- Beranda
- The Lounge
Masuk SD Harus sudah bisa Calistung??
...
![dina.permana.](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/04/18/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
dina.permana.
Masuk SD Harus sudah bisa Calistung??
PAUD Play Group Dan TK sudah menjamur menyebar hingga pelosok Desa. Ada kebanggan tersendiri buat orang tua ketika anak nya yang sekolah di TK sudah bisa baca Tulis dan Berhitung ( Calistung). Bahkan sekarang banyak sekali SD yang memberikan syarat bisa Calistung pada saat pendaftaran> tapi tahukah anda, mengajarkan calistung tidak selamanya baik.
Berikut Dina rangkum artikel artikel tentang calistung pada balita
Balita Diajarkan Calistung, Saat SD Potensi Terkena 'Mental Hectic'
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anak usia di bawah lima tahun (balita) sebaiknya tak buru-buru diajarkan baca tulis dan hitung (calistung). Jika dipaksa calistung si anak akan terkena 'Mental Hectic'.
''Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menulis,'' ujar Sudjarwo, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas, Sabtu (17/7).
Oleh karena itu, kata Sudjarwo, pengajaran PAUD akan dikembalikan pada 'qitah'-nya. Kemendiknas mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memilih sekolah PAUD yang tidak mengajarkan calistung.
Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih sekolah PAUD. Orangtua menganggap sekolah PAUD yang biayanya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan calistung merupakan sekolah yang baik. ''Padahal tidak begitu, apalagi orang tua memilih sekolah PAUD yang bisa mengajarkan calistung, itu keliru,'' jelas Sudjarwo.
Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik, termasuk calistung. Dampak memberikan pelajaran calistung pada anak PAUD, menurut Sudjarwo, akan berbahaya bagi anak itu sendiri. ''Bahaya untuk konsumen pendidikan, yaitu anak, terutama dari sisi mental,'' cetusnya.
Memberikan pelajaran calistung pada anak, menurut Sudjarwo, dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental. ''Jadi tidak main-main itu, ada namanya 'mental hectic', anak bisa menjadi pemberontak,'' tegas dia.
Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang tua, yang seringkali bangga jika lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo mengatakan, Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali pada fitrahnya. Sedangkan produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendiknas No 58/2009. ''SK nya sudah keluar, jadi jangan sembarangan memberikan pelajaran calistung,'' jelasnya.
Sosialisasi tersebut, kata Sudjarwo, telah dilakukan melalui berbagai pertemuan di tingkat kabupaten dan provinsi. Maka Sudjarwo sangat berharap pemerintah daerah dapat menindaklanjuti komitmen pusat untuk mengembalikan PAUD pada jalurnya. ''Paling penting pemda dapat melakukan tindak lanjutnya,'' jawab dia.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Srie Agustina, Koordinator Komisi Edukasi dan Komunikasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), menyatakan, memilih mensosialisasikan produk pendidikan merupakan bagian dari fungsi dan tugas BPKN untuk melakukan perlindungan terhadap konsumen.
Dalam hal ini, kata Srie, BPKN memprioritaskan sosialisasi pada anak usia dini. Sebab berdasarkan Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki empat hak dasar. Salah satunya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dalam kerugian dari barang dan produk, termasuk produk pendidikan. ''Untuk itu sejak dini anak dilibatkan, karena di usia itulah pembentukan karakter terjadi,'' papar Srie.
Namun menurut Srie, mengedukasi tentang sebuah produk harus menggunakan metode khusus. Tidak dapat berwujud arahan dan larangan, namun dengan cara yang menyenangkan, salah satunya dengan festival mewarnai sebagai salah satu teknik untuk memberikan edukasi. ''Dengan mewarnai, mereka bisa terlibat dan merasa lebur di dalamnya, selain itu dalam gambar yang diwarnai tersebut disisipkan pesan-pesan yang ingin disampaikan,'' pungkasnya.
