- Beranda
- The Lounge
[INSPIRATIVE] Kisah Peternak Sukses Indonesia di Negeri New Zealand
...
TS
jeng nanik
[INSPIRATIVE] Kisah Peternak Sukses Indonesia di Negeri New Zealand
Bismillahirahmanirahim
Perjalanan Kisah Sukses Peternak Indonesia di New Zealand
Siapa pun tahun negeri New Zeland, Negeri yang sangat indah dibelahan bumi selatan. Keindahan alam "Lord of The Ring" menginspirasi seorang pemuda Indonesia untuk mengadu nasib di negeri tersebut
Aktivitas Farmer
http://www.radartarakan.co.id/index....il/Utama/39085
http://www.radarlampung.co.id/read/r...di-new-zealand
PontianakPost edisi 20130318
ucapan terima kasih dan cendolnya gan
Perjalanan Kisah Sukses Peternak Indonesia di New Zealand
Siapa pun tahun negeri New Zeland, Negeri yang sangat indah dibelahan bumi selatan. Keindahan alam "Lord of The Ring" menginspirasi seorang pemuda Indonesia untuk mengadu nasib di negeri tersebut
Spoiler for INDONESIA NEW ZEALAND:
Spoiler for Berita:
Miliki Dua Ribu Sapi Perah dan Lahan 800 Hektare
Kisah Reza Abdul Jabar, Petani WNI yang Sukses di New Zealand
Reza Abdul Jabar merupakan seorang petani. Tetapi pria asal Kalimantan Barat ini bukan sembarang petani. Ia sukses di bidang ternak sapi perah di New Zealand (Selandia Baru). Awalnya hanya memiliki 20 sapi perah pada 2002 dan kini berkembang menjadi dua ribu sapi perah dan lahan seluas 800 hektare. Kini pria berusia 37 tahun ini sedang menjajaki peluang usaha pertanian dan peternakan di Kalbar.
BERI PENJELASAN: Reza Abdul Jabar (tengah) memberikan penjelasan kepada Gubernur Kalbar Cornelis dan rombongan saat berkunjung di peternakannya belum lama ini. FOTO HUMAS PEMPROV KALBAR
CHAIRUNNISYA
“SAYA petani. Saya punya usaha peternakan,” ujar Reza dengan ramah di Hotel Kapuas Palace Pontianak, Selasa (11/6). Ia enggan disebut pengusaha. Padahal dia cukup sukses di New Zealand. Ia memiliki peternakan sapi perah cukup besar tepatnya di Invercargill. Setiap tahunnya, satu ekor sapi yang dimilikinya mampu menghasilkan 5.500 liter hingga enam ribu liter pertahun.
Reza pun tak segan bercerita tentang perjalanan hidupnya, hingga akhirnya menjadikan New Zealand sebagai tempat usaha sekaligus tempat tinggalnya bersama sang istri, Silvie dan anak-anaknya.
”Saya lahir di Pontianak pada 37 tahun lalu. Ketika itu tinggal di Gang Bersatu (Jalan HOS Cokroaminoto),” kata Reza.
Ketika memasuki usia sekolah, Reza mengenyam pendidikan di SDN 29 Jalan Putri Chandramidi. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMPN 3 Pontianak. Setelah lulus SMP, Reza pun melanjutkan sekolahnya ke SMAN 3 Jakarta.
”Saat SMA ini saya bertukar pikiran dengan almarhum ayah. Saya ingin sekolah pertanian dan peternakan. Saya putuskan di New Zealand karena menurut saya di sana sektor peternakannya terbaik,” ungkap Reza.
Pada Desember 1992, tepatnya ketika duduk di kelas 2 SMA, Reza pun berangkat ke Selandia Baru. Ia pun melanjutkan sekolah ke sana. Setelah lulus SMA, Reza melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Pertanian dan Peternakan di Massey University. ”Hingga selesai S2 saya di sana,” katanya.
