- Beranda
- The Lounge
Urutan dan Makna Hari Raya Galungan
...
TS
dwikbtn
Urutan dan Makna Hari Raya Galungan
Sebelumnya thread ini tidak bermaksud untuk SARA. hanya untuk memgingatkan saja.
hmm... 3 hari lagi tepatnya pada hari Rabu umat hindu di bali akan melaksanakan yanh namanya hari raya galungan. Hari rayu galungan adalah hari yang sakral untuk agama hindu. tapi untuk murid itu artinya libur. hehehe...
seperti judulnya saya akan menjelaskan urutan dari hari raya tersebut.
secara singkat pengertian hari raya galungan adalah: kemenangan Dharma melawan adarma. Atau kemenangan kebaikan melawan kejahatan.
berikut adalah urutannya:
hmm... 3 hari lagi tepatnya pada hari Rabu umat hindu di bali akan melaksanakan yanh namanya hari raya galungan. Hari rayu galungan adalah hari yang sakral untuk agama hindu. tapi untuk murid itu artinya libur. hehehe...
seperti judulnya saya akan menjelaskan urutan dari hari raya tersebut.
secara singkat pengertian hari raya galungan adalah: kemenangan Dharma melawan adarma. Atau kemenangan kebaikan melawan kejahatan.
berikut adalah urutannya:
Spoiler for pesan:
1. Hari Sabtu Kliwon Wariga yang disebut
dengan Tumpek Pengarah atau Pengatag,
tepatnya 25 hari sebelum Hari Raya Galungan
dan persembahan ditujukan kepada dewa
Sankara (nama lain Dewa Siva)sebagai penguasa
tumbuh-tumbuhan dengan mempersembahkan
sesajen pada pohon-pohon kayu yang
menghasilkan buah, daun, dan bunga yang
akan digunakan pada Hari Raya Galungan.
2. Sugihan Jawa atau Sugihan Jaba ; yaitu
Sebuah kegiatan rohani dalam rangka
menyucikan bhuana agung (makrokosmos) yang
jatuh pada hari Kamis Wage Sungsang. Kata
Sugihan berasal dari urat kata Sugi yang artinya
membersihkan dan Jaba artinya luar, jadi Hari
Sugihan Jawa tersebut bukanlah hari Sugihan
bagi para pengungsi leluhur-leluhur dari jawa
pasca bubarnya Majapahit. Maksud sebenarnya
adalah pembersihan Bhuana Agung - sekala-
niskala.
Dalam lontar Sundarigama dijelaskan: bahwa
Sugihan Jawa merupakan "Pasucian dewa
kalinggania pamrastista bhatara
kabeh" (pesucian dewa, karena itu hari
penyucian semua bhatara). Pelaksanaan
upacara ini dengan membersihkan alam
lingkungan, baik pura, tempat tinggal, dan
peralatan upacara di masing-masing tempat
suci. Dan yang terpenting adalah
membersihkan badan phisik dari debu kotoran
dunia Maya, agar layak dihuni oleh Sang Jiwa
Suci sebagai Brahma Pura.
3. Sugihan Bali; Jatuh pada hari Jumat Kliwon
wuku Sungsang (sehari setelah Sugihan Jawa).
Bali dalam bahasa Sansekerta berarti kekuatan
yang ada dalam diri. Jadi Sugihan Bali memiliki
makna yaitu menyucikan diri sendiri, sesuai
dengan lontar Sundarigama: "Kalinggania
amrestista raga tawulan" (oleh karenanya
menyucikan badan jasmani-rohani masing-
masing /mikrocosmos) yaitu dengan memohon
tirta pembersihan /penglukatan. Manusia tidak
saja terdiri dari badan phisik tetapi juga badan
rohani (Suksma Sarira dan Antahkarana Sarira).
Persiapan phisik dan rohani adalah modal awal
yang harus diperkuat sehingga sistem
kekebalan tubuh ini menjadi maksimal untuk
menghadapi musuh yang akan menggoda
pertapaan kita.
4. Panyekeban – puasa I ; Jatuh pada hari
Minggu Pahing Dungulan.Panyekeban artinya
mengendalikan semua indrya dari pengaruh
negatif, karena hari ini Sangkala Tiga Wisesa
turun ke dunia untuk mengganggu dan
menggoda kekokohan manusia dalam
melaksanakan Hari Galungan. Dalam Lontar
Sunarigama disebutkan : "Anyekung Jnana"
artinya mendiamkan pikiran agar tidak
dimasuki oleh Bhuta Galungan dan juga
disebutkan "Nirmalakena" (orang yang
pikirannya yang selalu suci) tidak akan
dimasuki oleh Bhuta Galungan.
Melihat pesan Panyekeban ini mewajibkan
umat Hindu untuk mulai melaksanakan Brata
atau Upavasa sehingga pemenuhan akan
kebutuhan semua Indriya tidak jatuh kedalam
kubangan dosa; pikirkan yang baik dan benar,
berbicara kebenaran, berprilaku bijak dan
bajik, mendengar kebenaran, menikmati
makanan yang sattvika, dan yang lain, agar
tetap memiliki kekuatan untuk menghalau
godaan Sang Mara. Jadi tidak hanya nyekeb
pisang (biu) atau tape untuk bebantenan saja.
5. Penyajaan – puasa II ; jatuh pada hari Senin
Pon Dungulan. Pada hari ini umat mengadakan
Tapa Brata Yoga Samadhi dengan pemujaan
kepada Ista Dewata. Penyajaan dalam lontar
Sundarigama disebutkan : "Pangastawaning
Sang Ngamong Yoga Samadhi" upacara ini
dilaksanakan pada hari Senin Pon Dungulan.
Dengan Wiweka dan Winaya, manusia Hindu
diajak untuk dapat memilah kemudian memilih
yang mana benar dan salah. Bukan semata-
mata membuat kue untuk upacara.
6. Penampahan – puasa III ; jatuh pada hari
Selasa Wage Dungulan tepat sehari sebelum
hari Raya Galungan. Penampahan berasal dari
kata tampah atau sembelih artinya ; bahwa
pada hari ini manusia melakukan pertempuran
melawan Adharma, atau hari untuk
mengalahkan Bhuta Galungan dengan upacara
pokok yakni Mabyakala yaitu memangkas dan
mengeliminir sifat-sifat kebinatangan yang ada
pada diri, bukan semata-mata membunuh
hewan korban, karena musuh sebenarnya ada
di dalam diri (Sad Ripu, Sad Atatayi, Sapta
Timira, dll), dan bukan di luar diri kita
termasuk sifat- sifat hewani tersebut.
Ini sesuai dengan lontar Sundarigama yaitu ;
"Pamyakala kala malaradan". Inilah puncak dari
Brata dan Upavasa umat Hindu, bertempur
melawan semua bentuk Ahamkara - kegelapan
yang bercokol dalam diri.
Hari Penampahan Galungan inilah yang pada
dewasa ini paling kehilangan makna
spiritualnya yang paling penting. Konsentrasi
kebanyakan keluarga membuat makanan yang
enak-enak. Padahal ada upakara penting di
Madya Mandala untuk Memohon Tirta dari
Luhuring Akasa dalam rangka me-nyomia Buta
Kala di Bhana Agung dan Alit yang sering
terlewatkan. Selama ini justru sebagain besar
dari kita malah berpesta pora makan, lupa
terhadap jati diri, menikmati makanan, mabuk.
Sehingga bukan Nyomya Bhuta Kala- Nyupat
Angga Sarira, malah kita akhirnya menjelma
jadi Bhuta itu sendiri.
7. Galungan – lebar puasa ; Jatuh pada hari
Rabu Kliwon wuku Dungulan, Hari ini
merupakan hari kemenangan dharma terhadap
adharma setelah berhasil mengatasi semua
godaan selama perjalan hidup ini, dan
merupakan titik balik agar manusia senantiasa
mengendalikan diri dan berkarma sesuai
dengan dharma dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup dan dalam usaha mencapai
anandam atau jagadhita dan moksa serta shanti
dalam hidup sebagai mahluk yang berwiweka.
8. Manis Galungan; Setelah merayakan
kemenangan , manusia merasakan nikmatnya
(manisnya) kemenangan dengan mengunjungi
sanak saudara mesima krama dengan penuh
keceriaan, berbagi suka cita, mengabarkan
ajaran kebenaran betapa nikmatnya bisa
meneguk kemenangan. Jadi pada hari ini umat
Hindu wajib mewartakan-menyampaikan pesan
dharma kepada semua manusia inilah misi
umat Hindu Dharma. Cara menyampaikan
ajaran kebenaran adalah dengan Satyam Vada
yaitu mengatakan dengan kesungguhan dan
kejujuran.
9. Pemaridan Guru; Jatuh pada hari Sabtu Pon
Dungulan, maknanya pada hari ini
dilambangkan dengan kembalinya Dewata-
dewati, pitara-pitari, para leluhur ke tempat
payogannya masing-masing dan meninggalkan
anugrah berupa kadirgayusan yaitu ; hidup
sehat umur panjang, dan hari ini umat
menikmati waranugraha dari dewata. Di
beberapa daerah dibali biasanya dilakukan
dengan sarana banten "tegen-tegenan" yang
berisi hasil bumi berupa padi, buah-buahan
dan aneka rupa jajanan yang tujuannya
diperuntukkan untuk memberikan bekal kepada
para leluhur yang akan mantuk kembali ke
sunya loka.
10. Pemacekan Agung; Jatuh pada hari Senen
Kliwon wuku Kuningan. Tepat pada hari ini
merupakan hari pertengahan dari rangkaian
panjang hari raya Galungan. Hari ini tepat 30
hari dari sejak hari Tumpek Pengarah, dan 30
hari menjelang hari Pegat Uwakan (Buda
Kliwon Pahang). Pada hari ini umat
menancapkan dan meneguhkan tekadnya
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
menghadapi dan mengarungi kehidupan
selanjutnya dengan senantiasa berjalan dalam
koridor dharma. Pada hari ini dibeberapa
wilayah dibali dilakukan persembahyangan
dengan sarana raka ajengan tipat pesor sebagai
rasa syukur dan sujud bakti kehadapanNya.
11. Sepuluh hari setelah Galungan disebut
Kuningan. Pada Hari ini diyakini bahwa para
dewata dan roh-roh leluhur akan turun ke
marcapada/mayapada untuk menerima sembah
bakti umat dan prati sentananya dengan segala
cinta kasihnya, dan pada siang harinya para
dewata dan roh suci leluhur kembali menuju
kahyangan stana-nya masing-masing yang
diyakini tempatnya di svargaloka (alam sorga).
Kuningan merupakan hari kasih sayang, yang
disimbulkan melalui berbagai pratika upakara
seperti: tamiang, koleman, sulangi, tebo, dan
endongan.
Rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan
berkahir pada Hari rabu Kliwon wuku Pahang
yang sering disebut hari raya Pegat Uwakan.
Pada hari ini umat melakukan
persembahyangan mengahturkan suksmaning
manah lan idep kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atas karunia dan wara nugrahanya
bisa melaksanakan rangkaian perayaan hari
Raya Galungan dengan sempurna.
demikian urutan hari raya galungan semoga bermanfaatdengan Tumpek Pengarah atau Pengatag,
tepatnya 25 hari sebelum Hari Raya Galungan
dan persembahan ditujukan kepada dewa
Sankara (nama lain Dewa Siva)sebagai penguasa
tumbuh-tumbuhan dengan mempersembahkan
sesajen pada pohon-pohon kayu yang
menghasilkan buah, daun, dan bunga yang
akan digunakan pada Hari Raya Galungan.
2. Sugihan Jawa atau Sugihan Jaba ; yaitu
Sebuah kegiatan rohani dalam rangka
menyucikan bhuana agung (makrokosmos) yang
jatuh pada hari Kamis Wage Sungsang. Kata
Sugihan berasal dari urat kata Sugi yang artinya
membersihkan dan Jaba artinya luar, jadi Hari
Sugihan Jawa tersebut bukanlah hari Sugihan
bagi para pengungsi leluhur-leluhur dari jawa
pasca bubarnya Majapahit. Maksud sebenarnya
adalah pembersihan Bhuana Agung - sekala-
niskala.
Dalam lontar Sundarigama dijelaskan: bahwa
Sugihan Jawa merupakan "Pasucian dewa
kalinggania pamrastista bhatara
kabeh" (pesucian dewa, karena itu hari
penyucian semua bhatara). Pelaksanaan
upacara ini dengan membersihkan alam
lingkungan, baik pura, tempat tinggal, dan
peralatan upacara di masing-masing tempat
suci. Dan yang terpenting adalah
membersihkan badan phisik dari debu kotoran
dunia Maya, agar layak dihuni oleh Sang Jiwa
Suci sebagai Brahma Pura.
3. Sugihan Bali; Jatuh pada hari Jumat Kliwon
wuku Sungsang (sehari setelah Sugihan Jawa).
Bali dalam bahasa Sansekerta berarti kekuatan
yang ada dalam diri. Jadi Sugihan Bali memiliki
makna yaitu menyucikan diri sendiri, sesuai
dengan lontar Sundarigama: "Kalinggania
amrestista raga tawulan" (oleh karenanya
menyucikan badan jasmani-rohani masing-
masing /mikrocosmos) yaitu dengan memohon
tirta pembersihan /penglukatan. Manusia tidak
saja terdiri dari badan phisik tetapi juga badan
rohani (Suksma Sarira dan Antahkarana Sarira).
Persiapan phisik dan rohani adalah modal awal
yang harus diperkuat sehingga sistem
kekebalan tubuh ini menjadi maksimal untuk
menghadapi musuh yang akan menggoda
pertapaan kita.
4. Panyekeban – puasa I ; Jatuh pada hari
Minggu Pahing Dungulan.Panyekeban artinya
mengendalikan semua indrya dari pengaruh
negatif, karena hari ini Sangkala Tiga Wisesa
turun ke dunia untuk mengganggu dan
menggoda kekokohan manusia dalam
melaksanakan Hari Galungan. Dalam Lontar
Sunarigama disebutkan : "Anyekung Jnana"
artinya mendiamkan pikiran agar tidak
dimasuki oleh Bhuta Galungan dan juga
disebutkan "Nirmalakena" (orang yang
pikirannya yang selalu suci) tidak akan
dimasuki oleh Bhuta Galungan.
Melihat pesan Panyekeban ini mewajibkan
umat Hindu untuk mulai melaksanakan Brata
atau Upavasa sehingga pemenuhan akan
kebutuhan semua Indriya tidak jatuh kedalam
kubangan dosa; pikirkan yang baik dan benar,
berbicara kebenaran, berprilaku bijak dan
bajik, mendengar kebenaran, menikmati
makanan yang sattvika, dan yang lain, agar
tetap memiliki kekuatan untuk menghalau
godaan Sang Mara. Jadi tidak hanya nyekeb
pisang (biu) atau tape untuk bebantenan saja.
5. Penyajaan – puasa II ; jatuh pada hari Senin
Pon Dungulan. Pada hari ini umat mengadakan
Tapa Brata Yoga Samadhi dengan pemujaan
kepada Ista Dewata. Penyajaan dalam lontar
Sundarigama disebutkan : "Pangastawaning
Sang Ngamong Yoga Samadhi" upacara ini
dilaksanakan pada hari Senin Pon Dungulan.
Dengan Wiweka dan Winaya, manusia Hindu
diajak untuk dapat memilah kemudian memilih
yang mana benar dan salah. Bukan semata-
mata membuat kue untuk upacara.
6. Penampahan – puasa III ; jatuh pada hari
Selasa Wage Dungulan tepat sehari sebelum
hari Raya Galungan. Penampahan berasal dari
kata tampah atau sembelih artinya ; bahwa
pada hari ini manusia melakukan pertempuran
melawan Adharma, atau hari untuk
mengalahkan Bhuta Galungan dengan upacara
pokok yakni Mabyakala yaitu memangkas dan
mengeliminir sifat-sifat kebinatangan yang ada
pada diri, bukan semata-mata membunuh
hewan korban, karena musuh sebenarnya ada
di dalam diri (Sad Ripu, Sad Atatayi, Sapta
Timira, dll), dan bukan di luar diri kita
termasuk sifat- sifat hewani tersebut.
Ini sesuai dengan lontar Sundarigama yaitu ;
"Pamyakala kala malaradan". Inilah puncak dari
Brata dan Upavasa umat Hindu, bertempur
melawan semua bentuk Ahamkara - kegelapan
yang bercokol dalam diri.
Hari Penampahan Galungan inilah yang pada
dewasa ini paling kehilangan makna
spiritualnya yang paling penting. Konsentrasi
kebanyakan keluarga membuat makanan yang
enak-enak. Padahal ada upakara penting di
Madya Mandala untuk Memohon Tirta dari
Luhuring Akasa dalam rangka me-nyomia Buta
Kala di Bhana Agung dan Alit yang sering
terlewatkan. Selama ini justru sebagain besar
dari kita malah berpesta pora makan, lupa
terhadap jati diri, menikmati makanan, mabuk.
Sehingga bukan Nyomya Bhuta Kala- Nyupat
Angga Sarira, malah kita akhirnya menjelma
jadi Bhuta itu sendiri.
7. Galungan – lebar puasa ; Jatuh pada hari
Rabu Kliwon wuku Dungulan, Hari ini
merupakan hari kemenangan dharma terhadap
adharma setelah berhasil mengatasi semua
godaan selama perjalan hidup ini, dan
merupakan titik balik agar manusia senantiasa
mengendalikan diri dan berkarma sesuai
dengan dharma dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup dan dalam usaha mencapai
anandam atau jagadhita dan moksa serta shanti
dalam hidup sebagai mahluk yang berwiweka.
8. Manis Galungan; Setelah merayakan
kemenangan , manusia merasakan nikmatnya
(manisnya) kemenangan dengan mengunjungi
sanak saudara mesima krama dengan penuh
keceriaan, berbagi suka cita, mengabarkan
ajaran kebenaran betapa nikmatnya bisa
meneguk kemenangan. Jadi pada hari ini umat
Hindu wajib mewartakan-menyampaikan pesan
dharma kepada semua manusia inilah misi
umat Hindu Dharma. Cara menyampaikan
ajaran kebenaran adalah dengan Satyam Vada
yaitu mengatakan dengan kesungguhan dan
kejujuran.
9. Pemaridan Guru; Jatuh pada hari Sabtu Pon
Dungulan, maknanya pada hari ini
dilambangkan dengan kembalinya Dewata-
dewati, pitara-pitari, para leluhur ke tempat
payogannya masing-masing dan meninggalkan
anugrah berupa kadirgayusan yaitu ; hidup
sehat umur panjang, dan hari ini umat
menikmati waranugraha dari dewata. Di
beberapa daerah dibali biasanya dilakukan
dengan sarana banten "tegen-tegenan" yang
berisi hasil bumi berupa padi, buah-buahan
dan aneka rupa jajanan yang tujuannya
diperuntukkan untuk memberikan bekal kepada
para leluhur yang akan mantuk kembali ke
sunya loka.
10. Pemacekan Agung; Jatuh pada hari Senen
Kliwon wuku Kuningan. Tepat pada hari ini
merupakan hari pertengahan dari rangkaian
panjang hari raya Galungan. Hari ini tepat 30
hari dari sejak hari Tumpek Pengarah, dan 30
hari menjelang hari Pegat Uwakan (Buda
Kliwon Pahang). Pada hari ini umat
menancapkan dan meneguhkan tekadnya
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
menghadapi dan mengarungi kehidupan
selanjutnya dengan senantiasa berjalan dalam
koridor dharma. Pada hari ini dibeberapa
wilayah dibali dilakukan persembahyangan
dengan sarana raka ajengan tipat pesor sebagai
rasa syukur dan sujud bakti kehadapanNya.
11. Sepuluh hari setelah Galungan disebut
Kuningan. Pada Hari ini diyakini bahwa para
dewata dan roh-roh leluhur akan turun ke
marcapada/mayapada untuk menerima sembah
bakti umat dan prati sentananya dengan segala
cinta kasihnya, dan pada siang harinya para
dewata dan roh suci leluhur kembali menuju
kahyangan stana-nya masing-masing yang
diyakini tempatnya di svargaloka (alam sorga).
Kuningan merupakan hari kasih sayang, yang
disimbulkan melalui berbagai pratika upakara
seperti: tamiang, koleman, sulangi, tebo, dan
endongan.
Rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan
berkahir pada Hari rabu Kliwon wuku Pahang
yang sering disebut hari raya Pegat Uwakan.
Pada hari ini umat melakukan
persembahyangan mengahturkan suksmaning
manah lan idep kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atas karunia dan wara nugrahanya
bisa melaksanakan rangkaian perayaan hari
Raya Galungan dengan sempurna.
0
2.3K
Kutip
8
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya