Merdeka.com - Sejak Prabowo Subianto mendirikan Partai Gerindra , Hashim Djojohadikusumo selalu mendukung kakaknya. Bahkan saat Prabowo bertarung dalam Pilpres 2009, Hashim juga mendukung habis-habisan.

Di Partai Gerindra , Hashim menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra . Sedangkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra sendiri dijabat Prabowo . Pilpres 2009 Prabowo kalah saat berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri . Dan pada Pilpres 2014, Prabowo kembali mencalonkan diri. Kali ini menjadi calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa .

Sudah jauh-jauh hari Hashim mengampanyekan visi dan misi Prabowo dan Gerindra . Bahkan sampai Amerika Serikat. Seperti pada 17 Juli 2013, Hashim datang dalam acara USINDO Washington Special Open Forum Luncheon. Hashim datang mewakili Gerindra .

Dalam acara itu, Hashim bicara banyak hal. Berikut ini pernyataan Hashim dalam acara USINDO yang dirangkum merdeka.com:

Merdeka.com - Dalam pertemuan di USINDO Hashim dengan tegas mengatakan jika menjadi presiden, Prabowo tidak anti asing. Menurut Hashim, Prabowo adalah seorang capres yang pro-Amerika Serikat.

"Prabowo adalah lulusan dari sekolah Amerika. Prabowo pro-Amerika," kata Hashim.

Diketahui, saat SMA Prabowo memang pernah sekolah di American School, London. Saat masuk dunia militer, Prabowo juga pernah sekolah komando pasukan khusus di Fort Benning, AS.

Tidak hanya Prabowo, Hashim juga mengaku selama ini juga pro-Amerika. Sama dengan kakaknya.

"Saya juga pro-Amerika. Sampai saat ini saya adalah investor di California. Itu merupakan jalan yang besar dalam dunia bisnis," kata Hashim.

Setelah menjelaskan soal latar belakang Prabowo, Hashim menyambut baik jika Amerika Serikat ingin bermitra dengan Gerindra. "Ya Amerika akan menjadi partner Gerindra," kata Hashim.

Hashim sebelumnya juga menjelaskan jika dirinya sangat pro-AS. "Saya juga pro-Amerika. Sampai saat ini saya adalah investor di California. Itu merupakan jalan yang besar dalam dunia bisnis," kata Hashim

Kritik itu dilontarkan saat Hashim menjawab pertanyaan salah satu peserta forum USINDO soal radikalisme di Indonesia. Awalnya, Hashim menjawab untuk menyelesaikan radikalisme di Indonesia harus ada tindakan politik tegas dari pemerintah Indonesia.

Pemerintah diminta harus berani menghentikan radikalisme di Indonesia.

"Saya beri satu contoh. Di Kementerian Pertanian, yang dikuasai PKS, 73 PNS beragama Kristen sudah dipecat dalam sembilan tahun terakhir dan belum ada penggantinya. Bahkan sekarang ini tidak ada lagi PNS beragama Kristen di Kementerian Pertanian. Itu pasti berarti sesuatu kan? Jika ini dibiarkan. Anda paham maksudnya kan?" kata Hashim kala itu.

Karena itu, pemerintah harus ada kemauan kuat agar tidak terjadi diskriminasi. "Ini yang saya maksud kemauan politik. Pemerintah Indonesia harus menghentikan diskriminasi semacam ini," katanya.

Sejak 2004, pos Kementerian Pertanian memang diisi oleh kader PKS. Pada kabinet SBY periode 2004-2009, posisi Menteri Pertanian diisi oleh Anton Apriyantono. Dan periode kedua 2009-2014, posisi Mentan diisi oleh Suswono.