Kasus kejahatan HAM yang terjadi pada masa transisi Indonesia tahun 1998 masih bersisa sampai saat ini. Pasca reformasi, tidak ada satu presiden pun yang serius menyelesaikannya. Kasus tersebut lenyap termakan waktu, begitu juga dengan belasan korban yang hilang sampai saat ini.

Berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga, pasangan Jokowi - Jusuf Kalla diprediksi keluar sebagai pemenang Pilpres 2014. Jika prediksi tersebut menjadi kenyataan, maka sulit bagi kita berharap kasus tersebut akan kembali diangkat. Pemerintahan Jokowi akan didikte oleh Mega. Seperti yang diketahui, mantan Presiden RI itu tidak pernah serius mengurus penegakan hukum apalagi HAM.

Parahnya, Megawati menjadikan Wiranto, Ketua Umum Hanura sebagai salah satu rekan koalisi parpol 2014. Siapa yang tidak kenal Wiranto? Raja pelanggar HAM Indonesia. Sebagai Panglima ABRI di masa transisi, Wiranto adalah orang yang paling bertanggung jawab atas tewas dan hilangnya puluhan aktivis. Wiranto tidak pernah diadili karena keliahaiannya berkelit dari hukum.

Megawati yang mengaku sebagai tokoh reformasi harusya pantang menerima seorang penjahat HAM. Tapi demi kemenangan politik, Mega menghiraukan hal tersebut. Padahal simpatisan - simpatisan yang membela Mega dari gempuran militer rezim Soeharto rela mengorbankan nyawa untuknya.

Sekarang apa yang dilakukan Mega? Bersekutu dengan otak pembunuh para pendukungnya. Sebagai rekan koalisi, Wiranto tentu akan turut andil dalam menentukan kebijakan yang kelak diambil oleh pemerintahan Jokowi - JK. Hal ini tentu sangat mencederai hati para korban dan keluarga yang berharap keadilan dapat ditegakkan di negeri ini.

Sumber : http://politik.kompasiana.com/2014/0...am-658598.html