Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sarmidi1701Avatar border
TS
sarmidi1701
PERBEDAAN SUBHANALLAH DAN MASYA ALLAH
PERBEDAAN SUBHANALLAH DAN MASYA ALLAH


Bismillahirrahmanirrahim....,
Sahabat saudariku muslimin muslimah,,, ketahuilah bahwa Subhanallah atau Masya Allah, Kadang Suka Terbalik...


Ungkapan Subhaanallah di anjurkan setiap kali
seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, dan dengan ucapan itu kita menetapkan bahwa Allah Maha Suci dari semua keburukan tersebut.


Kebalikannya dari ucapan Masya Allah, yang diucapkan bila seseorang melihat yang indah-indah.

Penggunaan kedua kalimat ini di tengah
masyarakat Islam tanah air kerap terbalik-balik,­ kecuali pada sebagian orang yang mengerti ajaran
Sunnah ini. Wallahu a'lam


SUMBER : Ustadz Abu Umar Basyier di Buku
Prahara Cinta hal. 173, Penerbit : Shafa Publika


Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmizi, dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :

"Suatu hari aku berjunub dan ternampak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berjalan bersama para sahabat, lantas aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub, setelah itu aku datang menemui Rasulullah. Baginda bersabda :
Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau melarikan diri tatkala kami datang?
Aku menjawab :
Wahai Rasulullah, aku kotor (berjunub) dan aku tidak selesa untuk bertemu kalian. Rasulullah bersabda :
Subhanallah!!
sesungguhnya mukmin tidak najis"


Lihatlah bagaimana ungkapan Nabi tika mendengar kata-kata Abu Hurairah . Baginda tersentak dengan perkataan Abu Hurairah yang kurang tepat. Oleh itu, sepatutnya jika melakukan atau terdengar sesuatu yang negatif , kita ucapkan "Subhanallah"

Beberapa Firman Allah subhanahu wa ta'ala :


“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat :
”Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?
Malaikat­-malaikatitu menjawab :
“Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka :
bahkan mereka telah menyembah jin :
kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.”
(QS. Saba’ 34 : 40-41)


Katakanlah :
“Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”
(QS. Yusuf 12 : 108)


“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu :
“Sekali-kali tidaklah
pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar”.
(QS. An Nuur 24 : 16)

“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu
“MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH”
(Sungguh atas
kehendak Allah semua ini terwujud, tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu
dalam hal harta dan keturunan”.
(QS. Al Kahfi [18]: 39)

Jadi “Subhanallah” dilekatkan dalam makna “turun”, yang kemudian sesuai dengan kebiasaan
orang dalam Bahasa Arab.

secara umum; yakni menggunakannya untuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal yang kurang baik di mana tak pantas.

Dzikir tasbih secara
umum adalah utama, sebab ia dzikir semua
makhluq dan tertempat di waktu utama pagi dan petang. Adapun dalam ucapan sehari-hari, mari membiasakan ia sebagai pe-Maha Suci-an Allah atas hal yang memang tak pantas bagi keagungan-Nya.

Demikian dalam kebiasaan lisan berbahasa Arab : mereka mengucapkan “Masya Allah” pada
keadaan juga sosok yang kebaikannya
mengagumkan.

Demikianlah pengalaman menghadiri acara Masyaikh : dan membersamai beberapa yang empat ke Jogokariyan : dari Saudi, Kuwait, Syam, dan Yaman. Di antara mereka ada yang berkata, “Masya Allah” nyaris tanpa henti, kalau di Air Terjun Tawangmangu, Bonbin Gembiraloka, dan Gunung Merapi.

Simpulannya :
“Masyaallah” adalah ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah; dan memang hal indah itu dicinta dan dikehendaki oleh Allah. Demi ketepatan makna keagungan-Nya dan menghindari kesalahfahaman :
mari biasakan mengucap “Subhanallah” dan
”Masyaaklah” seperti seharusnya.

Membiasakan bertutur sesuai makna pada bahasa asli insya Allah lebih tepat & bermakna.

Tercontoh;
Orang Indonesia bisa senyum gembira padahal sedang dimaki.
Misalnya dengan kalimat :
“Allahu yahdik!”. Arti harfiahnya :
”Semoga Allah memberi hidayah padamu!” Bagus bukan?
Tetapi untuk diketahui; makna kiasan dari “Allahu yahdik!” adalah “Dasar gebleg!”. Jadi, mari belajar tanpa henti dan tak usah memaki....

Di publikasikan oleh :
Menggapai rindhoNya

semoga bermanfaat buat sahabat MR,,
Silahkan di share jika menurutmu tausiyah note ini bermanfaat biar pahalanya terus mengalir,,
Insya Allah

Salam santun ukhuwah fillah penuh cinta
0
9.5K
26
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.