Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fanofbenbruceAvatar border
TS
fanofbenbruce
[JKT48 Fan Delusion Story] Dengan Caraku
[JKT48 Fan Delusion Story] Dengan Caraku

-Jadi Wota itu ga harus ngechant, ga harus nguntit member, ga perlu anarkis, pokoknya ga perlu berlebihan. Karena saat kamu melakukan semuanya dengan sewajarnya, disitulah kamu mempertahankan harga dirimu sebagai laki-laki, dan menjaga otak kamu tetap berada pada tempatnya.-
Raga

Gue menatap jam dinding di belakangku, waktu selesai ujian masih lama, sedangkan semua soal sudah gue isi semua dengan jawaban yang gue yakin benar. Hari ini keberuntungan, karena apa yang gue pelajari semalam kebetulan keluar semua di ujian. Thanks to God. Pengen keluar kelas, tapi males masih sepi dan ga enak juga sama guru pengawas kalau keluar terlalu cepat. Nanti dikira tidak mengerjakan dengan baik atau tidak benar-benar menghargai usaha sang guru mata pelajaran dalam membuat soal. Mungkin 15 menit lagi, saat tepat 45 menit waktu ujian berlalu baru gue akan keluar dari kelas ini. Gue menatap gerumbulan pohon bunga di halaman kelas. Sebentar lagi gue bakal naik kelas, dan pastinya ga mungkin bisa stay disini dan menatap gerumbulan pohon bunga itu lagi. Dan tahun depan, bakal jadi tahun terakhir gue di sekolah ini. Dan menjadi awal gue menjalani awal baru, menjadi mahasiswa, seperti cita-cita ayah selama ini.
Nama gue Raga, dan gue tinggal di pulau terbesar di Indonesia. Gue udah 5 tahun tinggal disini, semenjak lulus SD karena bokap gue di transfer kerja disini. Dan sampai pensiun sepertinya orang tua gue bakal stay disini, karena mereka betah tinggal di pulau yang banyak sungainya ini. Menurut gue lebih tepatnya ini bukan sungai tapi lautan air tawar, karena kapal-kapal besar berlalu lalang melintasinya. Pemandangan yang ga pernah gue lihat selama gue hidup dijakarta, dan sampai saat ini gue masih takjub sama itu semua. Ngomong-ngomong soal Jakarta, setelah penerimaan rapot nanti gue bakal cabut sendirian ke Jakarta, nengok nenek, kakek dan kakak gue yang kuliah disana. Sekaligus menikmati voucher gratis Dufan dan keluarganya yang dikirim kakak gue dari sebulan lalu. Yeah Jakarta, I’m coming.


“Oke yang sudah selesai silahkan dikumpulkan.” Kata bu Tantri guru Matematika kelas XII.

Serentak lima orang sahabat gue Danar, Yusak, Abdi, Cipta dan Ruli berdiri dari tempat duduknya, ternyata bukan Cuma gue yang udah selesai dari tadi. Gue pun ga buang waktu, gue segera mengumpulkan lembar jawaban dan soal gue.

“Ga, kantin yuk, laper nih.” Kata Yusak, aku mengangguk mengiyakan. Kebetulan memang tadi pagi sarapannya kurang puas. Maklum dalam masa pertumbuhan, jadi selera makan pun luar biasa, biar pertumbuhan tidak terhambat.

“Iya nih ga, sekalian ada yang mau kami omongin sama kamu.” Kata Ruli serius, dia memang yang paling serius diantara kami, bila dia bilang serius berarti benar-benar serius dan bisa dibuktikan kebenarannya. Tidak seperti yang lain.

“Ada apa sih?” Tanya gue heran.

“udah di kantin aja, Adi merangkul gue menuju kantin.

Kami bersahabat sejak masuk SMP, satu kelompok dalam MOS kecuali bareng Ruli. Ruli adalah tipikal cowok culun standar yang super rajin dan berkacamata. Sebenarnya dia lumayan ganteng, sampai-sampai si Ahira anak kelas XI IPA pindahan dari Jakarta diam-diam naksir sama dia dan selalu curhat sama gue. Tapi namanya juga cewek , dia minta gue rahasiakan semua dan menunggu Ruli bertindak, tapi yah balik lagi seorang Ruli ga pernah sadar-sadar sama perasaan dan kode-kode si Ahira sampai hari ini. Untuk anak-anak yang lain akan gue ceritakan seiring dengan cerita ini.

“WHAT!!! NONTON JKT48 DI JAKARTA???.” Gue kaget sampe indomie (SPONSOR) yang gue makan nyangkut ke tenggorokan dan bikin tenggorokan gue perih mata berair dan penderitaan lainnya, apalagi ibu kantin yang tercinta selalu tidak pernah lupa menambahkan potongan cabai rawit. Lengkaplah sudah.

“Minum dulu, Sak, kasih es tehnya dong, lo kok diem aja sih liat si Raga kaya gitu.” Seru Cipta pada Yusak yang emang dikenal suka blank dan punya dunia sendiri.

“Oh iya, minum Ga, minum yang banyak, tenang aja ga tenang.” Yusak menyerahkan segelas es teh (dan ternyata itu punya cipta, dan cipta ga bisa banyak omong Cuma bengong menghadapi kelakuan Yusak.

“Lo semua pada yakin?” Tanya gue setelah badai mereda. Mereka mengangguk mantap.

“Kita semua udah nabung Ga, si Yusak, dan si Ruli, bantu bapaknya sadap karet, Gue, Cipta dan Danar, punya tabungan hasil nambang emas. Yah bisa buat ongkos bolak balik, makan, masuk teater, ikut handshake, dan masuk Ancol Family. “ Kata Abdi yang disetujui anggukan yang lain.

“Cuma demi JKT48?” Tanyaku heran, padahal aku sering mendoktrin sahabat-sahabatku agar tidak menjadi Wotalay.

“Bukan sih Ga, lebih tepatnya kita pengen liburan ke Jakarta, anggap aja nonton Theater dan handshake itu bonus, intinya kita pengen tau ibukota Negara lah.” Terang Danar.

“Tapi kita ga tau mau tinggal dimana, sewa hotel mahal, kalaupun ada saudara tinggalnya di Bogor dan Bekasi, sama saudara si Ruli ada di kawasan Industri karawang yang setelah kami telusuri via Google Maps (SPONSOR). Ternyata letaknya jauh dari Jakarta. “ Sambung Yusak. Aku mengangguk, aku paham maksud mereka.

“Ya sudah, aku bicarakan sama Orang tuaku dulu. Kalau mereka setuju berarti OK, kalau tidak ya cari alternative lain. Kita kan libur sebulan, cukup kali ya buat melakukan rencana-rencana gila itu.” Kataku sambil berusaha tetap tenang padahal bersemangat.

“hmm… tapi kami ga naik pesawat ya Ga. Soalnya kami niatnya backpacker. “ Kata Ruli, aku tersenyum lebar. That’s awesome, kataku dalam hati.”

Quote:


Bersambung
Diubah oleh fanofbenbruce 31-05-2014 16:25
0
4.1K
10
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.