DINAS PENDIDIKAN JABAR: CALISTUNG SEHARUSNYA DIAJARKAN BUKAN DI TK
Written By:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School
Pembicara Parenting Internasional di 4 negara
dan Pembicara Nasional Parenting di 24 Propinsi, lebih dari 70 Kota di Indonesia
[url=http://www.auladi.net[/size][/QUOTE][/QUOTE]]www.auladi.net[/size][/QUOTE][/QUOTE][/url]
Dinas Pendidikan Jawa Barat meminta adanya tindakan tegas kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bagi SD yang memberlakukan test calistung. Jadi, Anda yang berada di Jabar, silahkan laporkan jika ada SD yang melakukan test-test Calistung. Di propinsi lain, silahkan konsultasikan dengan dinas pendidikan setempat.
BANDUNG, (PR).-
Sumber:http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=145393
Tes membaca, menulis, dan menghitung (calistung) tidak boleh diberlakukan untuk seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) di sekolah dasar (SD). Dinas Pendidikan kabupaten/kota diminta memberikan tindakan tegas bagi SD yang memberlakukan tes calistung untuk menyeleksi murid baru.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Jawa Barat Dede Hasan di Bandung, akhir pekan lalu mengatakan, materi calistung seharusnya mulai diberikan saat anak menginjak pendidikan formal, yaitu SD. Sementara untuk TK, lebih bersifat pengenalan adanya perubahan sosial dari rumah ke masyarakat. Usia anak di TK merupakan tahap usia emas (golden age) yang merupakan masa sensitif dalam rangka aktivasi otak.
Pemerintah sebenarnya sudah membuat peraturan mengenai materi apa saja yang bisa diberikan pada tahap prasekolah. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia.
Menurut dia, memaksakan memberikan materi calistung sebelum anak mencapai usia pendidikan formal justru akan menjadi bumerang. Anak akan merasa bosan mempelajari materi tersebut pada waktu dia menempuh pendidikan formal karena materi itu sudah dikuasai sejak usia dini. "Dia pintar, tetapi cepat bosan karena sudah merasa tahu. Hasilnya, akan terjadi interaksi yang tidak komunikatif antara dirinya dan lingkungan," ujar Dede.
Namun, saat melakukan observasi ke lapangan tahun lalu, dirinya menemukan banyak taman kanak-kanak (TK) yang sudah memberikan materi calistung kepada muridnya. Setelah ditelusuri, pemberian materi tersebut disebabkan adanya desakan dari orang tua. Mereka takut anaknya tidak bisa masuk SD favorit yang memberlakukan tes tersebut.
Berdasarkan pedoman PPDB, Dede menjelaskan, seleksi masuk SD lebih bersifat administratif, yaitu usia dan tempat tinggal. Sekolah wajib mendahulukan calon murid yang berusia tujuh tahun lebih dan rumahnya tidak jauh dari sekolah. "Sementara yang berusia enam tahun kurang, lebih baik menunggu tahun depan," ujarnya.
Dede mengakui, banyak SD favorit yang kesulitan melakukan seleksi hanya berdasarkan usia dan tempat tinggal karena banyaknya pendaftar. Menurut dia, sekolah boleh melakukan tes tetapi bukan materi calistung, melainkan deteksi potensi anak secara dini. "Misalnya dengan tes potensi membedakan bentuk dan warna, wawancara, observasi, dan skala sikap. Berlakukan aturan yang rasional, bukan subjektif," tuturnya.
Sanksi
Dede menegaskan, SD yang menyelenggarakan tes calistung seharusnya mendapat sanksi dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Sanksi tersebut diberikan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk peraturan di tingkat kabupaten/kota sehingga bisa menjadi petunjuk pelaksanaan. Peraturan tersebut bisa mengacu pada pedoman PPDB yang telah dibuat Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Kepala SDN Ajitunggal Bandung, Mimi Rukmini mengatakan, seleksi PPDB di Kota Bandung merujuk pada Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung No. 422.1/1209-Sekrt/2010 tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik pada Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal, Sekolah, dan Madrasah Tahun Pelajaran 2010/2011 di Kota Bandung. Berdasarkan peraturan tersebut, seleksi dilakukan berdasarkan usia anak atau faktor lainnya seperti tempat tinggal.