Reza pun bekerja di peternakan sapi potong, rusa, kambing, dan domba. Selama empat tahun ia bekerja di sana hingga menjadi manager. Kemudian, ia pun pindah ke peternakan sapi perah terbesar. Ia bekerja sambil mengumpulkan modal. Sang istri juga bekerja di bank hingga putri pertamanya lahir.
Modal pun terkumpul. Ia membeli sapi sebanyak 20 ekor pada 2002. Seekor sapi pada masa itu seharga USD1.000. Ia pun bekerjasama dengan pemilik lahan dengan sistem bagi hasil 50:50. Tiga tahun kemudian ia pindah lagi ke tempat lain dan mengambil kontrak kedua. ”Di sini saya diberi kemudahan untuk membeli tanah 185 hektar, kemudian 145 hektar, 110 hektar. Tetapi saya juga tetap bekerjasama dengan sistem 50:50,” katanya.
Ketika perjanjian kerjasama selesai, ia memutuskan bekerja untuk diri sendiri. Usahanya berkembang. Kini ia memiliki 2 ribu sapi perah dan lahan seluas 800 hektar. Ia hanya mempekerjakan enam orang karena yang lainnya dilakukan secara mekanis.
Reza menuturkan dirinya mulai bekerja pukul 03.30 dan selesai pukul 20.00. Di saat Idulfitri maupun Iduladha peternakannya juga tidak libur. ”Karena sapi harus terus diperah,” katanya.
Kesuksesan Reza ini pun menarik perhatian Gubernur Kalbar, Cornelis. Gubernur bersama satuan kerja perangkat daerah dan rombongannya ke Gubernur Kalbar Cornelis ke New Zealand untuk melihat peternakan Reza. Gubernur bertekad menjadikan sektor peternakan sebagai salah satu unggulan melalui teknologi.
”Saya juga rapat dengan Gubernur dan Menteri Pertanian tentang bagaimana kemungkinan mengirim tenaga sarjana pertanian yang ingin belajar di New Zealand setahun, di kondisi yang ada,” katanya.
Kendati tinggal di New Zealand, Reza tak melupakan kampung halamannya. Ia mengaku beberapa kali kembali ke Kalbar untuk bertemu dengan keluarganya.
Reza pun mengimbau warga Kalbar agar berhenti merokok dan mencanangkan dana untuk rokok tersebut digunakan untuk membeli susu. ”Saya yakin dengan begitu tingkat intelegensi akan bertambah. Gizi generasi muda semakin baik dan ini bisa sebagai upaya mencerdaskan generasi muda Kalbar khususnya dan Indonesia umumnya,” ungkap Reza.
Pabrik Susu
New Zealand adalah salah satu produsen susu terbesar di dunia dan lumbung susu itu berada di bagian selatan negara ini, District Southland dengan ibu kota Invercargill. Jarak 14 jam terbang dari Pontianak ke Invercargill (sekitar 6.000 Km) hilang seketika melihat kegiatan peternakan modern di negara yang senantiasa hijau ini.
Salah satu peternakan yang dikunjungi Gubernur Kalbar Drs Conerlis MH dan rombongan adalah milik Reza Abdul Jabbar (36 tahun), pemuda asal Indonesia yang memutuskan menjadi “peternak karir” di selatan bumi itu. Berkat ketekunannya Reza sekarang memiliki lahan peternakan seluas 1800 Ha, 1700 ekor sapi perah, 3 tempat pemerahan susu mekanis dengan pekerja 6 orang termasuk Reza sendiri.
Sesungguhnya tak hanya ketekunan yang membuat Reza menjadi “peternak karir” yang membuat dirinya memiliki asset lebih dari NZ $ 20 juta. Regulasi dan perhatian pemerintah adalah faktor yang tak dapat dikesampingkan. Regulasi di New Zealand misalnya memberikan keleluasaan petani memiliki lahan seperti milik Reza, demikian juga tak ada diskriminasi antara Reza dengan peternak asli New Zealand yang rata-rata Scottish.
Selain itu perbankan khusus petani dan peternak juga memiliki skema kredit untuk bisni tersebut. Perbankan misalnya dapat menerima collateral seperti lahan peternakan atau sapi dengan tenor hingga 15 tahun dan bunga dibawah 6,5%. Selain itu pemerintah juga dimungkinkan membangun infrastruktur sepert jalan hingga kelahan peternakan. Listrik juga masuk hingga pelosok dimanapun peternakan berada.
Peternak seperti Reza kemudian bersatu membentuk koperasi pengolahan susu bernama Fonterra di Edendale yang menaungi 6.789 peternakan, yang mengolah 15 juta liter susu per hari. Pabrik raksasa ini mengklaim diri sebagai “pabrik susu terbesar dan ter hiegienis” di dunia. Untuk mendukung kegiatannya Fonterra memiliki 487 truk tanker berkapasitas 28.000 liter, 4 laboratorium dan 86 pabrik pengolahan. Omzet Fonterra tahun 2012 mencapai US$ 7 Milyar. Pasaran pabrik susu ini menjangkau seluruh dunia terutama Asia Pasifik. Istimewanya sembilan direktur perusahaan semuanya adalah petani yang ditunjuk bergilir secara periodik. Pejabat Fonterra yang datang dari luar hanyalah CEO yang dibayar secara profesional. Secara konservatif Fonterra tidak listing di bursa efek karena tidak menghendaki adanya pihak-pihak spekulan yang akan menghancurkan kegiatan persusuan di New Zealand terutama ketika harga susu sedang merosot.
Gubernur Kalbar Drs. Cornelis, MH mengakhiri kunjungan di Invercargill mengatakan bahwa Kalbar patut mencontoh peternakan di New Zealand. “Kita memiliki luas wilayah kurang lebih New Zealand bagian Selatan ini. Jumlah penduduk juga kurang lebih, alam kita juga mendukung. Karena itu, Pemprov Kalbar bertekat mendorong iklim investasi yang dibutuhkan. Beberapa kendala seperti regulasi pusat akan kita koordinasikan. Saya sendiri yang akan menghadap Presiden untuk mengurusnya!” tegas Gubernur.
Rombongan Gubernur Kalbar mendapatkan kejutan ketika mengunjungi Fonterra. Sang Saka Merah Putih berkibar di halaman gedung Fonterra berdampingan dengan bendera New Zealand dan bendera perusahaan. Sungguh mengharukan melihat bendera kita berkibar di tanah paling ujung bumi.
Kisah Reza Abdul Jabar, Petani WNI yang Sukses di New Zealand
Reza Abdul Jabar merupakan seorang petani. Tetapi pria asal Kalimantan Barat ini bukan sembarang petani. Ia sukses di bidang ternak sapi perah di New Zealand (Selandia Baru). Awalnya hanya memiliki 20 sapi perah pada 2002 dan kini berkembang menjadi dua ribu sapi perah dan lahan seluas 800 hektare. Kini pria berusia 37 tahun ini sedang menjajaki peluang usaha pertanian dan peternakan di Kalbar.
BERI PENJELASAN: Reza Abdul Jabar (tengah) memberikan penjelasan kepada Gubernur Kalbar Cornelis dan rombongan saat berkunjung di peternakannya belum lama ini. FOTO HUMAS PEMPROV KALBAR
CHAIRUNNISYA
“SAYA petani. Saya punya usaha peternakan,” ujar Reza dengan ramah di Hotel Kapuas Palace Pontianak, Selasa (11/6). Ia enggan disebut pengusaha. Padahal dia cukup sukses di New Zealand. Ia memiliki peternakan sapi perah cukup besar tepatnya di Invercargill. Setiap tahunnya, satu ekor sapi yang dimilikinya mampu menghasilkan 5.500 liter hingga enam ribu liter pertahun.
Reza pun tak segan bercerita tentang perjalanan hidupnya, hingga akhirnya menjadikan New Zealand sebagai tempat usaha sekaligus tempat tinggalnya bersama sang istri, Silvie dan anak-anaknya.
