UN, ternyata tidak seseram yang dikhawatirkan...

Beberapa pekan yang lalu kita saksikan banyak sekali hiruk pikuk seputar masalah Ujian Nasional (UN) baik untuk tingkat SMP maupun SMA, dan yang sedang berlangsung minggu ini, SD. Para siswa yang menjalani ujian pun banyak yang mengeluh dan stress dibuatnya. Banyak pendapat yang pro dan kontra bermunculan di media baik fisik maupun digital seputar pelaksanaan UN ini.

Apabila kita lakukan flashback ke beberapa tahun silam, awal-awal tahun ketika UN ini menjadi satu-satunya ujian penentu kelulusan siswa, sebenarnya sistem penilaian UN ini mengalami beberapa perubahan mulai dari jumlah mata pelajaran yang diujikan hingga bagaimana penilaian tersebut menentukan kelulusan siswa.

Ane inget ketika tahun ane, 2005, jumlah mata pelajaran yang diujikan hanya ada tiga mata pelajaran yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, namun dengan passing grade score kalau tidak salah waktu itu adalah 4.xx. Sekedar mengingatkan bahwa batasan passing grade ini terus naik tiap tahunnya. Maka, dengan batas minimal passing grade sekian, ane harus dapat nilai MURNI UN minimal di rentang nilai sekian. Kalau kurang dari batas passing grade tersebut ane gak lulus. Setelah berjuang mati-matian alhamdulillah waktu itu ane dapat nilai Mat 9.x, Ing 8.x, dan Indo 9.x.

Masalah pro dan kontra sebenarnya sudah lama mengemuka dari jaman ane dulu, hanya saja baru tahun-tahun belakangan ini saja protes menentang UN semakin santer disuarakan. Banyak media juga mengabarkan berita terkait UN ini mulai dari bayaknya siswa yang stress sampai berita bunuh dirinya siswa karena UN fobia ini. Padahal, menurut pribadi ane sendiri, sebuah ujian adalah hal yang memang diperlukan untuk mengukur pengetahuan yang sudah kita pelajari selama kita menuntut ilmu di sekolah. Dalam hidup pun ada ujiannya, dan UN adalah salah satu cara mendidik siswa juga untuk menghadapi ujian dalam hidup ini.

Terkait sistem kelulusan UN ini, kelulusan tahun ini sebenarnya tidaklah seseram yang dibayangkan. Sistem kelulusan tahun ini menggunakan SISTEM RATA-RATA NILAI UN DAN US, yang mana tidak menggunakan passing grade pada nilai UN murni seperti layaknya tahun-tahun yang lalu. So, buat ade-ade ane yang masih di sekolah hal ini adalah berita yang membuat napas lega karena kekhawtiran nilai kurang pada UN bisa ditutupi dengan nilai US (Ujian Sekolah). Akan tetapi, hal ini bukan berarti tidak ada passing grade score, tapi passing grade score ada pada nilai rata-rata UN dan US tiap mata pelajaran tersebut!

Pengumuman hasil UN SMA diumumkan hari ini, dan ane tahu hal ini pun karena ane sudah melihat hasil dari sekolah tempat ane mengajar. Tapi mohon maaf barbuk gak bisa ane upload sebelum siswa menerima hasil di rumah mereka masing-masing.

Kesimpulannya, UN adalah sebuah instrumen yang memang tetap diperlukan sepanjang pelaksanaannya adil dan dapat dipertanggungjawabkan guna mengukur perkembangan dan kemajuan pendidikan di negara kita. Apabila menteri pendidikan M. Nuh memasukkan soal Olimpiade pada soal UN kemarin, hal ini tentu dimaksudkan untuk mendongkrak kemampuan analitis siswa. Karena dengan kita berlatih keras, tentu hal-hal lain di bawahnya akan terasa semakin ringan dan mudah. Toh meskipun demikian, perhitungan nilai kelulusan tidak mutlak pada nilai murni UN namun pada nilai rata-rata UN dan US yang mana menurut ane itu adalah suatu kebijakan yang adil bagi siswa, tinggal sekarang bagaimana para siswanya mau belajar keras dan mengubah nasib mereka menjadi lebih baik lagi, dan kelak mampu membangun negeri tempat mereka hidup ini, Indonesia, ke depannya.

Semoga, Aamiin!