Mimi mengatakan, tahun lalu murid yang mendaftar ke sekolah yang dikelolanya sebanyak 120 orang, sedangkan kuota yang disediakan hanya untuk 40 orang. Dengan demikian, murid yang diterima hanya sepertiga dari yang mendaftar.
Menurut Mimi, seleksi berdasarkan usia dan tempat tinggal tidak sulit karena pasti ada perbedaannya. Saat masa PPDB, biasanya sekolah membuat daftar peringkat sementara bagi murid yang akan diterima. "Jadi hari ini bisa terlihat siapa saja yang masuk dalam daftar. Bila besok ada yang lebih memenuhi syarat, akan ada calon murid yang peringkatnya tergeser ke bawah atau keluar dari daftar. Dengan demikian, orang tua bisa mencari sekolah lain sebelum pendaftaran ditutup," ujarnya.
Adanya permintaan orang tua kepada guru TK untuk mengajarkan calistung kepada anaknya, diakui Kepala Play Group dan TK Family Fest, Hari Pertiancasi. "Tidak sedikit orang tua yang memaksa kami mengajarkan calistung pada saat anaknya baru masuk TK," ujarnya.
Meskipun demikian, Hari mencoba memberikan pemahaman kepada orang tua. Saat memasuki TK, anak justru harus dinetralisasi terlebih dahulu karena dirinya baru beradaptasi dengan lingkungan baru. "Saat sudah dinetralisasi dengan bermain dan terciptanya suasana yang menyenangkan bagi si anak, baru dia bisa menyerap pelajaran. Itu pun dilakukan sambil bermain," ujarnya.
Untuk anak usia dini, kata Hari, belajar bisa dilakukan sambil bermain, bahkan saat jalan-jalan. Dengan demikian, anak merasa nyaman dan kondisi ini mendorong mereka untuk mempelajari hal baru. (A-185)***
[size="5"]
Usia TK Itu Usia Bermain Lho, Bukan Calistung....
Belum sepantasnya guru TK menekankan kemampuan baca, tulis, dan berhitung atau calistung kepada anak-anak didiknya. Memang, hal itu akan meringankan kerja guru SD. Namun, yang seharusnya dicamkan oleh semua pihak adalah usia TK itu merupakan usia anak untuk bermain.
"Yang perlu diajarkan kepada anak-anak itu hanya motorik kasar, seperti keseimbangan sebagai bekal untuk konsentrasi atau melompat dan lain-lain sejenisnya, sedangkan untuk motorik halus perlu diberikan agar nantinya di SD mereka terbiasa memegang pensil, belajar menggaris atau menggunting," ujar Irma Juliasmi Nasution, guru SD Islam Dian Didaktika, kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (10/3/2010).
Di TK, guru kelas I SD ini mengatakan bahwa siswa seharusnya baru diberi pengenalan huruf dan tidak lebih. Kalaupun ada, maka hal itu bukan menjadi target utama pembelajaran.
"Sebetulnya, kenapa anak-anak TK itu diajarkan calistung juga karena tuntutan para orangtuanya sendiri. Mereka banyak yang protes, kenapa anak mereka kok diajarinya cuma menggambar, mewarnai, menggunting, tidak diajarkan membaca," ujar Juli, sapaan akrabnya.
"Mereka tidak tahu, belajar motorik halus dan kasar untuk anak usia TK jauh lebih penting dan dibutuhkan ketimbang belajar membaca," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya di harian Kompas, sejumlah guru TK kini "terpaksa" menekankan kemampuan calistung kepada siswanya. Ini disebabkan adanya seleksi dan persyaratan bahwa siswa harus bisa membaca dan menulis saat masuk SD. Akibat kebijakan itu, guru TK kurang optimal memprioritaskan upaya merangsang dan mengembangkan potensi anak secara holistik.
Opih R Zainal, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Persatuan Guru Republik Indonesia, Selasa (9/3/2010) di Jakarta, mengatakan bahwa mengajarkan calistung sebenarnya tidak dilarang di jenjang pendidikan TK.
"Asal pengenalan calistung itu dilakukan bukan dengan cara memaksa dan drilling. Banyak cara, misalnya lewat lagu dan permainan, kemampuan baca, tulis, dan berhitung anak bisa berkembang dengan baik dan tidak membuat anak stres. Tetapi tetap saja, ada TK yang memfokuskan ke calistung dengan alasan lebih diminati dan memang diminta orangtua," ujar Opih.
sumber : Kompas
Bahkan Ada kaskuser yg bikin thread tentang anak nya yg TK
Gimana menurut agan..
Berikut Dina rangkum artikel artikel tentang calistung pada balita
Spoiler for buka:
Balita Diajarkan Calistung, Saat SD Potensi Terkena 'Mental Hectic'
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anak usia di bawah lima tahun (balita) sebaiknya tak buru-buru diajarkan baca tulis dan hitung (calistung). Jika dipaksa calistung si anak akan terkena 'Mental Hectic'.
''Penyakit itu akan merasuki anak tersebut di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu jangan bangga bagi Anda atau siapa saja yang memiliki anak usia dua atau tiga tahun sudah bisa membaca dan menulis,'' ujar Sudjarwo, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Kemendiknas, Sabtu (17/7).
Oleh karena itu, kata Sudjarwo, pengajaran PAUD akan dikembalikan pada 'qitah'-nya. Kemendiknas mendorong orang tua untuk menjadi konsumen cerdas, terutama dengan memilih sekolah PAUD yang tidak mengajarkan calistung.
Saat ini banyak orang tua yang terjebak saat memilih sekolah PAUD. Orangtua menganggap sekolah PAUD yang biayanya mahal, fasilitas mewah, dan mengajarkan calistung merupakan sekolah yang baik. ''Padahal tidak begitu, apalagi orang tua memilih sekolah PAUD yang bisa mengajarkan calistung, itu keliru,'' jelas Sudjarwo.
Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik, termasuk calistung. Dampak memberikan pelajaran calistung pada anak PAUD, menurut Sudjarwo, akan berbahaya bagi anak itu sendiri. ''Bahaya untuk konsumen pendidikan, yaitu anak, terutama dari sisi mental,'' cetusnya.
Memberikan pelajaran calistung pada anak, menurut Sudjarwo, dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental. ''Jadi tidak main-main itu, ada namanya 'mental hectic', anak bisa menjadi pemberontak,'' tegas dia.
Kesalahan ini sering dilakukan oleh orang tua, yang seringkali bangga jika lulus TK anaknya sudah dapat calistung. Untuk itu, Sudjarwo mengatakan, Kemendiknas sedang gencar mensosialisasikan agar PAUD kembali pada fitrahnya. Sedangkan produk payung hukumnya sudah ada, yakni SK Mendiknas No 58/2009. ''SK nya sudah keluar, jadi jangan sembarangan memberikan pelajaran calistung,'' jelasnya.
Sosialisasi tersebut, kata Sudjarwo, telah dilakukan melalui berbagai pertemuan di tingkat kabupaten dan provinsi. Maka Sudjarwo sangat berharap pemerintah daerah dapat menindaklanjuti komitmen pusat untuk mengembalikan PAUD pada jalurnya. ''Paling penting pemda dapat melakukan tindak lanjutnya,'' jawab dia.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Srie Agustina, Koordinator Komisi Edukasi dan Komunikasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), menyatakan, memilih mensosialisasikan produk pendidikan merupakan bagian dari fungsi dan tugas BPKN untuk melakukan perlindungan terhadap konsumen.
Dalam hal ini, kata Srie, BPKN memprioritaskan sosialisasi pada anak usia dini. Sebab berdasarkan Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki empat hak dasar. Salah satunya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dalam kerugian dari barang dan produk, termasuk produk pendidikan. ''Untuk itu sejak dini anak dilibatkan, karena di usia itulah pembentukan karakter terjadi,'' papar Srie.
Namun menurut Srie, mengedukasi tentang sebuah produk harus menggunakan metode khusus. Tidak dapat berwujud arahan dan larangan, namun dengan cara yang menyenangkan, salah satunya dengan festival mewarnai sebagai salah satu teknik untuk memberikan edukasi. ''Dengan mewarnai, mereka bisa terlibat dan merasa lebur di dalamnya, selain itu dalam gambar yang diwarnai tersebut disisipkan pesan-pesan yang ingin disampaikan,'' pungkasnya.
Spoiler for
DINAS PENDIDIKAN JABAR: CALISTUNG SEHARUSNYA DIAJARKAN BUKAN DI TK:
DINAS PENDIDIKAN JABAR: CALISTUNG SEHARUSNYA DIAJARKAN BUKAN DI TK
Written By:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School
Pembicara Parenting Internasional di 4 negara
dan Pembicara Nasional Parenting di 24 Propinsi, lebih dari 70 Kota di Indonesia
[url=http://www.auladi.net[/size][/QUOTE][/QUOTE]]www.auladi.net[/size][/QUOTE][/QUOTE][/url]
Dinas Pendidikan Jawa Barat meminta adanya tindakan tegas kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bagi SD yang memberlakukan test calistung. Jadi, Anda yang berada di Jabar, silahkan laporkan jika ada SD yang melakukan test-test Calistung. Di propinsi lain, silahkan konsultasikan dengan dinas pendidikan setempat.
BANDUNG, (PR).-
Sumber:http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=145393
Tes membaca, menulis, dan menghitung (calistung) tidak boleh diberlakukan untuk seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) di sekolah dasar (SD). Dinas Pendidikan kabupaten/kota diminta memberikan tindakan tegas bagi SD yang memberlakukan tes calistung untuk menyeleksi murid baru.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Jawa Barat Dede Hasan di Bandung, akhir pekan lalu mengatakan, materi calistung seharusnya mulai diberikan saat anak menginjak pendidikan formal, yaitu SD. Sementara untuk TK, lebih bersifat pengenalan adanya perubahan sosial dari rumah ke masyarakat. Usia anak di TK merupakan tahap usia emas (golden age) yang merupakan masa sensitif dalam rangka aktivasi otak.
Pemerintah sebenarnya sudah membuat peraturan mengenai materi apa saja yang bisa diberikan pada tahap prasekolah. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia.
Menurut dia, memaksakan memberikan materi calistung sebelum anak mencapai usia pendidikan formal justru akan menjadi bumerang. Anak akan merasa bosan mempelajari materi tersebut pada waktu dia menempuh pendidikan formal karena materi itu sudah dikuasai sejak usia dini. "Dia pintar, tetapi cepat bosan karena sudah merasa tahu. Hasilnya, akan terjadi interaksi yang tidak komunikatif antara dirinya dan lingkungan," ujar Dede.
Namun, saat melakukan observasi ke lapangan tahun lalu, dirinya menemukan banyak taman kanak-kanak (TK) yang sudah memberikan materi calistung kepada muridnya. Setelah ditelusuri, pemberian materi tersebut disebabkan adanya desakan dari orang tua. Mereka takut anaknya tidak bisa masuk SD favorit yang memberlakukan tes tersebut.
Berdasarkan pedoman PPDB, Dede menjelaskan, seleksi masuk SD lebih bersifat administratif, yaitu usia dan tempat tinggal. Sekolah wajib mendahulukan calon murid yang berusia tujuh tahun lebih dan rumahnya tidak jauh dari sekolah. "Sementara yang berusia enam tahun kurang, lebih baik menunggu tahun depan," ujarnya.
Dede mengakui, banyak SD favorit yang kesulitan melakukan seleksi hanya berdasarkan usia dan tempat tinggal karena banyaknya pendaftar. Menurut dia, sekolah boleh melakukan tes tetapi bukan materi calistung, melainkan deteksi potensi anak secara dini. "Misalnya dengan tes potensi membedakan bentuk dan warna, wawancara, observasi, dan skala sikap. Berlakukan aturan yang rasional, bukan subjektif," tuturnya.
Sanksi
Dede menegaskan, SD yang menyelenggarakan tes calistung seharusnya mendapat sanksi dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Sanksi tersebut diberikan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk peraturan di tingkat kabupaten/kota sehingga bisa menjadi petunjuk pelaksanaan. Peraturan tersebut bisa mengacu pada pedoman PPDB yang telah dibuat Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Kepala SDN Ajitunggal Bandung, Mimi Rukmini mengatakan, seleksi PPDB di Kota Bandung merujuk pada Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung No. 422.1/1209-Sekrt/2010 tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik pada Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal, Sekolah, dan Madrasah Tahun Pelajaran 2010/2011 di Kota Bandung. Berdasarkan peraturan tersebut, seleksi dilakukan berdasarkan usia anak atau faktor lainnya seperti tempat tinggal.
Mimi mengatakan, tahun lalu murid yang mendaftar ke sekolah yang dikelolanya sebanyak 120 orang, sedangkan kuota yang disediakan hanya untuk 40 orang. Dengan demikian, murid yang diterima hanya sepertiga dari yang mendaftar.
Menurut Mimi, seleksi berdasarkan usia dan tempat tinggal tidak sulit karena pasti ada perbedaannya. Saat masa PPDB, biasanya sekolah membuat daftar peringkat sementara bagi murid yang akan diterima. "Jadi hari ini bisa terlihat siapa saja yang masuk dalam daftar. Bila besok ada yang lebih memenuhi syarat, akan ada calon murid yang peringkatnya tergeser ke bawah atau keluar dari daftar. Dengan demikian, orang tua bisa mencari sekolah lain sebelum pendaftaran ditutup," ujarnya.
Adanya permintaan orang tua kepada guru TK untuk mengajarkan calistung kepada anaknya, diakui Kepala Play Group dan TK Family Fest, Hari Pertiancasi. "Tidak sedikit orang tua yang memaksa kami mengajarkan calistung pada saat anaknya baru masuk TK," ujarnya.
Meskipun demikian, Hari mencoba memberikan pemahaman kepada orang tua. Saat memasuki TK, anak justru harus dinetralisasi terlebih dahulu karena dirinya baru beradaptasi dengan lingkungan baru. "Saat sudah dinetralisasi dengan bermain dan terciptanya suasana yang menyenangkan bagi si anak, baru dia bisa menyerap pelajaran. Itu pun dilakukan sambil bermain," ujarnya.
Untuk anak usia dini, kata Hari, belajar bisa dilakukan sambil bermain, bahkan saat jalan-jalan. Dengan demikian, anak merasa nyaman dan kondisi ini mendorong mereka untuk mempelajari hal baru. (A-185)***
Spoiler for Usia TK Itu Usia Bermain Lho, Bukan Calistung....:
[size="5"]
Usia TK Itu Usia Bermain Lho, Bukan Calistung....
Belum sepantasnya guru TK menekankan kemampuan baca, tulis, dan berhitung atau calistung kepada anak-anak didiknya. Memang, hal itu akan meringankan kerja guru SD. Namun, yang seharusnya dicamkan oleh semua pihak adalah usia TK itu merupakan usia anak untuk bermain.
"Yang perlu diajarkan kepada anak-anak itu hanya motorik kasar, seperti keseimbangan sebagai bekal untuk konsentrasi atau melompat dan lain-lain sejenisnya, sedangkan untuk motorik halus perlu diberikan agar nantinya di SD mereka terbiasa memegang pensil, belajar menggaris atau menggunting," ujar Irma Juliasmi Nasution, guru SD Islam Dian Didaktika, kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (10/3/2010).
Di TK, guru kelas I SD ini mengatakan bahwa siswa seharusnya baru diberi pengenalan huruf dan tidak lebih. Kalaupun ada, maka hal itu bukan menjadi target utama pembelajaran.
"Sebetulnya, kenapa anak-anak TK itu diajarkan calistung juga karena tuntutan para orangtuanya sendiri. Mereka banyak yang protes, kenapa anak mereka kok diajarinya cuma menggambar, mewarnai, menggunting, tidak diajarkan membaca," ujar Juli, sapaan akrabnya.
"Mereka tidak tahu, belajar motorik halus dan kasar untuk anak usia TK jauh lebih penting dan dibutuhkan ketimbang belajar membaca," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya di harian Kompas, sejumlah guru TK kini "terpaksa" menekankan kemampuan calistung kepada siswanya. Ini disebabkan adanya seleksi dan persyaratan bahwa siswa harus bisa membaca dan menulis saat masuk SD. Akibat kebijakan itu, guru TK kurang optimal memprioritaskan upaya merangsang dan mengembangkan potensi anak secara holistik.
Opih R Zainal, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Persatuan Guru Republik Indonesia, Selasa (9/3/2010) di Jakarta, mengatakan bahwa mengajarkan calistung sebenarnya tidak dilarang di jenjang pendidikan TK.
"Asal pengenalan calistung itu dilakukan bukan dengan cara memaksa dan drilling. Banyak cara, misalnya lewat lagu dan permainan, kemampuan baca, tulis, dan berhitung anak bisa berkembang dengan baik dan tidak membuat anak stres. Tetapi tetap saja, ada TK yang memfokuskan ke calistung dengan alasan lebih diminati dan memang diminta orangtua," ujar Opih.
sumber : Kompas
Bahkan Ada kaskuser yg bikin thread tentang anak nya yg TK
Quote:
Original Posted By genie0201►ga kebayang gan gimana tingkat stress anak TK jaman sekarang,
tiap hari anak saya yang masih tk dikasih 2 PR, menulis halus dan berhitung..
ini contoh PR-PRnya yang mungkin jaman dulu baru didapat di anak SD kelas 2 ke atas![Bingung (S) emoticon-Bingung (S)](https://s.kaskus.id/images/smilies/bingungs.gif)
tiap hari anak saya yang masih tk dikasih 2 PR, menulis halus dan berhitung..
ini contoh PR-PRnya yang mungkin jaman dulu baru didapat di anak SD kelas 2 ke atas
![Bingung (S) emoticon-Bingung (S)](https://s.kaskus.id/images/smilies/bingungs.gif)
Spoiler for contoh PR 1:
![Masuk SD Harus sudah bisa Calistung??](https://s.kaskus.id/images/2013/12/04/2800462_20131204023202.jpg)
Spoiler for contoh PR 2:
![Masuk SD Harus sudah bisa Calistung??](https://s.kaskus.id/images/2013/12/04/2800462_20131204023245.jpg)
Spoiler for contoh PR 3:
![Masuk SD Harus sudah bisa Calistung??](https://s.kaskus.id/images/2013/12/04/2800462_20131204023313.jpg)
Spoiler for contoh PR 4:
![Masuk SD Harus sudah bisa Calistung??](https://s.kaskus.id/images/2013/12/04/2800462_20131204023333.jpg)
Spoiler for contoh PR 5:
![Masuk SD Harus sudah bisa Calistung??](https://s.kaskus.id/images/2013/12/04/2800462_20131204023355.jpg)
Gimana menurut agan..
Diubah oleh dina.permana. 26-05-2014 11:26
0
6.1K
Kutip
22
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![The Lounge](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-21.png)
The Lounge![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
923.3KThread•84KAnggota
Urutkan
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru