal mahal?)

JAKARTA, KOMPAS.com - CEO PT Saratoga Investama Sedaya (SRTG), Sandiaga Salahudin Uno, mengatakan, salah satu pekerjaan rumah yang menanti pemerintahan baru adalah penciptaan lapangan kerja. Lapangan kerja, katanya, niscaya ada jika iklim investasi kondusif.

"Banyak sekali pengangguran dari kalangan sarjana. Ada 420.000 sarjana tidak terserap pasar tenaga kerja kita. Maka dari itu, mengundang investor adalah keniscayaan," kata dia dalam diskusi bertajuk "Presiden/Wapres, dan Kabinet Baru Harapan Pengusaha" di Jakarta, Jumat (6/6/2014).

Dalam skala lebih luas, sebanyak 1,2 miliar orang dari 3 miliar orang di dunia membutuhkan pekerjaan. Lapangan kerja hadir dari kegiatan usaha yang didorong investasi. Oleh karenanya, dia menggarisbawahi pentingnya iklim investasi yang kondusif.

Untuk menciptakan hal itu, dibutuhkan beberapa terobosan. Pertama, aturan hukum yang jelas. Dia memberi contoh baik Malaysia yang investasinya meningkat pesat, lantaran aturan hukumnya jelas.

Kedua, kemudahan berbisnis. Sandi menuturkan, ironisnya Indonesia adalah berada di peringkat 120 dari 148 negara dalam hal kemudahan berusaha. Padahal, dari purchasing power, Indonesia masuk peringkat 10 besar dunia.

"Ini menjadi pertanyaan pemerintahan mendatang, kenapa isu birokrasi ini tidak bisa diselesaikan," imbuh Sandi. Mewakili dunia usaha, dia berharap, setidaknya peringkat kemudahan berusaha Indonesia bisa masuk 50 besar dunia.

Terakhir, iklim investasi akan menarik jika pemerintah bisa memperbaiki kendala logistik dan infrastruktur. Sandi mengatakan, logistik dan infrastruktur memakan 30 persen ongkos produksi. Kadang-kadang, imbuhnya, mencapai 50 persen dari total biaya.

"Inilah kenapa harga barang produksi Indonesia mahal (dibanding impor). Ini menyebabkan daya saing kita di peringkat 38, turun 2 tahun terakhir. Makanya, sebuah perusahaan yang inovatif pun tidak akan mendorong lahirnya competitiveness (jika logistik dan infrastruktur masih buruk)," ujarnya.

http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...campaign=Kknwp

Lalu buat apa kuliah mahal mahal, kalo gak bisa balik modal?
0
3.4K
24
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.