1. Gangguan perilaku pada anak
Anak yang menggunakan ponsel sejak balita berisiko 50 persen lebih besar untuk mengalami gangguan perilaku ketika memasuki usia tujuh tahun. Salah satunya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau ADHD.

Pada anak yang belum dibiasakan pun, risikonya tetap tinggi jika selama kehamilan ibunya sering main ponsel. Risiko gangguan perilakunya mencapai 40 persen di usia yang sama. Temuan ini dikemukakan tim peneliti dari University of California Los Angeles (UCLA).[/B]

2. Stres tingkat tinggi
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 100 pekerja di Inggris (2012) diketahui bahwa orang yang terlalu sering memeriksa ponselnya memiliki tingkat stres yang relatif lebih tinggi dibandingkan orang yang jarang mengecek ponselnya.

Sayangnya, semakin tinggi tingkat stres juga dapat menyebabkan seseorang semakin sering memeriksa ponselnya karena merasa terhibur. Padahal hal ini hanya akan meningkatkan stres yang terus menerus. Ini terutama berlaku untuk para pecandu jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook.

"Pemecahan termudah untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mencoba menjauhkan diri dari ponsel untuk beberapa waktu atau mematikannya sejenak," kata Richard Balding, PhD, psikolog dari University of Worcester, Inggris yang memimpin studi tersebut.

3. Mendorong perilaku kasar ortu kepada anak
Setelah melakukan pengamatan secara diam-diam di sekitaran restoran cepat saji di daerah Boston selama sebulan, peneliti dari Boston University Medical Center menemukan, orang tua atau pengasuh anak yang cenderung terpaku pada ponselnya saat bepergian bersama anak-anak ke tempat umum jadi tidak begitu perhatian pada keadaan si anak.

Bahkan peneliti juga melihat sendiri bila orang tua semacam ini cenderung bertindak lebih kasar ketika merespons perilaku nakal si anak.

4. Gairah menurun
Gara-gara terlalu sibuk bermain ponsel, frekuensi bercinta masyarakat Inggris rata-rata hanya sebanyak tiga kali dalam sebulan. Padahal di tahun 2001, frekuensinya mencapai satu kali untuk tiap minggunya.

Prof Kaye Wellings, salah satu peneliti yang terlibat dalam survei tersebut mengatakan bahwa teknologi telah memudarkan batasan antara kehidupan di atas ranjang dengan pekerjaan maupun urusan lain. Tak heran bila untuk bercinta pun jadi tidak fokus.

5. Kecanduan
James Roberts, PhD, profesor marketing dari Baylor's Hankamer School of Business menemukan pemakaian ponsel secara berlebihan telah berhasil memicu terjadinya kecanduan ponsel.

Gejala yang paling menonjol adalah impulsivitas pada penggunanya. Bahkan untuk kecanduan ponsel, kondisi impulsif penggunanya hampir sama dengan yang terlihat pada pecandu kartu kredit yang suka membelanjakannya secara impulsif.

Apalagi penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak-anak mengirim SMS rata-rata sebanyak 109,5 pesan atau sekitar 3.200 teks per bulan. Orang dewasa muda memeriksa ponselnya 60 kali dalam sehari dan anak kuliahan menghabiskan waktunya sekitar 7 jam per hari untuk berinteraksi lewat ponsel.

6. Bunuh diri
Selain mengganggu pola tidur dan memunculkan kebiasaan sleep texting, dampak kesehatan lain yang dialami seseorang karena suka membawa ponselnya ke tempat tidur adalah kecenderungan untuk bunuh diri.

Hal ini diungkap sebuah penelitian di Jepang. Sebenarnya kaitannya pun tidak diketahui pasti, namun kurang tidur memang bisa memicu depresi yang menjadi salah satu pencetus kecenderungan bunuh diri. Apalagi karena penelitiannya dilakukan di Jepang, faktor budaya juga berpengaruh karena angka bunuh diri di negara ini memang sangat tinggi.