”Saya lahir di Pontianak pada 37 tahun lalu. Ketika itu tinggal di Gang Bersatu (Jalan HOS Cokroaminoto),” kata Reza.
Ketika memasuki usia sekolah, Reza mengenyam pendidikan di SDN 29 Jalan Putri Chandramidi. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMPN 3 Pontianak. Setelah lulus SMP, Reza pun melanjutkan sekolahnya ke SMAN 3 Jakarta.
”Saat SMA ini saya bertukar pikiran dengan almarhum ayah. Saya ingin sekolah pertanian dan peternakan. Saya putuskan di New Zealand karena menurut saya di sana sektor peternakannya terbaik,” ungkap Reza.
Pada Desember 1992, tepatnya ketika duduk di kelas 2 SMA, Reza pun berangkat ke Selandia Baru. Ia pun melanjutkan sekolah ke sana. Setelah lulus SMA, Reza melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Pertanian dan Peternakan di Massey University. ”Hingga selesai S2 saya di sana,” katanya.
Reza pun bekerja di peternakan sapi potong, rusa, kambing, dan domba. Selama empat tahun ia bekerja di sana hingga menjadi manager. Kemudian, ia pun pindah ke peternakan sapi perah terbesar. Ia bekerja sambil mengumpulkan modal. Sang istri juga bekerja di bank hingga putri pertamanya lahir.
Modal pun terkumpul. Ia membeli sapi sebanyak 20 ekor pada 2002. Seekor sapi pada masa itu seharga USD1.000. Ia pun bekerjasama dengan pemilik lahan dengan sistem bagi hasil 50:50. Tiga tahun kemudian ia pindah lagi ke tempat lain dan mengambil kontrak kedua. ”Di sini saya diberi kemudahan untuk membeli tanah 185 hektar, kemudian 145 hektar, 110 hektar. Tetapi saya juga tetap bekerjasama dengan sistem 50:50,” katanya.
Ketika perjanjian kerjasama selesai, ia memutuskan bekerja untuk diri sendiri. Usahanya berkembang. Kini ia memiliki 2 ribu sapi perah dan lahan seluas 800 hektar. Ia hanya mempekerjakan enam orang karena yang lainnya dilakukan secara mekanis.
Reza menuturkan dirinya mulai bekerja pukul 03.30 dan selesai pukul 20.00. Di saat Idulfitri maupun Iduladha peternakannya juga tidak libur. ”Karena sapi harus terus diperah,” katanya.
Kesuksesan Reza ini pun menarik perhatian Gubernur Kalbar, Cornelis. Gubernur bersama satuan kerja perangkat daerah dan rombongannya ke Gubernur Kalbar Cornelis ke New Zealand untuk melihat peternakan Reza. Gubernur bertekad menjadikan sektor peternakan sebagai salah satu unggulan melalui teknologi.
”Saya juga rapat dengan Gubernur dan Menteri Pertanian tentang bagaimana kemungkinan mengirim tenaga sarjana pertanian yang ingin belajar di New Zealand setahun, di kondisi yang ada,” katanya.
Kendati tinggal di New Zealand, Reza tak melupakan kampung halamannya. Ia mengaku beberapa kali kembali ke Kalbar untuk bertemu dengan keluarganya.
Reza pun mengimbau warga Kalbar agar berhenti merokok dan mencanangkan dana untuk rokok tersebut digunakan untuk membeli susu. ”Saya yakin dengan begitu tingkat intelegensi akan bertambah. Gizi generasi muda semakin baik dan ini bisa sebagai upaya mencerdaskan generasi muda Kalbar khususnya dan Indonesia umumnya,” ungkap Reza.
Pabrik Susu
New Zealand adalah salah satu produsen susu terbesar di dunia dan lumbung susu itu berada di bagian selatan negara ini, District Southland dengan ibu kota Invercargill. Jarak 14 jam terbang dari Pontianak ke Invercargill (sekitar 6.000 Km) hilang seketika melihat kegiatan peternakan modern di negara yang senantiasa hijau ini.
Salah satu peternakan yang dikunjungi Gubernur Kalbar Drs Conerlis MH dan rombongan adalah milik Reza Abdul Jabbar (36 tahun), pemuda asal Indonesia yang memutuskan menjadi “peternak karir” di selatan bumi itu. Berkat ketekunannya Reza sekarang memiliki lahan peternakan seluas 1800 Ha, 1700 ekor sapi perah, 3 tempat pemerahan susu mekanis dengan pekerja 6 orang termasuk Reza sendiri.
Sesungguhnya tak hanya ketekunan yang membuat Reza menjadi “peternak karir” yang membuat dirinya memiliki asset lebih dari NZ $ 20 juta. Regulasi dan perhatian pemerintah adalah faktor yang tak dapat dikesampingkan. Regulasi di New Zealand misalnya memberikan keleluasaan petani memiliki lahan seperti milik Reza, demikian juga tak ada diskriminasi antara Reza dengan peternak asli New Zealand yang rata-rata Scottish.
Selain itu perbankan khusus petani dan peternak juga memiliki skema kredit untuk bisni tersebut. Perbankan misalnya dapat menerima collateral seperti lahan peternakan atau sapi dengan tenor hingga 15 tahun dan bunga dibawah 6,5%. Selain itu pemerintah juga dimungkinkan membangun infrastruktur sepert jalan hingga kelahan peternakan. Listrik juga masuk hingga pelosok dimanapun peternakan berada.
Peternak seperti Reza kemudian bersatu membentuk koperasi pengolahan susu bernama Fonterra di Edendale yang menaungi 6.789 peternakan, yang mengolah 15 juta liter susu per hari. Pabrik raksasa ini mengklaim diri sebagai “pabrik susu terbesar dan ter hiegienis” di dunia. Untuk mendukung kegiatannya Fonterra memiliki 487 truk tanker berkapasitas 28.000 liter, 4 laboratorium dan 86 pabrik pengolahan. Omzet Fonterra tahun 2012 mencapai US$ 7 Milyar. Pasaran pabrik susu ini menjangkau seluruh dunia terutama Asia Pasifik. Istimewanya sembilan direktur perusahaan semuanya adalah petani yang ditunjuk bergilir secara periodik. Pejabat Fonterra yang datang dari luar hanyalah CEO yang dibayar secara profesional. Secara konservatif Fonterra tidak listing di bursa efek karena tidak menghendaki adanya pihak-pihak spekulan yang akan menghancurkan kegiatan persusuan di New Zealand terutama ketika harga susu sedang merosot.
Gubernur Kalbar Drs. Cornelis, MH mengakhiri kunjungan di Invercargill mengatakan bahwa Kalbar patut mencontoh peternakan di New Zealand. “Kita memiliki luas wilayah kurang lebih New Zealand bagian Selatan ini. Jumlah penduduk juga kurang lebih, alam kita juga mendukung. Karena itu, Pemprov Kalbar bertekat mendorong iklim investasi yang dibutuhkan. Beberapa kendala seperti regulasi pusat akan kita koordinasikan. Saya sendiri yang akan menghadap Presiden untuk mengurusnya!” tegas Gubernur.
Rombongan Gubernur Kalbar mendapatkan kejutan ketika mengunjungi Fonterra. Sang Saka Merah Putih berkibar di halaman gedung Fonterra berdampingan dengan bendera New Zealand dan bendera perusahaan. Sungguh mengharukan melihat bendera kita berkibar di tanah paling ujung bumi.
Spoiler for Link menarik seputar sapi perah di New Zealand:
Spoiler for Foto kunjungan:
Spoiler for Foto Kunjungan:
Aktivitas Farmer
Spoiler for Sumber:
http://www.radartarakan.co.id/index....il/Utama/39085
http://www.radarlampung.co.id/read/r...di-new-zealand
PontianakPost edisi 20130318
ucapan terima kasih dan cendolnya gan
Diubah oleh jeng nanik 15-04-2017 12:08
0
28.7K
Kutip
89
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya